Deprecated: htmlspecialchars(): Passing null to parameter #1 ($string) of type string is deprecated in /home/gkigadingserpong/public_html/libraries/src/Document/Renderer/Feed/AtomRenderer.php on line 89
Kolom - GKI Gading Serpong https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom 2025-09-16T04:15:21+07:00 GKI Gading Serpong web.gkigadingserpong@gkigadingserpong.org WinsCreations Kerja Jujur, Karier Hancur? 2025-03-21T15:38:25+07:00 2025-03-21T15:38:25+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kerja-jujur-karier-hancur Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/marvin-meyer-SYTO3xs06fU-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: center;">“<em>Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia</em>.” (Kolose 3:23)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kerja-jujur-karier-hancur" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/marvin-meyer-SYTO3xs06fU-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: center;">“<em>Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia</em>.” (Kolose 3:23)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kerja-jujur-karier-hancur" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Ramah Lingkungan, Dapatkah Dilakukan? 2025-03-17T17:32:11+07:00 2025-03-17T17:32:11+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/eksploitasi-sumber-daya-alam-yang-ramah-lingkungan-dapatkah-dilakukan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/tina-kuper-YhP4ccg-vd0-unsplash.jpg" alt="" width="5304" height="3592" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>Lalu ia memberi raja seratus dua puluh talenta emas, rempah-rempah yang sangat banyak, dan batu permata yang mahal. Tidak pernah lagi rempah-rempah datang begitu banyaknya seperti yang diberikan ratu dari Syeba kepada Raja Salomo. Lagi pula kapal-kapal Hiram, yang mengangkut emas dari Ofir, membawa dari Ofir kayu cendana yang sangat banyak dan batu permata yang mahal (1Raja-raja 10:10-11).</em></p> <p style="text-align: justify;">Bagian Alkitab di atas merupakan cuplikan kisah ratu negeri Syeba yang mengunjungi Raja Salomo. Sebagai respons atas kekagumannya terhadap hikmat dan kemakmuran Raja Salomo, ia memberikan begitu banyak hadiah, termasuk di antaranya emas sebanyak dua puluh talenta. Menurut terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK), itu setara dengan empat ribu kilogram emas, alias empat ton! Pernahkah Anda membayangkan bagaimana cara memperoleh emas sebanyak itu?</p> <p style="text-align: justify;">Secara tradisional, emas dapat diperoleh dengan cara mendulang, biasanya dilakukan di aliran sungai, menggunakan alat yang sederhana dan mengandalkan keterampilan manusia serta “keberuntungan”, untuk memisahkan serbuk emas dari pasir atau endapan lainnya. Ada cara lain yang sifatnya juga masih manual, yaitu dengan menggali tanah di tempat yang diperkirakan memiliki kandungan emas. Tanah galian tersebut kemudian diangkut dan diayak, untuk memisahkan antara batu, tanah, kotoran lainnya, dengan serbuk emas yang ditemukan. Lain lagi dengan pertambangan modern yang menggunakan peralatan mekanik, yang tentu prosesnya akan lebih cepat dan memiliki kapasitas produksi yang lebih besar.</p> <p style="text-align: justify;">Kembali ke kisah ratu negeri Syeba, dapatkah Anda bayangkan, untuk memperoleh emas sebanyak empat ton, berapa banyakkah pasir sungai yang dipindahkan, yang mungkin mengakibatkan perubahan kedalaman dan arah aliran sungai? Atau, berapa banyakkah lubang galian yang terbentuk, berapa dalamnya, dan berapa panjangnya? Belum lagi untuk memperoleh batu permata yang mahal-mahal, yang tentunya juga melibatkan proses penggalian tanah. Demikian pula, sedemikian banyaknya kayu cendana yang dihadiahkan bagi Raja Salomo, bukankah berarti banyak pohon cendana yang ditebang? Apakah terjadi penggundulan hutan, yang mungkin mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor serta hilangnya habitat satwa liar?</p> <p style="text-align: justify;">Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak dimaksudkan untuk meragukan kearifan manusia di masa lampau dalam mengelola lingkungan hidup, tetapi untuk mengajak kita berpikir tentang dampak lingkungan yang mungkin timbul, akibat eksploitasi sumber daya alam.</p> <p style="text-align: justify;">Sedari dahulu hingga kini, emas dan berbagai jenis logam lainnya, seperti tembaga, perunggu, besi, dan timah, tidak diragukan lagi, begitu berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Seandainya logam tidak ditemukan, niscaya manusia masih hidup di zaman batu, dan tidak mengalami banyak kemudahan yang kita rasakan saat ini. Karenanya, kasus praktik penambangan timah oleh PT. Timah di Bangka Belitung, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang merugikan negara sebesar Rp 271 triliun, semestinya tidak serta-merta membuat kita mengharamkan kegiatan pertambangan. Yang harus dilakukan dan diperjuangkan adalah bagaimana manusia dalam melakukan pertambangan, bahkan segala macam jenis kegiatan usaha lainnya, manusia bisa mengendalikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Yang dimaksud adalah bagaimana di satu sisi dapat meminimalkan dampak negatif, dan di sisi lain memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan.</p> <p style="text-align: justify;">“Beranakcuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi!” Demikianlah mandat yang diberikan Allah kepada manusia, ketika Ia menciptakan mereka (Kejadian 1:28). Mengutip dari Santapan Harian, Kamis, 30 Januari 2003, “Penuhilah dan taklukanlah bumi” memiliki makna bahwa keberadaan manusia dan tugasnya untuk berkuasa atas alam, adalah tanda atau “gambar” dari kedaulatan Allah atas semesta. Karena itu, tugas “penguasaan” yang dilakukan manusia bersifat penatalayanan. Manusia berkuasa atas alam demi Allah, dan bukan demi dirinya sendiri. Manusia diberikan mandat ini semata-mata untuk memberlakukan tatanan yang teratur atas alam ciptaan, sebagaimana Allah juga telah mengatur alam semesta dari kekacauan mula-mula.</p> <p style="text-align: justify;">Penatalayanan (<em>stewardship</em>) dalam pengelolaan sumber daya alam berarti melakukannya secara bertanggung jawab dan berorientasi jangka panjang atau berkelanjutan (<em>sustainable</em>). Karenanya, pada saat merencanakan suatu jenis usaha, perlu dilakukan kajian kelayakan usaha secara menyeluruh. Tidak saja secara ekonomis dan teknis, tetapi juga secara lingkungan. Tanpa melakukan kajian kelayakan lingkungan, maka suatu usaha/kegiatan cenderung akan berorientasi bisnis semata, demi keuntungan pemilik modal, dan mengabaikan kelestarian alam serta kemaslahatan masyarakat luas.</p> <p style="text-align: justify;">Pemerintah Indonesia telah mengatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak lingkungan wajib memiliki dokumen lingkungan, berupa analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), atau dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL), atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (SPPL). Dalam dokumen-dokumen tersebut, secara ilmiah diidentifikasi dampak lingkungan apa saja yang akan timbul, sebagai akibat dari adanya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, hingga pascaoperasi dan bagaimana pengendalian dampak yang akan dilakukan dalam setiap tahapan tersebut. Dokumen lingkungan yang telah disusun tersebut selanjutnya dinilai, untuk memutuskan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dijalankan itu layak secara lingkungan (<em>environmentally feasible</em>), atau tidak. Dengan mekanisme demikian, dapat diperoleh keputusan yang menyeluruh, untuk menyatakan bahwa suatu rencana usaha itu tidak saja layak secara ekonomi (<em>economically feasible</em>) dan teknis (<em>technically feasible</em>), tetapi juga yang sangat penting, layak secara lingkungan (<em>environmentally feasible</em>).</p> <p style="text-align: justify;">Tentu tantangannya terletak pada implementasinya, bagaimana pengendalian dampak lingkungan yang sudah direncanakan tersebut dapat sungguh-sungguh dilaksanakan. Dalam hal inilah dituntut tanggung jawab pelaku usaha, selaku pelaksana tugas penatalayanan (<em>stewardship</em>) pengelolaan sumber daya alam. Perlu komitmen yang kuat untuk menjalankan bisnisnya dengan tetap menjaga kelestarian alam. Komitmen itu harus diwujudkan dengan menyediakan tenaga kerja yang kompeten untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan, yang sudah direncanakan dalam dokumen lingkungan. Selain itu, tentu perlu didukung juga dengan anggaran yang memadai untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan tersebut, termasuk menyediakan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk masyarakat sekitar. Hal ini karena komponen lingkungan yang terkena dampak tidak saja flora, fauna, tanah, air dan udara, tetapi juga manusia yang ada di sekitarnya. Misalnya, apakah dengan adanya kegiatan usaha yang baru akan meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal melalui penyerapan tenaga kerja, pembukaan peluang usaha seperti katering, kos/kontrakan rumah, dsb. Jangan sampai kegiatan usaha baru ini justru menimbulkan gangguan lalu lintas, kebisingan, dan keamanan pada masyarakat. Termasuk juga perlu diperhatikan, bagaimana kegiatan usaha baru tersebut tidak mengganggu tatanan sosial budaya yang telah lama ada dalam masyarakat.</p> <p style="text-align: justify;">Ada sebuah konsep bisnis berkelanjutan (<em>sustainability business</em>), yang pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994, yaitu 3P (<em>people, planet, profit</em>). Untuk P yang ketiga, yaitu <em>profit,</em> tentu bukanlah sesuatu yang baru dalam menjalankan bisnis, karena secara alami, siapa pun yang menjalankan usaha pasti ingin mendapatkan keuntungan secara finansial. Yang kemudian ditambahkan adalah P yang pertama dan yang kedua, yaitu <em>people</em> dan <em>planet.</em> Penempatan <em>people</em> dan<em> planet</em> mendahului<em> profit</em> menunjukkan, itulah prioritas yang harus didahulukan. Bila suatu usaha/bisnis ingin bertahan dalam waktu lama, pengelola usaha tersebut harus berupaya membawa keuntungan bagi pekerja, buruh dan masyarakat, misalnya dengan memberi upah yang adil, memberi pelatihan kerja, dan menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Di samping itu, perusahaan juga perlu menjalankan bisnisnya dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya dengan memanfaatkan sumber daya alam secukupnya, menggunakan teknologi ramah lingkungan, melakukan reklamasi dan revegetasi, serta mengolah kembali limbah dari kegiatan produksinya.</p> <p style="text-align: justify;">Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir orang yang serakah.” Ungkapan ini dapat diartikan, bumi memiliki sumber daya alam yang terbatas, bisa rusak (menurun kualitasnya), bahkan bisa habis. Keterbatasan sumber daya alam ini semestinya menumbuhkan kesadaran, sumber daya alam perlu dikelola secara bijaksana, agar bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia. Hal ini menjadi tanggung jawab moral segelintir orang, yaitu para para pelaku usaha, seperti pemegang izin pertambangan dan industri, untuk mengekang diri, tidak mengikuti nafsu memperkaya dirinya sendiri. Bila tanggung jawab itu tidak dilakukan, maka bencanalah yang akan dituai. Tragisnya, bila bencana alam terjadi, seperti banjir, tanah longsor, atau kekeringan, maka ia tidak memilih-milih korban. Bila sudah demikian, kekacauanlah yang terjadi.</p> <p style="text-align: justify;">Sejatinya, menjaga kelestarian alam adalah tanggung jawab setiap orang, karena Allah memberikan mandat itu kepada manusia sejak awal manusia diciptakan. Kebenaran yang tercatat dalam Alkitab ini haruslah memotivasi orang Kristen (orang percaya), agar melalui kehadirannya, ia dapat menimbulkan keteraturan pada alam sekitarnya. Kita dapat memulai dari hal-hal sederhana yang kita jumpai sehari-hari, seperti mengelola sampah rumah tangga. Lakukanlah pemilahan sampah, terapkan prinsip 3R (<em>reduce, reuse, recycle</em> – kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang). Yakinlah, tindakan sederhana bisa berdampak besar. Dengan menangani sampah secara baik, tidak saja lingkungan sekitar rumah kita menjadi bersih, tetapi juga akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Mari kita jaga alam kita. Jika kita menjaga alam, alam pun akan menjaga kita. Salam lestari.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah adalah alumnus Fakultas Kehutanan IPB, saat ini bekerja di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/tina-kuper-YhP4ccg-vd0-unsplash.jpg" alt="" width="5304" height="3592" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>Lalu ia memberi raja seratus dua puluh talenta emas, rempah-rempah yang sangat banyak, dan batu permata yang mahal. Tidak pernah lagi rempah-rempah datang begitu banyaknya seperti yang diberikan ratu dari Syeba kepada Raja Salomo. Lagi pula kapal-kapal Hiram, yang mengangkut emas dari Ofir, membawa dari Ofir kayu cendana yang sangat banyak dan batu permata yang mahal (1Raja-raja 10:10-11).</em></p> <p style="text-align: justify;">Bagian Alkitab di atas merupakan cuplikan kisah ratu negeri Syeba yang mengunjungi Raja Salomo. Sebagai respons atas kekagumannya terhadap hikmat dan kemakmuran Raja Salomo, ia memberikan begitu banyak hadiah, termasuk di antaranya emas sebanyak dua puluh talenta. Menurut terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK), itu setara dengan empat ribu kilogram emas, alias empat ton! Pernahkah Anda membayangkan bagaimana cara memperoleh emas sebanyak itu?</p> <p style="text-align: justify;">Secara tradisional, emas dapat diperoleh dengan cara mendulang, biasanya dilakukan di aliran sungai, menggunakan alat yang sederhana dan mengandalkan keterampilan manusia serta “keberuntungan”, untuk memisahkan serbuk emas dari pasir atau endapan lainnya. Ada cara lain yang sifatnya juga masih manual, yaitu dengan menggali tanah di tempat yang diperkirakan memiliki kandungan emas. Tanah galian tersebut kemudian diangkut dan diayak, untuk memisahkan antara batu, tanah, kotoran lainnya, dengan serbuk emas yang ditemukan. Lain lagi dengan pertambangan modern yang menggunakan peralatan mekanik, yang tentu prosesnya akan lebih cepat dan memiliki kapasitas produksi yang lebih besar.</p> <p style="text-align: justify;">Kembali ke kisah ratu negeri Syeba, dapatkah Anda bayangkan, untuk memperoleh emas sebanyak empat ton, berapa banyakkah pasir sungai yang dipindahkan, yang mungkin mengakibatkan perubahan kedalaman dan arah aliran sungai? Atau, berapa banyakkah lubang galian yang terbentuk, berapa dalamnya, dan berapa panjangnya? Belum lagi untuk memperoleh batu permata yang mahal-mahal, yang tentunya juga melibatkan proses penggalian tanah. Demikian pula, sedemikian banyaknya kayu cendana yang dihadiahkan bagi Raja Salomo, bukankah berarti banyak pohon cendana yang ditebang? Apakah terjadi penggundulan hutan, yang mungkin mengakibatkan terjadinya banjir dan longsor serta hilangnya habitat satwa liar?</p> <p style="text-align: justify;">Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak dimaksudkan untuk meragukan kearifan manusia di masa lampau dalam mengelola lingkungan hidup, tetapi untuk mengajak kita berpikir tentang dampak lingkungan yang mungkin timbul, akibat eksploitasi sumber daya alam.</p> <p style="text-align: justify;">Sedari dahulu hingga kini, emas dan berbagai jenis logam lainnya, seperti tembaga, perunggu, besi, dan timah, tidak diragukan lagi, begitu berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Seandainya logam tidak ditemukan, niscaya manusia masih hidup di zaman batu, dan tidak mengalami banyak kemudahan yang kita rasakan saat ini. Karenanya, kasus praktik penambangan timah oleh PT. Timah di Bangka Belitung, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang merugikan negara sebesar Rp 271 triliun, semestinya tidak serta-merta membuat kita mengharamkan kegiatan pertambangan. Yang harus dilakukan dan diperjuangkan adalah bagaimana manusia dalam melakukan pertambangan, bahkan segala macam jenis kegiatan usaha lainnya, manusia bisa mengendalikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Yang dimaksud adalah bagaimana di satu sisi dapat meminimalkan dampak negatif, dan di sisi lain memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan.</p> <p style="text-align: justify;">“Beranakcuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi!” Demikianlah mandat yang diberikan Allah kepada manusia, ketika Ia menciptakan mereka (Kejadian 1:28). Mengutip dari Santapan Harian, Kamis, 30 Januari 2003, “Penuhilah dan taklukanlah bumi” memiliki makna bahwa keberadaan manusia dan tugasnya untuk berkuasa atas alam, adalah tanda atau “gambar” dari kedaulatan Allah atas semesta. Karena itu, tugas “penguasaan” yang dilakukan manusia bersifat penatalayanan. Manusia berkuasa atas alam demi Allah, dan bukan demi dirinya sendiri. Manusia diberikan mandat ini semata-mata untuk memberlakukan tatanan yang teratur atas alam ciptaan, sebagaimana Allah juga telah mengatur alam semesta dari kekacauan mula-mula.</p> <p style="text-align: justify;">Penatalayanan (<em>stewardship</em>) dalam pengelolaan sumber daya alam berarti melakukannya secara bertanggung jawab dan berorientasi jangka panjang atau berkelanjutan (<em>sustainable</em>). Karenanya, pada saat merencanakan suatu jenis usaha, perlu dilakukan kajian kelayakan usaha secara menyeluruh. Tidak saja secara ekonomis dan teknis, tetapi juga secara lingkungan. Tanpa melakukan kajian kelayakan lingkungan, maka suatu usaha/kegiatan cenderung akan berorientasi bisnis semata, demi keuntungan pemilik modal, dan mengabaikan kelestarian alam serta kemaslahatan masyarakat luas.</p> <p style="text-align: justify;">Pemerintah Indonesia telah mengatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak lingkungan wajib memiliki dokumen lingkungan, berupa analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), atau dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL), atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (SPPL). Dalam dokumen-dokumen tersebut, secara ilmiah diidentifikasi dampak lingkungan apa saja yang akan timbul, sebagai akibat dari adanya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, hingga pascaoperasi dan bagaimana pengendalian dampak yang akan dilakukan dalam setiap tahapan tersebut. Dokumen lingkungan yang telah disusun tersebut selanjutnya dinilai, untuk memutuskan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dijalankan itu layak secara lingkungan (<em>environmentally feasible</em>), atau tidak. Dengan mekanisme demikian, dapat diperoleh keputusan yang menyeluruh, untuk menyatakan bahwa suatu rencana usaha itu tidak saja layak secara ekonomi (<em>economically feasible</em>) dan teknis (<em>technically feasible</em>), tetapi juga yang sangat penting, layak secara lingkungan (<em>environmentally feasible</em>).</p> <p style="text-align: justify;">Tentu tantangannya terletak pada implementasinya, bagaimana pengendalian dampak lingkungan yang sudah direncanakan tersebut dapat sungguh-sungguh dilaksanakan. Dalam hal inilah dituntut tanggung jawab pelaku usaha, selaku pelaksana tugas penatalayanan (<em>stewardship</em>) pengelolaan sumber daya alam. Perlu komitmen yang kuat untuk menjalankan bisnisnya dengan tetap menjaga kelestarian alam. Komitmen itu harus diwujudkan dengan menyediakan tenaga kerja yang kompeten untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan, yang sudah direncanakan dalam dokumen lingkungan. Selain itu, tentu perlu didukung juga dengan anggaran yang memadai untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan tersebut, termasuk menyediakan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk masyarakat sekitar. Hal ini karena komponen lingkungan yang terkena dampak tidak saja flora, fauna, tanah, air dan udara, tetapi juga manusia yang ada di sekitarnya. Misalnya, apakah dengan adanya kegiatan usaha yang baru akan meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal melalui penyerapan tenaga kerja, pembukaan peluang usaha seperti katering, kos/kontrakan rumah, dsb. Jangan sampai kegiatan usaha baru ini justru menimbulkan gangguan lalu lintas, kebisingan, dan keamanan pada masyarakat. Termasuk juga perlu diperhatikan, bagaimana kegiatan usaha baru tersebut tidak mengganggu tatanan sosial budaya yang telah lama ada dalam masyarakat.</p> <p style="text-align: justify;">Ada sebuah konsep bisnis berkelanjutan (<em>sustainability business</em>), yang pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994, yaitu 3P (<em>people, planet, profit</em>). Untuk P yang ketiga, yaitu <em>profit,</em> tentu bukanlah sesuatu yang baru dalam menjalankan bisnis, karena secara alami, siapa pun yang menjalankan usaha pasti ingin mendapatkan keuntungan secara finansial. Yang kemudian ditambahkan adalah P yang pertama dan yang kedua, yaitu <em>people</em> dan <em>planet.</em> Penempatan <em>people</em> dan<em> planet</em> mendahului<em> profit</em> menunjukkan, itulah prioritas yang harus didahulukan. Bila suatu usaha/bisnis ingin bertahan dalam waktu lama, pengelola usaha tersebut harus berupaya membawa keuntungan bagi pekerja, buruh dan masyarakat, misalnya dengan memberi upah yang adil, memberi pelatihan kerja, dan menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Di samping itu, perusahaan juga perlu menjalankan bisnisnya dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya dengan memanfaatkan sumber daya alam secukupnya, menggunakan teknologi ramah lingkungan, melakukan reklamasi dan revegetasi, serta mengolah kembali limbah dari kegiatan produksinya.</p> <p style="text-align: justify;">Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir orang yang serakah.” Ungkapan ini dapat diartikan, bumi memiliki sumber daya alam yang terbatas, bisa rusak (menurun kualitasnya), bahkan bisa habis. Keterbatasan sumber daya alam ini semestinya menumbuhkan kesadaran, sumber daya alam perlu dikelola secara bijaksana, agar bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia. Hal ini menjadi tanggung jawab moral segelintir orang, yaitu para para pelaku usaha, seperti pemegang izin pertambangan dan industri, untuk mengekang diri, tidak mengikuti nafsu memperkaya dirinya sendiri. Bila tanggung jawab itu tidak dilakukan, maka bencanalah yang akan dituai. Tragisnya, bila bencana alam terjadi, seperti banjir, tanah longsor, atau kekeringan, maka ia tidak memilih-milih korban. Bila sudah demikian, kekacauanlah yang terjadi.</p> <p style="text-align: justify;">Sejatinya, menjaga kelestarian alam adalah tanggung jawab setiap orang, karena Allah memberikan mandat itu kepada manusia sejak awal manusia diciptakan. Kebenaran yang tercatat dalam Alkitab ini haruslah memotivasi orang Kristen (orang percaya), agar melalui kehadirannya, ia dapat menimbulkan keteraturan pada alam sekitarnya. Kita dapat memulai dari hal-hal sederhana yang kita jumpai sehari-hari, seperti mengelola sampah rumah tangga. Lakukanlah pemilahan sampah, terapkan prinsip 3R (<em>reduce, reuse, recycle</em> – kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang). Yakinlah, tindakan sederhana bisa berdampak besar. Dengan menangani sampah secara baik, tidak saja lingkungan sekitar rumah kita menjadi bersih, tetapi juga akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Mari kita jaga alam kita. Jika kita menjaga alam, alam pun akan menjaga kita. Salam lestari.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah adalah alumnus Fakultas Kehutanan IPB, saat ini bekerja di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah.</p> Ada apa dengan Komisi Pemuda? 2024-03-19T13:04:45+07:00 2024-03-19T13:04:45+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-apa-dengan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p>Lebih dari 1 dasawarsa sudah semenjak Komisi Pemuda GKI Gading Serpong pertama kali dibentuk.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-apa-dengan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p>Lebih dari 1 dasawarsa sudah semenjak Komisi Pemuda GKI Gading Serpong pertama kali dibentuk.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-apa-dengan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KOMISI WANITA 2024-03-19T13:00:49+07:00 2024-03-19T13:00:49+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/komisi-wanita Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p style="text-align: justify;">Bermula dari ibu-ibu yang berkumpul selama menunggui anak-anaknya bersekolah di BPK Penabur Gading Serpong dan kerinduan untuk bersekutu bersama, maka diadakanlah persekutuan wanita, yang dipelopori dan dibimbing oleh seorang hamba Tuhan, Ibu Phebe Santosa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/komisi-wanita" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: justify;">Bermula dari ibu-ibu yang berkumpul selama menunggui anak-anaknya bersekolah di BPK Penabur Gading Serpong dan kerinduan untuk bersekutu bersama, maka diadakanlah persekutuan wanita, yang dipelopori dan dibimbing oleh seorang hamba Tuhan, Ibu Phebe Santosa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/komisi-wanita" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Melukis Waktu 2024-03-17T14:12:42+07:00 2024-03-17T14:12:42+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-5 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Aku selalu melihatmu di sana, di saat semua orang menyambut waktu pulang dengan penuh sukacita, semua terburu-buru masuk kendaraan berharap cepat pulang, tidak ada yang mau berlama-lama di sekolah ini, selain dirimu.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-5" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Aku selalu melihatmu di sana, di saat semua orang menyambut waktu pulang dengan penuh sukacita, semua terburu-buru masuk kendaraan berharap cepat pulang, tidak ada yang mau berlama-lama di sekolah ini, selain dirimu.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-5" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Natal 2024-03-15T17:13:00+07:00 2024-03-15T17:13:00+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/natal Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Lonceng gereja berdentang</p> <p style="text-align: center;">Lagu-lagu Natal berkumandang</p> <p style="text-align: center;">Natal t’lah tiba</p> <p style="text-align: center;">Mari kita rayakan Natal</p> <p style="text-align: center;">Bukan dengan baju baru tetapi menjadi manusia baru</p> <p style="text-align: center;">Bukan dengan pesta pora tetapi kesederhanaan</p> <p style="text-align: center;">Lihatlah anak domba</p> <p style="text-align: center;">Lahir di kandang hina Dia bawa damai sejahtera</p> <p style="text-align: center;">Mari sebar kabar gembira</p> <p style="text-align: center;">Yesus Sang Penebus tlah lahir</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Lonceng gereja berdentang</p> <p style="text-align: center;">Lagu-lagu Natal berkumandang</p> <p style="text-align: center;">Natal t’lah tiba</p> <p style="text-align: center;">Mari kita rayakan Natal</p> <p style="text-align: center;">Bukan dengan baju baru tetapi menjadi manusia baru</p> <p style="text-align: center;">Bukan dengan pesta pora tetapi kesederhanaan</p> <p style="text-align: center;">Lihatlah anak domba</p> <p style="text-align: center;">Lahir di kandang hina Dia bawa damai sejahtera</p> <p style="text-align: center;">Mari sebar kabar gembira</p> <p style="text-align: center;">Yesus Sang Penebus tlah lahir</p> Hujan 2024-03-15T17:07:24+07:00 2024-03-15T17:07:24+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hujan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Hujan deras</p> <p style="text-align: center;">Angin meniup-niup</p> <p style="text-align: center;">Udara pun terasa dingin</p> <p style="text-align: center;">Oh, hujan</p> <p style="text-align: center;">Kau menyirami tumbuhan</p> <p style="text-align: center;">Kau mencukupi kebutuhan</p> <p style="text-align: center;">Kau membuat tanaman tumbuh subur</p> <p style="text-align: center;">Terima kasih, oh hujan</p> <p style="text-align: center;">Kau turun saat kami perlu</p> <p style="text-align: center;">Tapi jika kau marah</p> <p style="text-align: center;">Kau selalu gelisah</p> <p style="text-align: center;">Kau membuat badai</p> <p style="text-align: center;">Dan membuat kilat serta petir</p> <p style="text-align: center;">Tetapi, kau yang membuat petani senang</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Hujan deras</p> <p style="text-align: center;">Angin meniup-niup</p> <p style="text-align: center;">Udara pun terasa dingin</p> <p style="text-align: center;">Oh, hujan</p> <p style="text-align: center;">Kau menyirami tumbuhan</p> <p style="text-align: center;">Kau mencukupi kebutuhan</p> <p style="text-align: center;">Kau membuat tanaman tumbuh subur</p> <p style="text-align: center;">Terima kasih, oh hujan</p> <p style="text-align: center;">Kau turun saat kami perlu</p> <p style="text-align: center;">Tapi jika kau marah</p> <p style="text-align: center;">Kau selalu gelisah</p> <p style="text-align: center;">Kau membuat badai</p> <p style="text-align: center;">Dan membuat kilat serta petir</p> <p style="text-align: center;">Tetapi, kau yang membuat petani senang</p> EBOLA 2024-03-15T16:54:29+07:00 2024-03-15T16:54:29+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ebola Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ebola sangat menyita perhatian dunia saat ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ebola" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ebola sangat menyita perhatian dunia saat ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ebola" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Penyakit Jantung Koroner 2024-03-15T15:11:34+07:00 2024-03-15T15:11:34+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penyakit-jantung-koroner Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada saat ini Penyakit Kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) merupakan pembunuh nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penyakit-jantung-koroner" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada saat ini Penyakit Kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) merupakan pembunuh nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penyakit-jantung-koroner" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Cahaya Kecil yang Menerangi 2024-03-15T14:44:10+07:00 2024-03-15T14:44:10+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/cahaya-kecil-yang-menerangi Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">1 April 2012 merupakan hari bersejarah bagi salah satu <em>Vocal Group</em>&nbsp;yang ada di GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/cahaya-kecil-yang-menerangi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">1 April 2012 merupakan hari bersejarah bagi salah satu <em>Vocal Group</em>&nbsp;yang ada di GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/cahaya-kecil-yang-menerangi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> EMPOWERING PARENTS 2024-02-29T14:23:19+07:00 2024-02-29T14:23:19+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/empowering-parents Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di tengah degradasi moral, sekolah atau lembaga yang dapat membimbing anak untuk bukan saja bermoral benar tetapi juga beriman teguh, sungguh sangat diminati.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/empowering-parents" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di tengah degradasi moral, sekolah atau lembaga yang dapat membimbing anak untuk bukan saja bermoral benar tetapi juga beriman teguh, sungguh sangat diminati.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/empowering-parents" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Klinik Anugerah yang Menjadi Anugerah 2024-02-25T15:23:32+07:00 2024-02-25T15:23:32+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/klinik-anugerah-yang-menjadi-anugerah Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam edisi kali ini, penulis menyampaikan sebuah wawancara khusus, yaitu mengenai klinik yang sudah berdiri selama hampir dua dekade. Tak lain adalah Klinik Anugerah, yang berada di bawah naungan GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/klinik-anugerah-yang-menjadi-anugerah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam edisi kali ini, penulis menyampaikan sebuah wawancara khusus, yaitu mengenai klinik yang sudah berdiri selama hampir dua dekade. Tak lain adalah Klinik Anugerah, yang berada di bawah naungan GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/klinik-anugerah-yang-menjadi-anugerah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Salib : Jalan yang Paradoksal Perjumpaan yang Mengubahkan 2024-02-01T22:09:55+07:00 2024-02-01T22:09:55+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/salib-jalan-yang-paradoksal-perjumpaan-yang-mengubahkan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kebaktian Jumat Agung GKI Gading Serpong dilakukan pada Jumat, 19 April 2019 di lt.6 SMAK Penabur Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/salib-jalan-yang-paradoksal-perjumpaan-yang-mengubahkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kebaktian Jumat Agung GKI Gading Serpong dilakukan pada Jumat, 19 April 2019 di lt.6 SMAK Penabur Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/salib-jalan-yang-paradoksal-perjumpaan-yang-mengubahkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pelatihan dan Pembinaan Penginjilan Praktis Metode EE di GKI Gading Serpong 2024-02-01T21:59:23+07:00 2024-02-01T21:59:23+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelatihan-dan-pembinaan-penginjilan-praktis-metode-ee-di-gki-gading-serpong Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">EE (<em>Evangelism Explosion</em>) atau dalam bahasa Indonesia disebut Ledakan Penginjilan adalah metode yang dirumuskan oleh seorang pendeta senior dari Gereja <em>Coral Ridge Presbyterian</em> di Florida, Amerika Serikat bernama DR. D. James Kennedy sejak tahun 1962.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelatihan-dan-pembinaan-penginjilan-praktis-metode-ee-di-gki-gading-serpong" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">EE (<em>Evangelism Explosion</em>) atau dalam bahasa Indonesia disebut Ledakan Penginjilan adalah metode yang dirumuskan oleh seorang pendeta senior dari Gereja <em>Coral Ridge Presbyterian</em> di Florida, Amerika Serikat bernama DR. D. James Kennedy sejak tahun 1962.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelatihan-dan-pembinaan-penginjilan-praktis-metode-ee-di-gki-gading-serpong" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Naga dan Api 2024-01-29T20:53:09+07:00 2024-01-29T20:53:09+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/naga-dan-api Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ada seekor naga, dia suka mengeluarkan api. semua tanaman hancur karena apinya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/naga-dan-api" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ada seekor naga, dia suka mengeluarkan api. semua tanaman hancur karena apinya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/naga-dan-api" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Berkat atau Beban? 2024-01-25T21:29:13+07:00 2024-01-25T21:29:13+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/berkat-atau-beban Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ada dua ekor anjing yang sempat ditampung di sebuah penampungan hewan. Mereka berdua memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Setelah beberapa waktu di tempat penampungan, keberadaan mereka memikat hati sepasang suami-istri yang sedang mencari hewan peliharaan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/berkat-atau-beban" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Ada dua ekor anjing yang sempat ditampung di sebuah penampungan hewan. Mereka berdua memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Setelah beberapa waktu di tempat penampungan, keberadaan mereka memikat hati sepasang suami-istri yang sedang mencari hewan peliharaan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/berkat-atau-beban" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Rancangan Program Pelayanan Gereja GKI Gading Serpong 2019-2020 2024-01-24T22:11:27+07:00 2024-01-24T22:11:27+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/x Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Gereja kita melakukan perubahan pengelompokan jenis program pelayanan menjadi program inti dan program penunjang,yang sebelumnya terbagi dalam kategori program rutin dan non-rutin.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Gereja kita melakukan perubahan pengelompokan jenis program pelayanan menjadi program inti dan program penunjang,yang sebelumnya terbagi dalam kategori program rutin dan non-rutin.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> ABRAHAM KUYPER (1837-1920) : FILSUF, TEOLOG DAN NEGARAWAN 2024-01-15T16:25:53+07:00 2024-01-15T16:25:53+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/abraham-kuyper-1837-1920-filsuf-teolog-dan-negarawan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tidak ada satu tempat pun dalam dunia batiniah kita yang dapat terpisah dari yang lain dan tidak ada satu inci pun dari keberadaan umat manusia dimana Kristus yang berdaulat atas segala sesuatu itu tidak berkata,“Bagian ini adalah MilikKu!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/abraham-kuyper-1837-1920-filsuf-teolog-dan-negarawan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tidak ada satu tempat pun dalam dunia batiniah kita yang dapat terpisah dari yang lain dan tidak ada satu inci pun dari keberadaan umat manusia dimana Kristus yang berdaulat atas segala sesuatu itu tidak berkata,“Bagian ini adalah MilikKu!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/abraham-kuyper-1837-1920-filsuf-teolog-dan-negarawan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> PERAN ORANG TUA KRISTEN MASA KINI 2024-01-12T15:28:49+07:00 2024-01-12T15:28:49+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peran-orang-tua-kristen-masa-kini Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dikaruniai anak oleh Tuhan adalah sebuah panggilan, yaitu panggilan untuk membawa anak yang telah Tuhan titipkan untuk bertumbuh dalam rancangan-Nya dan sesuai dengan ketetapan Tuhan atas kehidupan anak yang Tuhan karuniakan tersebut.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peran-orang-tua-kristen-masa-kini" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dikaruniai anak oleh Tuhan adalah sebuah panggilan, yaitu panggilan untuk membawa anak yang telah Tuhan titipkan untuk bertumbuh dalam rancangan-Nya dan sesuai dengan ketetapan Tuhan atas kehidupan anak yang Tuhan karuniakan tersebut.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peran-orang-tua-kristen-masa-kini" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Belajar dari Rasul Paulus: Memaknai dan Menghidupi Pikiran Kristus 2024-01-05T21:13:37+07:00 2024-01-05T21:13:37+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-4 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Panggilan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang mengikutiNya, bukanlah menjadi penggemar-Nya, tetapi menjadi pengikut = menjadi murid = orang yang mau diajar dan belajar dengan disiplin.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-4" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Panggilan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang mengikutiNya, bukanlah menjadi penggemar-Nya, tetapi menjadi pengikut = menjadi murid = orang yang mau diajar dan belajar dengan disiplin.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-4" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Beasiswa untuk Mahasiswa asal NTT 2024-01-02T11:37:24+07:00 2024-01-02T11:37:24+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-3 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">GKI Gading Serpong, melalui persembahan palungan Natal 2018, mendukung beasiswa pendidikan tinggi untuk pemuda-pemudi asal Nusa Tenggara Timur (NTT), bekerjasama dengan Yayasan Kasih Bagi Negeri (YKBN). Mengapa kita memikirkan untuk memberi beasiswa bagi pemuda-pemudi asal NTT (Nusa Tenggara Timur)?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">GKI Gading Serpong, melalui persembahan palungan Natal 2018, mendukung beasiswa pendidikan tinggi untuk pemuda-pemudi asal Nusa Tenggara Timur (NTT), bekerjasama dengan Yayasan Kasih Bagi Negeri (YKBN). Mengapa kita memikirkan untuk memberi beasiswa bagi pemuda-pemudi asal NTT (Nusa Tenggara Timur)?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Polusi Udara 2023-12-28T19:28:33+07:00 2023-12-28T19:28:33+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Polusi udara menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002, adalah penurunan mutu udara sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya, karena masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara <em>ambient</em> oleh kegiatan manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 90% orang di bumi menghirup udara dengan tingkat polusi yang tinggi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Polusi udara menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002, adalah penurunan mutu udara sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya, karena masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara <em>ambient</em> oleh kegiatan manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 90% orang di bumi menghirup udara dengan tingkat polusi yang tinggi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> DIRI YANG TERPULIHKAN: DARI KORBAN MENJADI PENYINTAS 2023-12-27T18:54:48+07:00 2023-12-27T18:54:48+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/diri-yang-terpulihkan-dari-korban-menjadi-penyintas Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam presentasinya disebutkan bahwa kekerasan seksual adalah segala bentuk kekerasan yang memanfaatkan seks dengan tujuan melukai orang lain, tanpa persetujuan dan tidak dikehendaki orang yang terlibat dalam peristiwa itu (Kappler, 2012). Korban kekerasan seksual mengalami luka secara fisik, psikologis, dan spiritual—singkatnya, trauma. Secara mendasar, trauma itu menghancurkan keyakinan-keyakinan mendasar korban akan (i) dunia yang aman, (ii) dirinya yang bermartabat dan (iii) kehidupan yang bermakna (Herman, 1992).</p> <p style="text-align: justify;">Dan kekerasan seksual terhadap perempuan kadang ditemui dalam berbagai situasi, seperti tragedi 1965 dan 1998. Terhadap situasi itu, pertanyaannya adalah: apakah warisan iman Kekristenan dapat memulihkan korban? Melalui riset yang bertumpu pada pemikiran filsuf Paul Ricoeur (1913-2005) dan teolog Miroslav Volf (1956- ), David Tobing dan Jessica Layantara menyatakan bahwa iman Kristen dapat memulihkan korban.</p> <p style="text-align: justify;">Peristiwa tragis yang menimpa korban menghancurkan identitas diri korban, maka pemulihan korban berarti pemulihan identitas diri. Pemulihan identitas diri berarti penebusan (<em>redemption</em>) identitas naratif korban (<em>victim’s narrative identity</em>) menjadi identitas naratif penyintas (<em>survivor’s narrative identity</em>), melalui perjumpaan personal dengan Allah, dalam ingatan kudus (<em>sacred memory</em>) yang menyimpan narasi agung Sejarah Keselamatan Kristen (<em>Christian Grand Narrative</em>). Penyaliban Allah adalah sapaan Allah kepada manusia, yang telah jatuh ke dalam dosa, untuk mengenali dirinya secara berbeda. Sapaan itu merupakan wujud belas kasih tanpa syarat (<em>unconditional grace</em>) dari Allah kepada manusia. Melalui belas kasih-Nya, Allah mengundang manusia untuk mendekati-Nya, dan memulihkan relasi antara manusia dan Allah yang telah rusak oleh dosa—inilah anugerah penebusan, yang akan menempatkan sejarah hidup manusia dalam kerangka Sejarah Keselamatan yang dirancang Allah. Rekonsiliasi antara Allah dan manusia ini selanjutnya menjadi dasar bagi rekonsiliasi antara manusia dan sesama, yang akan mengubah dunia yang ditandai oleh permusuhan, menjadi dunia yang ditandai oleh perdamaian. Relasi antara manusia dan Allah itu hanya dapat ditemukan dalam ingatan kudus, ingatan yang memulihkan diri yang terluka.</p> <p style="text-align: justify;">Perjumpaan dengan Allah menebus diri yang terluka menjadi diri yang terpulihkan—diri yang tulus mengenali peristiwa tragis sebagai “bagian yang tak masuk akal dalam kisah kehidupan[-nya]” tanpa kehilangan pengharapan pada Allah. Semestinya, kepada diri yang terpulihkan inilah kita belajar untuk mengenali siapa Allah, siapa diri kita, siapa sesama kita, dan dunia seperti apa yang sebaiknya kita wujudkan. Dengan kata lain, kita mesti bersedia mendengarkan kesaksian diri yang terpulihkan—kesaksian yang sesungguhnya berdampak pada penebusan diri kita dan juga dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Dari tulisan ini diharapkan para korban kekerasan seksual bisa mendapatkan suatu pencerahan, bahwa pemulihan adalah suatu keniscayaan, karena Tuhan telah memulihkan kita melalui pengorbanan Anak-Nya. Demikian juga hendaknya komunitas dalam memandang korban. Perjumpaan dengan Allah dan iman kepada-Nya adalah titik balik korban menjadi seorang penyintas.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam presentasinya disebutkan bahwa kekerasan seksual adalah segala bentuk kekerasan yang memanfaatkan seks dengan tujuan melukai orang lain, tanpa persetujuan dan tidak dikehendaki orang yang terlibat dalam peristiwa itu (Kappler, 2012). Korban kekerasan seksual mengalami luka secara fisik, psikologis, dan spiritual—singkatnya, trauma. Secara mendasar, trauma itu menghancurkan keyakinan-keyakinan mendasar korban akan (i) dunia yang aman, (ii) dirinya yang bermartabat dan (iii) kehidupan yang bermakna (Herman, 1992).</p> <p style="text-align: justify;">Dan kekerasan seksual terhadap perempuan kadang ditemui dalam berbagai situasi, seperti tragedi 1965 dan 1998. Terhadap situasi itu, pertanyaannya adalah: apakah warisan iman Kekristenan dapat memulihkan korban? Melalui riset yang bertumpu pada pemikiran filsuf Paul Ricoeur (1913-2005) dan teolog Miroslav Volf (1956- ), David Tobing dan Jessica Layantara menyatakan bahwa iman Kristen dapat memulihkan korban.</p> <p style="text-align: justify;">Peristiwa tragis yang menimpa korban menghancurkan identitas diri korban, maka pemulihan korban berarti pemulihan identitas diri. Pemulihan identitas diri berarti penebusan (<em>redemption</em>) identitas naratif korban (<em>victim’s narrative identity</em>) menjadi identitas naratif penyintas (<em>survivor’s narrative identity</em>), melalui perjumpaan personal dengan Allah, dalam ingatan kudus (<em>sacred memory</em>) yang menyimpan narasi agung Sejarah Keselamatan Kristen (<em>Christian Grand Narrative</em>). Penyaliban Allah adalah sapaan Allah kepada manusia, yang telah jatuh ke dalam dosa, untuk mengenali dirinya secara berbeda. Sapaan itu merupakan wujud belas kasih tanpa syarat (<em>unconditional grace</em>) dari Allah kepada manusia. Melalui belas kasih-Nya, Allah mengundang manusia untuk mendekati-Nya, dan memulihkan relasi antara manusia dan Allah yang telah rusak oleh dosa—inilah anugerah penebusan, yang akan menempatkan sejarah hidup manusia dalam kerangka Sejarah Keselamatan yang dirancang Allah. Rekonsiliasi antara Allah dan manusia ini selanjutnya menjadi dasar bagi rekonsiliasi antara manusia dan sesama, yang akan mengubah dunia yang ditandai oleh permusuhan, menjadi dunia yang ditandai oleh perdamaian. Relasi antara manusia dan Allah itu hanya dapat ditemukan dalam ingatan kudus, ingatan yang memulihkan diri yang terluka.</p> <p style="text-align: justify;">Perjumpaan dengan Allah menebus diri yang terluka menjadi diri yang terpulihkan—diri yang tulus mengenali peristiwa tragis sebagai “bagian yang tak masuk akal dalam kisah kehidupan[-nya]” tanpa kehilangan pengharapan pada Allah. Semestinya, kepada diri yang terpulihkan inilah kita belajar untuk mengenali siapa Allah, siapa diri kita, siapa sesama kita, dan dunia seperti apa yang sebaiknya kita wujudkan. Dengan kata lain, kita mesti bersedia mendengarkan kesaksian diri yang terpulihkan—kesaksian yang sesungguhnya berdampak pada penebusan diri kita dan juga dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Dari tulisan ini diharapkan para korban kekerasan seksual bisa mendapatkan suatu pencerahan, bahwa pemulihan adalah suatu keniscayaan, karena Tuhan telah memulihkan kita melalui pengorbanan Anak-Nya. Demikian juga hendaknya komunitas dalam memandang korban. Perjumpaan dengan Allah dan iman kepada-Nya adalah titik balik korban menjadi seorang penyintas.</p> Jam Nol & Jam Terakhir Kehidupan 2023-12-08T21:23:09+07:00 2023-12-08T21:23:09+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kualitas-jam-nol-jam-terakhir-kehidupan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam pandangan ilmu bahasa, kata keterangan waktu memberikan kita penjelasan tentang suatu masa dalam kehidupan. Entah itu waktu yang kita habiskan dalam sehari selama 24 jam, seminggu selama 168 jam, sebulan, ratarata selama 720 jam, atau entah itu satu tahun, selama 8.760 jam.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kualitas-jam-nol-jam-terakhir-kehidupan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam pandangan ilmu bahasa, kata keterangan waktu memberikan kita penjelasan tentang suatu masa dalam kehidupan. Entah itu waktu yang kita habiskan dalam sehari selama 24 jam, seminggu selama 168 jam, sebulan, ratarata selama 720 jam, atau entah itu satu tahun, selama 8.760 jam.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kualitas-jam-nol-jam-terakhir-kehidupan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> WAKTU Kehidupan - Kesempatan - Catatan 2023-11-27T18:10:38+07:00 2023-11-27T18:10:38+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/waktu-kehidupan-kesempatan-catatan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! (Pengkhotbah 11:9)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/waktu-kehidupan-kesempatan-catatan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! (Pengkhotbah 11:9)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/waktu-kehidupan-kesempatan-catatan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> LIMA JURUS QUICK WIN RESPOND BAGI UMKM DI MASA PANDEMI 2023-11-21T15:31:17+07:00 2023-11-21T15:31:17+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>PENDAHULUAN</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>PENDAHULUAN</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> BPMK GKI ANNOUNCEMENT 2023-08-08T20:32:24+07:00 2023-08-08T20:32:24+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/bpmk-gki-announcement Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p> [H-1 PENDAFTARAN TERAKHIR] 2023-08-04T20:31:12+07:00 2023-08-04T20:31:12+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/h-1-pendaftaran-terakhir Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Siapaa nih yang kangen sama Fun Tournament 2022?</p> <p style="text-align: center;">Tau nggak sihh!<strong> Fun Tournament akan diadakan lagii loh di tahun 2023‼️🔥 </strong></p> <p style="text-align: center;">Tahun inii, cabang olahraga yang dilombakan adalah <strong>BASKET 🏀 dan BADMINTON</strong> 🏸!!</p> <p style="text-align: center;">Pasti keseruannya gak akan kalaah dengan Fun Tournament tahun lalu!</p> <p style="text-align: center;">Bagi teman-teman yang ingin ikuut, bisa klik link ini yaah ⬇️ 🔗 https://bit.ly/regisFTYM23 (Sisa slot = Ganda Campuran: 4 Tim ; Ganda Putri: 2 Tim)</p> <p style="text-align: center;">Kapaan lagi olahraga sehat dan menyenangkan sambil memperingati kemerdekaan?</p> <p style="text-align: center;">Yuuk join Fun Tournament 2023 Youth Ministry GKI Gading Serpong! Come and be the winnerr 🔥</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Siapaa nih yang kangen sama Fun Tournament 2022?</p> <p style="text-align: center;">Tau nggak sihh!<strong> Fun Tournament akan diadakan lagii loh di tahun 2023‼️🔥 </strong></p> <p style="text-align: center;">Tahun inii, cabang olahraga yang dilombakan adalah <strong>BASKET 🏀 dan BADMINTON</strong> 🏸!!</p> <p style="text-align: center;">Pasti keseruannya gak akan kalaah dengan Fun Tournament tahun lalu!</p> <p style="text-align: center;">Bagi teman-teman yang ingin ikuut, bisa klik link ini yaah ⬇️ 🔗 https://bit.ly/regisFTYM23 (Sisa slot = Ganda Campuran: 4 Tim ; Ganda Putri: 2 Tim)</p> <p style="text-align: center;">Kapaan lagi olahraga sehat dan menyenangkan sambil memperingati kemerdekaan?</p> <p style="text-align: center;">Yuuk join Fun Tournament 2023 Youth Ministry GKI Gading Serpong! Come and be the winnerr 🔥</p> BURN OUT 2023-08-01T22:12:02+07:00 2023-08-01T22:12:02+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/burn-out Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Betapa panas hati dan pikiran menghadapi tekanan dunia ini</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/burn-out" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Betapa panas hati dan pikiran menghadapi tekanan dunia ini</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/burn-out" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> PLUS MINUS Keluaran 4:10-17 2023-08-01T14:10:12+07:00 2023-08-01T14:10:12+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/plus-minus-keluaran-4-10-17 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/download.png" alt="" width="225" height="225" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>Kita harus lebih fokus pada kelebihan yang kita punya. </em></p> <p style="text-align: justify;">Tahun 2018, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah untuk acara olah raga terbesar di Asia, yaitu <em>Asian Games.</em> Namun, bukan hanya <em>Asian Games</em>, tetapi masih dilanjutkan dengan<em> Asian Para Games</em> setelah <em>Asian Games</em> selesai. <em>Asian Para Games</em> adalah ajang pertandingan olahraga untuk penyandang disabilitas. Saya sengaja menyempatkan diri untuk menonton ajang pertandingan olahraga ini. Saya melihat orang-orang dengan keterbatasan fisik, namun masih bisa menunjukkan kemampuannya dalam bidang olahraga. Ada orang yang tak bisa berjalan, namun bisa bermain bulutangkis. Ada orang yang tangannya kecil sebelah namun dapat memukul bola dengan baik. Ada orang yang kakinya kecil namun bisa menjadi atlit renang yang sangat baik. Sepulang dari menonton, saya merefleksikan apa yang terjadi. Dalam refleksi saya menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun janganlah kita terus berfokus pada kelemahan kita, melainkan marilah kita mengembangkan kelebihan dan talenta yang Tuhan sudah beri untuk kemuliaan Dia. Pada saat menonton <em>Asian Para Games,</em> saya justru tidak berfokus pada kelemahan mereka, tetapi lebih kepada kelebihan yang sudah Tuhan berikan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/plus-minus-keluaran-4-10-17" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/download.png" alt="" width="225" height="225" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>Kita harus lebih fokus pada kelebihan yang kita punya. </em></p> <p style="text-align: justify;">Tahun 2018, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah untuk acara olah raga terbesar di Asia, yaitu <em>Asian Games.</em> Namun, bukan hanya <em>Asian Games</em>, tetapi masih dilanjutkan dengan<em> Asian Para Games</em> setelah <em>Asian Games</em> selesai. <em>Asian Para Games</em> adalah ajang pertandingan olahraga untuk penyandang disabilitas. Saya sengaja menyempatkan diri untuk menonton ajang pertandingan olahraga ini. Saya melihat orang-orang dengan keterbatasan fisik, namun masih bisa menunjukkan kemampuannya dalam bidang olahraga. Ada orang yang tak bisa berjalan, namun bisa bermain bulutangkis. Ada orang yang tangannya kecil sebelah namun dapat memukul bola dengan baik. Ada orang yang kakinya kecil namun bisa menjadi atlit renang yang sangat baik. Sepulang dari menonton, saya merefleksikan apa yang terjadi. Dalam refleksi saya menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun janganlah kita terus berfokus pada kelemahan kita, melainkan marilah kita mengembangkan kelebihan dan talenta yang Tuhan sudah beri untuk kemuliaan Dia. Pada saat menonton <em>Asian Para Games,</em> saya justru tidak berfokus pada kelemahan mereka, tetapi lebih kepada kelebihan yang sudah Tuhan berikan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/plus-minus-keluaran-4-10-17" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> SUKU ANAK DALAM MENTAWAK Sebuah Wujud Kasih dan Misi GKI GS 2023-08-01T13:52:06+07:00 2023-08-01T13:52:06+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/suku-anak-dalam-mentawak-sebuah-wujud-kasih-dan-misi-gki-gs Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/image_2023-08-01_134813119.png" alt="" width="476" height="299" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Minggu, tanggal 30 Juni 2021, setelah melalui perjalanan kurang lebih tujuh jam dari kota Jambi, menjelang sore hari, rombongan kecil Tim Pokja GKI Gading Serpong tiba di lokasi suku Anak Dalam Mentawak, Kabupaten Bangko, Jambi. Perjalanan yang panjang dan melelahkan seketika berubah menjadi rasa haru dan penuh gembira, setelah melihat lokasi permukiman baru suku Anak Dalam Mentawak di atas lahan seluas 1.4 hektar, yang tadinya perkebunan kelapa sawit, kini telah berdiri jejeran rumah yang rapi dan baru, sebanyak dua puluh sembilan unit rumah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/suku-anak-dalam-mentawak-sebuah-wujud-kasih-dan-misi-gki-gs" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/image_2023-08-01_134813119.png" alt="" width="476" height="299" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Minggu, tanggal 30 Juni 2021, setelah melalui perjalanan kurang lebih tujuh jam dari kota Jambi, menjelang sore hari, rombongan kecil Tim Pokja GKI Gading Serpong tiba di lokasi suku Anak Dalam Mentawak, Kabupaten Bangko, Jambi. Perjalanan yang panjang dan melelahkan seketika berubah menjadi rasa haru dan penuh gembira, setelah melihat lokasi permukiman baru suku Anak Dalam Mentawak di atas lahan seluas 1.4 hektar, yang tadinya perkebunan kelapa sawit, kini telah berdiri jejeran rumah yang rapi dan baru, sebanyak dua puluh sembilan unit rumah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/suku-anak-dalam-mentawak-sebuah-wujud-kasih-dan-misi-gki-gs" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> SULITNYA MEMAHAMI TUHAN 2023-07-31T11:17:58+07:00 2023-07-31T11:17:58+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sulitnya-memahami-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Betapa sulitnya pikiran-Mu bagiku, ya Allah, dan betapa banyak jumlahnya! Mazmur 139:17 (BIS)</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sulitnya-memahami-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Betapa sulitnya pikiran-Mu bagiku, ya Allah, dan betapa banyak jumlahnya! Mazmur 139:17 (BIS)</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sulitnya-memahami-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> “Wall of Shame ” Lukas 10:25-37 2023-07-30T13:03:47+07:00 2023-07-30T13:03:47+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/wall-of-shame-lukas-10-25-37 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada akhir tahun 2015, dunia dihebohkan setelah beberapa media international seperti Reuters, BBC dan Daily Mail, ramairamai memberitakan tentang sebuah tembok yang diberi julukan “<em>Wall of Shame”</em>. Tembok ini berada di wilayah kota Lima, Peru, dibangun sepanjang 10 km dan tinggi 3 m. Di bagian atasnya terdapat kawat berduri sehingga orang-orang tidak dapat memanjatnya. Tembok ini dibangun untuk memisahkan dua kubu, yaitu kubu kumpulan orang kaya, dan kubu kumpulan orang miskin, agar orang miskin tidak dapat mencuri dari orang kaya. Kemiskinan membuat angka kriminalitas menjadi tinggi di Peru. Tembok ini telah dikecam oleh banyak negara dan lembaga kemanusiaan. Banyak orang menuntut agar tembok ini dihancurkan karena seperti namanya “Wall of Shame”, tembok ini merupakan aib yang tidak berperikemanusiaan.</p> <p style="text-align: justify;">“<em>Wall of Shame”</em> adalah salah satu tembok yang kelihatan oleh mata yang memisahkan dua kubu. Masih ada tembok lain seperti tembok Berlin dan sebagainya. Tembok ini menjadi penghalang bagi kedua kubu untuk berinteraksi dan bahkan menyatakan kasih di antara mereka. Tetapi tanpa disadari, di dalam hidup manusia banyak sekali tembok pemisah yang dibangun. Sayangnya tembok ini seringkali tak kasat mata sehingga membuat orang tidak sadar dan tidak mencermatinya. Prinsipnya sama seperti tembok di Peru, yaitu memisahkan antara kubu yang satu dengan yang lainnya. Tembok pemisah yang tak kelihatan mata bisa saja pemisah antara yang kaya dan miskin, perbedaan suku, perbedaan warna kulit, perbedaan status sosial, perbedaan kepintaran dan sebagainya. Dampaknya adalah seringkali kita melihat orang berdasarkan hal-hal seperti ini dan membuat kita memilih-milih orang yang cocok dengan kita. Seringkali kalimat ini muncul,<em> “dia bukan berasal dari suku kami, kami tidak mau bergaul dengannya”, “dia beda kasta dengan saya, saya tak mau&nbsp;dekat dengannya”, “dia miskin, pasti dia temanan dengan saya untuk mencari untung”</em> dan masih banyak lainnya. Hal-hal tersebut diucapkan dengan maksud merendahkan dan membuat tembok pemisah. Terlebih lagi hal ini sering terjadi pada gereja Tuhan. Tempat yang seharusnya menerima semua orang, tetapi di dalamnya terdapat banyak pemisah satu dengan yang lain. Hal ini sungguh menyedihkan dan memalukan. Jika Tuhan melihat kondisi gereja Tuhan dan umatnya seperti ini, apakah Tuhan akan tersenyum?</p> <p style="text-align: justify;">Hal serupa ternyata sudah ada sejak dahulu dalam umat Tuhan di Israel. Israel terkenal sebagai bangsa yang memiliki banyak tembok pemisah. Israel tidak mau bergaul dengan bangsa lain karena menganggap diri mereka adalah bangsa pilihan dan bangsa lain adalah kafir. Sesama golongan petinggi di Israel pun saling membenci. Golongan Farisi dan Saduki tak mau berbaur. Orang kaya dan orang miskin memiliki kesenjangan. Golongan terpelajar dan tidak terpelajar pun terdapat tembok pemisah. Tentunya masih banyak lagi lainnya. Ini sungguh menyedihkan.</p> <p style="text-align: justify;">Lukas 10 mengisahkan tentang seorang ahli Taurat yang datang mencobai Yesus dan menanyakan bagaimana cara seseorang memperoleh hidup yang kekal. Yesus pun menjawab sesuai dengan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yaitu mengasihi Tuhan dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus menekankan tentang hukum kasih yang merupakan kegenapan dari seluruh hukum Taurat. Uniknya, Lukas menulis dengan jelas bahwa ahli Taurat itu hendak membenarkan dirinya dan berkata “siapakah sesamaku manusia?”. Pertanyaan ini perlu dicermati. Mengapa ahli Taurat ini tidak menanyakan tentang kasih terhadap Allah? Jawabannya sederhana, karena dia adalah seorang ahli Taurat. Artinya dia sudah melakukan semua hal yang tertulis dalam kitab suci sebagai wujud kasihnya terhadap Allah. Tak perlu diragukan lagi. Lalu mengapa Lukas menulis untuk “<strong>membenarkan dirinya</strong>”? Ternyata Lukas melihat ada maksud terselubung dari pertanyaan ini. Seperti yang telah saya tulis di atas, Israel dikenal memiliki tembok pemisah di antara mereka. Pastinya ahli Taurat ini hanya mengasihi sesamanya yang merupakan ahli Taurat atau orang-orang yang selevel dengan mereka. Ahli Taurat ini ingin mendapatkan pujian dari Yesus tentang apa yang ia anggap benar dan apa yang telah ia kerjakan. Namun apa jawab Yesus?</p> <p style="text-align: justify;">Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan. Ada seseorang yang sedang lewat perbatasan kota Yerusalem dan Yerikho. Dia dirampok habis-habisan dan hampir mati. Lalu lewatlah seorang imam. Imam ini kalau diibaratkan hari ini adalah seperti pendeta atau hamba Tuhan di gereja. Seharusnya hati seorang imam adalah hati yang mengasihi dan menolong. Tetapi apa yang dilakukannya? Bukannya menolong malah dia melewatinya dari seberang jalan. Lewat pula seorang Lewi. Lewi jika diibaratkan hari ini seperti majelis atau aktivis gereja. Bukannya menolong, tetapi dia melakukan hal yang sama seperti yang imam lakukan, yaitu melewatinya dari seberang jalan. Mengapa imam dan orang Lewi ini berlaku demikian? Pertama, kemungkinan mereka berpikir bahwa ini belum tentu orang Yahudi. Adalah sebuah kenajisan jika bergaul dengan orang yang bukan Yahudi. Kedua, mereka tidak mau menyentuh karena jika seandainya orang ini mati, maka mereka akan menjadi najis. Pada zaman itu, orang mati tidak boleh disentuh. Tetapi masalahnya orang ini belum mati! Sungguh menyedihkan jika mereka tak menolong.</p> <p style="text-align: justify;">Kemudian datanglah seorang Samaria. Samaria bagi seorang Yahudi adalah bangsa yang najis. Awalnya bangsa Samaria adalah orang Israel juga. Tetapi karena mereka telah kawin campur pada saat pembuangan ke Asyur, mereka sudah tidak murni lagi Israel. Maka dari itu mereka dianggap sebagai bangsa yang najis. Israel tak mau bergaul dengan Samaria. Namun jika kita melihat kisah ini, orang yang najis itulah yang menolong orang sekarat ini. Bukan hanya menolong, tetapi juga berkorban banyak. Membalut lukanya, membawanya ke penginapan, merawatnya dan memastikan bahwa orang ini akan pulih. Orang Samaria ini tidak bertanya dahulu kepada orang yang sekarat ini apakah dia orang Samaria atau orang Yahudi. Satu hal yang dia tahu, orang ini harus ditolong. Itulah yang membuat orang Samaria ini menunjukkan kasihnya kepada orang sekarat ini.</p> <p style="text-align: justify;">Setelah menyampaikan perumpamaan ini, Yesus bertanya, “Siapakah dari ketiga orang ini yang menurutmu, adalah sesama manusia dari orang yang sekarat itu?” Ahli Taurat itu menjawab, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Ahli Taurat tak mau menyebut orang Samaria karena najis. Yesus dengan satu kalimat pamungkas menutup percakapan mereka, “Pergilah dan perbuatlah demikian.” Pernyataan Yesus menohok ahli Taurat ini.</p> <p style="text-align: justify;">Perbedaan dan keberagamaan itu ada dan nyata. Bahkan Tuhan mengijinkan semua itu ada. Perbedaan dan keberagaman bukanlah satu hal yang perlu diperdebatkan dan menjadi penghalang untuk berkarya. Tuhan sadar bahwa perbedaan itu ada, tetapi Dia tidak pernah mempermasalahkannya. Maka dari itu Tuhan meminta para umatNya untuk mengasihi sesama manusia. Tuhan tak berkata kasihilah sesamamu manusia yang satu suku, atau satu status sosial, satu warna kulit dan sebagainya. Tidak. Tuhan hanya berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Artinya, tak ada pembatas di antara umat manusia. Kasih sudah seharusnya menghancurkan segala tembok pemisah. Karena memang itulah jati diri kasih, melampaui semua batas-batas yang dibuat manusia. Mari bersama hari ini kita belajar mempraktekkan kasih itu dan mulai menghancurkan tembok pemisah yang dibangun diantara kita. <em><strong>“Pergilah dan berbuatlah demikian!”</strong></em></p> <p style="text-align: center;"><em>“Kasih sudah seharusnya menghancurkan segala tembok pemisah.” </em></p> <p>&nbsp;</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada akhir tahun 2015, dunia dihebohkan setelah beberapa media international seperti Reuters, BBC dan Daily Mail, ramairamai memberitakan tentang sebuah tembok yang diberi julukan “<em>Wall of Shame”</em>. Tembok ini berada di wilayah kota Lima, Peru, dibangun sepanjang 10 km dan tinggi 3 m. Di bagian atasnya terdapat kawat berduri sehingga orang-orang tidak dapat memanjatnya. Tembok ini dibangun untuk memisahkan dua kubu, yaitu kubu kumpulan orang kaya, dan kubu kumpulan orang miskin, agar orang miskin tidak dapat mencuri dari orang kaya. Kemiskinan membuat angka kriminalitas menjadi tinggi di Peru. Tembok ini telah dikecam oleh banyak negara dan lembaga kemanusiaan. Banyak orang menuntut agar tembok ini dihancurkan karena seperti namanya “Wall of Shame”, tembok ini merupakan aib yang tidak berperikemanusiaan.</p> <p style="text-align: justify;">“<em>Wall of Shame”</em> adalah salah satu tembok yang kelihatan oleh mata yang memisahkan dua kubu. Masih ada tembok lain seperti tembok Berlin dan sebagainya. Tembok ini menjadi penghalang bagi kedua kubu untuk berinteraksi dan bahkan menyatakan kasih di antara mereka. Tetapi tanpa disadari, di dalam hidup manusia banyak sekali tembok pemisah yang dibangun. Sayangnya tembok ini seringkali tak kasat mata sehingga membuat orang tidak sadar dan tidak mencermatinya. Prinsipnya sama seperti tembok di Peru, yaitu memisahkan antara kubu yang satu dengan yang lainnya. Tembok pemisah yang tak kelihatan mata bisa saja pemisah antara yang kaya dan miskin, perbedaan suku, perbedaan warna kulit, perbedaan status sosial, perbedaan kepintaran dan sebagainya. Dampaknya adalah seringkali kita melihat orang berdasarkan hal-hal seperti ini dan membuat kita memilih-milih orang yang cocok dengan kita. Seringkali kalimat ini muncul,<em> “dia bukan berasal dari suku kami, kami tidak mau bergaul dengannya”, “dia beda kasta dengan saya, saya tak mau&nbsp;dekat dengannya”, “dia miskin, pasti dia temanan dengan saya untuk mencari untung”</em> dan masih banyak lainnya. Hal-hal tersebut diucapkan dengan maksud merendahkan dan membuat tembok pemisah. Terlebih lagi hal ini sering terjadi pada gereja Tuhan. Tempat yang seharusnya menerima semua orang, tetapi di dalamnya terdapat banyak pemisah satu dengan yang lain. Hal ini sungguh menyedihkan dan memalukan. Jika Tuhan melihat kondisi gereja Tuhan dan umatnya seperti ini, apakah Tuhan akan tersenyum?</p> <p style="text-align: justify;">Hal serupa ternyata sudah ada sejak dahulu dalam umat Tuhan di Israel. Israel terkenal sebagai bangsa yang memiliki banyak tembok pemisah. Israel tidak mau bergaul dengan bangsa lain karena menganggap diri mereka adalah bangsa pilihan dan bangsa lain adalah kafir. Sesama golongan petinggi di Israel pun saling membenci. Golongan Farisi dan Saduki tak mau berbaur. Orang kaya dan orang miskin memiliki kesenjangan. Golongan terpelajar dan tidak terpelajar pun terdapat tembok pemisah. Tentunya masih banyak lagi lainnya. Ini sungguh menyedihkan.</p> <p style="text-align: justify;">Lukas 10 mengisahkan tentang seorang ahli Taurat yang datang mencobai Yesus dan menanyakan bagaimana cara seseorang memperoleh hidup yang kekal. Yesus pun menjawab sesuai dengan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yaitu mengasihi Tuhan dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus menekankan tentang hukum kasih yang merupakan kegenapan dari seluruh hukum Taurat. Uniknya, Lukas menulis dengan jelas bahwa ahli Taurat itu hendak membenarkan dirinya dan berkata “siapakah sesamaku manusia?”. Pertanyaan ini perlu dicermati. Mengapa ahli Taurat ini tidak menanyakan tentang kasih terhadap Allah? Jawabannya sederhana, karena dia adalah seorang ahli Taurat. Artinya dia sudah melakukan semua hal yang tertulis dalam kitab suci sebagai wujud kasihnya terhadap Allah. Tak perlu diragukan lagi. Lalu mengapa Lukas menulis untuk “<strong>membenarkan dirinya</strong>”? Ternyata Lukas melihat ada maksud terselubung dari pertanyaan ini. Seperti yang telah saya tulis di atas, Israel dikenal memiliki tembok pemisah di antara mereka. Pastinya ahli Taurat ini hanya mengasihi sesamanya yang merupakan ahli Taurat atau orang-orang yang selevel dengan mereka. Ahli Taurat ini ingin mendapatkan pujian dari Yesus tentang apa yang ia anggap benar dan apa yang telah ia kerjakan. Namun apa jawab Yesus?</p> <p style="text-align: justify;">Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan. Ada seseorang yang sedang lewat perbatasan kota Yerusalem dan Yerikho. Dia dirampok habis-habisan dan hampir mati. Lalu lewatlah seorang imam. Imam ini kalau diibaratkan hari ini adalah seperti pendeta atau hamba Tuhan di gereja. Seharusnya hati seorang imam adalah hati yang mengasihi dan menolong. Tetapi apa yang dilakukannya? Bukannya menolong malah dia melewatinya dari seberang jalan. Lewat pula seorang Lewi. Lewi jika diibaratkan hari ini seperti majelis atau aktivis gereja. Bukannya menolong, tetapi dia melakukan hal yang sama seperti yang imam lakukan, yaitu melewatinya dari seberang jalan. Mengapa imam dan orang Lewi ini berlaku demikian? Pertama, kemungkinan mereka berpikir bahwa ini belum tentu orang Yahudi. Adalah sebuah kenajisan jika bergaul dengan orang yang bukan Yahudi. Kedua, mereka tidak mau menyentuh karena jika seandainya orang ini mati, maka mereka akan menjadi najis. Pada zaman itu, orang mati tidak boleh disentuh. Tetapi masalahnya orang ini belum mati! Sungguh menyedihkan jika mereka tak menolong.</p> <p style="text-align: justify;">Kemudian datanglah seorang Samaria. Samaria bagi seorang Yahudi adalah bangsa yang najis. Awalnya bangsa Samaria adalah orang Israel juga. Tetapi karena mereka telah kawin campur pada saat pembuangan ke Asyur, mereka sudah tidak murni lagi Israel. Maka dari itu mereka dianggap sebagai bangsa yang najis. Israel tak mau bergaul dengan Samaria. Namun jika kita melihat kisah ini, orang yang najis itulah yang menolong orang sekarat ini. Bukan hanya menolong, tetapi juga berkorban banyak. Membalut lukanya, membawanya ke penginapan, merawatnya dan memastikan bahwa orang ini akan pulih. Orang Samaria ini tidak bertanya dahulu kepada orang yang sekarat ini apakah dia orang Samaria atau orang Yahudi. Satu hal yang dia tahu, orang ini harus ditolong. Itulah yang membuat orang Samaria ini menunjukkan kasihnya kepada orang sekarat ini.</p> <p style="text-align: justify;">Setelah menyampaikan perumpamaan ini, Yesus bertanya, “Siapakah dari ketiga orang ini yang menurutmu, adalah sesama manusia dari orang yang sekarat itu?” Ahli Taurat itu menjawab, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Ahli Taurat tak mau menyebut orang Samaria karena najis. Yesus dengan satu kalimat pamungkas menutup percakapan mereka, “Pergilah dan perbuatlah demikian.” Pernyataan Yesus menohok ahli Taurat ini.</p> <p style="text-align: justify;">Perbedaan dan keberagamaan itu ada dan nyata. Bahkan Tuhan mengijinkan semua itu ada. Perbedaan dan keberagaman bukanlah satu hal yang perlu diperdebatkan dan menjadi penghalang untuk berkarya. Tuhan sadar bahwa perbedaan itu ada, tetapi Dia tidak pernah mempermasalahkannya. Maka dari itu Tuhan meminta para umatNya untuk mengasihi sesama manusia. Tuhan tak berkata kasihilah sesamamu manusia yang satu suku, atau satu status sosial, satu warna kulit dan sebagainya. Tidak. Tuhan hanya berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Artinya, tak ada pembatas di antara umat manusia. Kasih sudah seharusnya menghancurkan segala tembok pemisah. Karena memang itulah jati diri kasih, melampaui semua batas-batas yang dibuat manusia. Mari bersama hari ini kita belajar mempraktekkan kasih itu dan mulai menghancurkan tembok pemisah yang dibangun diantara kita. <em><strong>“Pergilah dan berbuatlah demikian!”</strong></em></p> <p style="text-align: center;"><em>“Kasih sudah seharusnya menghancurkan segala tembok pemisah.” </em></p> <p>&nbsp;</p> Tuaian Banyak, tetapi Pekerja Sedikit (Matius 9:35-38) 2023-07-30T12:42:37+07:00 2023-07-30T12:42:37+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tuaian-banyak-tetapi-pekerja-sedikit-matius-9-35-38 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit, karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerjanya untuk tuaian itu.”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tuaian-banyak-tetapi-pekerja-sedikit-matius-9-35-38" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit, karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerjanya untuk tuaian itu.”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tuaian-banyak-tetapi-pekerja-sedikit-matius-9-35-38" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Lalang atau Gandum 2022-04-26T10:08:30+07:00 2022-04-26T10:08:30+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/lalang-atau-gandum Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/pexels-nathan-cowley-1089168.jpg" alt="Lalang atau Gandum"></p><p>Matius 13:30 (TB), "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/lalang-atau-gandum" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/pexels-nathan-cowley-1089168.jpg" alt="Lalang atau Gandum"></p><p>Matius 13:30 (TB), "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/lalang-atau-gandum" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menikmati Cawan Pahit Penderitaan 2022-04-14T10:05:13+07:00 2022-04-14T10:05:13+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menikmati-cawan-pahit-penderitaan Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Menikmati-Cawan-Pahit-Penderitaan.jpg" alt="Menikmati Cawan Pahit Penderitaan"></p><p>Siapakah yang mau menderita? Manusia pada umumnya pasti tidak ada yang mau menderita. Yang selalu dicari manusia adalah kebahagiaan, kenikmatan hidup. Namun, apakah kedua hal itu bisa memuaskan manusia?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menikmati-cawan-pahit-penderitaan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Menikmati-Cawan-Pahit-Penderitaan.jpg" alt="Menikmati Cawan Pahit Penderitaan"></p><p>Siapakah yang mau menderita? Manusia pada umumnya pasti tidak ada yang mau menderita. Yang selalu dicari manusia adalah kebahagiaan, kenikmatan hidup. Namun, apakah kedua hal itu bisa memuaskan manusia?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menikmati-cawan-pahit-penderitaan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Aku adalah Apa yang Aku Pikirkan 2021-10-26T08:55:09+07:00 2021-10-26T08:55:09+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-adalah-apa-yang-aku-pikirkan Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Aku-adalah-Apa-yang-Aku-Pikirkan_by_pexels-drew-rae-1090932.jpg" alt="Aku adalah Apa yang Aku Pikirkan"></p><p>Hidup adalah menjalani sebuah perjalanan. Setiap hari akan diisi dengan berbagai pilihan; mau bangun sekarang atau 5 menit lagi, mau meletakkan buku di atas meja atau di lantai, mau memakai celana pendek atau celana panjang, mau saat teduh pagi hari atau nanti malam, mau membaca Alkitab atau menonton film, atau sampai pilihan-pilihan yang lebih membutuhkan pemikiran seperti mau masuk kuliah jurusan apa, di mana, atau pekerjaan apa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-adalah-apa-yang-aku-pikirkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Aku-adalah-Apa-yang-Aku-Pikirkan_by_pexels-drew-rae-1090932.jpg" alt="Aku adalah Apa yang Aku Pikirkan"></p><p>Hidup adalah menjalani sebuah perjalanan. Setiap hari akan diisi dengan berbagai pilihan; mau bangun sekarang atau 5 menit lagi, mau meletakkan buku di atas meja atau di lantai, mau memakai celana pendek atau celana panjang, mau saat teduh pagi hari atau nanti malam, mau membaca Alkitab atau menonton film, atau sampai pilihan-pilihan yang lebih membutuhkan pemikiran seperti mau masuk kuliah jurusan apa, di mana, atau pekerjaan apa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-adalah-apa-yang-aku-pikirkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Seandainya ini adalah Jejak Terakhir 2021-07-12T11:12:39+07:00 2021-07-12T11:12:39+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/seandainya-ini-adalah-jejak-terakhir Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Dragonfly_Imagecredittheresia_fenie.jpg" alt="Seandainya ini adalah Jejak Terakhir"></p><p>&nbsp;</p> <p>Suara sirine <em>ambulance</em> tak henti-hentinya saling bersahutan. "Sudah lebih dari 5 <em>ambulance</em> lewat di jalanan dalam satu jam,” demikian saya katakan pada teman-teman saya. Posisi rumah yang terletak di dekat jalan tol, membuat saya selalu mendengar hilir mudik suara kendaraan yang melintas.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/seandainya-ini-adalah-jejak-terakhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Dragonfly_Imagecredittheresia_fenie.jpg" alt="Seandainya ini adalah Jejak Terakhir"></p><p>&nbsp;</p> <p>Suara sirine <em>ambulance</em> tak henti-hentinya saling bersahutan. "Sudah lebih dari 5 <em>ambulance</em> lewat di jalanan dalam satu jam,” demikian saya katakan pada teman-teman saya. Posisi rumah yang terletak di dekat jalan tol, membuat saya selalu mendengar hilir mudik suara kendaraan yang melintas.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/seandainya-ini-adalah-jejak-terakhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Covid 19: Sampai Titik Akhir! 2021-07-12T10:43:57+07:00 2021-07-12T10:43:57+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/covid-19-sampai-titik-akhir Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Imagecredittheresia_fenie.jpg" alt="Covid 19: Sampai Titik Akhir!"></p><p>&nbsp;</p> <p>Menunggu itu menyebalkan. Titik.</p> <p>Apalagi jika menunggu kapan wabah pandemi Covid 19 di negeri ini segera berakhir. Sudah lebih dari satu tahun pandemi melanda, namun tidak ada tanda-tanda segera berakhir. Beberapa minggu terakhir ini, kegalauan terasa lebih menyergap. Jumlah penderita dilaporkan terus bertambah. Rasa duka bertebaran di antara yang masih hidup, karena kematian orang-orang terdekatnya akibat Covid 19. Tidak sedikit juga orang yang masih kalang kabut menata masa depan, karena pekerjaan, usaha, dan keluarganya berantakan akibat Covid 19.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/covid-19-sampai-titik-akhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Imagecredittheresia_fenie.jpg" alt="Covid 19: Sampai Titik Akhir!"></p><p>&nbsp;</p> <p>Menunggu itu menyebalkan. Titik.</p> <p>Apalagi jika menunggu kapan wabah pandemi Covid 19 di negeri ini segera berakhir. Sudah lebih dari satu tahun pandemi melanda, namun tidak ada tanda-tanda segera berakhir. Beberapa minggu terakhir ini, kegalauan terasa lebih menyergap. Jumlah penderita dilaporkan terus bertambah. Rasa duka bertebaran di antara yang masih hidup, karena kematian orang-orang terdekatnya akibat Covid 19. Tidak sedikit juga orang yang masih kalang kabut menata masa depan, karena pekerjaan, usaha, dan keluarganya berantakan akibat Covid 19.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/covid-19-sampai-titik-akhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Jika Itu Bukan Dosa... 2021-05-27T10:31:04+07:00 2021-05-27T10:31:04+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jika-itu-bukan-dosa Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Jika-Itu-Bukan-Dosa-Pic-by-pexels-sora-shimazaki.jpg" alt="Jika Itu Bukan Dosa..."></p><p>Seringkali saya emosi menghadapi tingkah laku orang-orang terdekat di rumah saya, yang tidak sesuai dengan harapan saya. Meskipun saya menyadari betul adanya perbedaan karakter dari setiap pribadilah yang melahirkan konflik, dan kalau dipikir-pikir itu adalah hal yang sepele. Namun tidak dapat dipungkiri, jika dibiarkan emosi-emosi negatif ini menumpuk, akan berdampak buruk juga terhadap jiwa saya, dan relasi saya dengan sesama.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jika-itu-bukan-dosa" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Jika-Itu-Bukan-Dosa-Pic-by-pexels-sora-shimazaki.jpg" alt="Jika Itu Bukan Dosa..."></p><p>Seringkali saya emosi menghadapi tingkah laku orang-orang terdekat di rumah saya, yang tidak sesuai dengan harapan saya. Meskipun saya menyadari betul adanya perbedaan karakter dari setiap pribadilah yang melahirkan konflik, dan kalau dipikir-pikir itu adalah hal yang sepele. Namun tidak dapat dipungkiri, jika dibiarkan emosi-emosi negatif ini menumpuk, akan berdampak buruk juga terhadap jiwa saya, dan relasi saya dengan sesama.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jika-itu-bukan-dosa" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Munafik 2021-05-17T13:42:18+07:00 2021-05-17T13:42:18+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/munafik Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Munafik_photo-by-pexels-kat-jayne-548389.jpg" alt="Munafik"></p><p>"Munafik" kata yang begitu menyeramkan buat telinga saya, kata yang akan menohok hati saya jika ada yang mengatakan itu kepada saya. Tidak ada seorang pun yang mau dibilang munafik oleh orang lain. Memang sih, tidak ada yang mengatakannya di depan saya, namun ada satu yang jujur, yang berani mengatakan kepada saya: hati nurani, ya, hati nurani saya yang mengatakannya.</p> <p>“Apakah senyuman yang saya lontarkan selama ini tulus lahir dari hati?” “Sepertinya tidak!” (Itu namanya munafik, suara hati saya menuduh).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/munafik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Munafik_photo-by-pexels-kat-jayne-548389.jpg" alt="Munafik"></p><p>"Munafik" kata yang begitu menyeramkan buat telinga saya, kata yang akan menohok hati saya jika ada yang mengatakan itu kepada saya. Tidak ada seorang pun yang mau dibilang munafik oleh orang lain. Memang sih, tidak ada yang mengatakannya di depan saya, namun ada satu yang jujur, yang berani mengatakan kepada saya: hati nurani, ya, hati nurani saya yang mengatakannya.</p> <p>“Apakah senyuman yang saya lontarkan selama ini tulus lahir dari hati?” “Sepertinya tidak!” (Itu namanya munafik, suara hati saya menuduh).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/munafik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Hidup ini adalah Kesempatan 2021-04-27T09:09:53+07:00 2021-04-27T09:09:53+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hidup-ini-adalah-kesempatan Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Hidup_ini_adalah_Kesempatan.jpeg" alt="Hidup ini adalah Kesempatan"></p><p><strong>Tangerang, 22 April 2018</strong></p> <p>Pagi itu dia datang ke rumah saya dengan diboncengkan motor oleh kawannya. Sambil menyerahkan sebuah naskah kisahnya, dia pun menceritakan pengalamannya melewati kanker kolon. “Buku ini saya wujudkan sebagai rasa syukur atas kasih Tuhan yang membantu saya melewati semuanya.” Wajahnya yang cerah bersemangat dan penuh senyum, tidak menampakkan raga orang yang sedang sakit. Sehingga saya sangat terkejut ketika mengetahui saat itu dia baru 2 minggu melewati operasi kanker ovarium.</p> <p>“Jadi, buku ini perjuanganmu melewati kanker kolon? Lalu setelah itu kamu divonis kanker ovarium?” tanya saya tak berkedip.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hidup-ini-adalah-kesempatan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Hidup_ini_adalah_Kesempatan.jpeg" alt="Hidup ini adalah Kesempatan"></p><p><strong>Tangerang, 22 April 2018</strong></p> <p>Pagi itu dia datang ke rumah saya dengan diboncengkan motor oleh kawannya. Sambil menyerahkan sebuah naskah kisahnya, dia pun menceritakan pengalamannya melewati kanker kolon. “Buku ini saya wujudkan sebagai rasa syukur atas kasih Tuhan yang membantu saya melewati semuanya.” Wajahnya yang cerah bersemangat dan penuh senyum, tidak menampakkan raga orang yang sedang sakit. Sehingga saya sangat terkejut ketika mengetahui saat itu dia baru 2 minggu melewati operasi kanker ovarium.</p> <p>“Jadi, buku ini perjuanganmu melewati kanker kolon? Lalu setelah itu kamu divonis kanker ovarium?” tanya saya tak berkedip.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hidup-ini-adalah-kesempatan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Catatan Akhir Tahun 2020-12-31T19:55:30+07:00 2020-12-31T19:55:30+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/catatan-akhir-tahun Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/pexels-polina-kovaleva.jpg" alt="Catatan Akhir Tahun"></p><p>Tangerang, 31 Desember 2020</p> <p>Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2020. Sungguh oleh anugerah-Nya semata, kita bisa melalui tahun ini. Tahun 2020, tahun yang penuh kejutan, kejutan yang membawa duka, namun juga suka.</p> <p>Duka karena ada kerabat, sahabat, kenalan, yang ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya, duka karena kehilangan pekerjaan, karena sakit penyakit, dan&nbsp; duka yang disebabkan oleh pandemi covid-19.</p> <p>Suka karena ada teman-teman yang bersukacita karena kelahiran putranya, ada rekan yang memulai keluarga barunya, suka karena ada kesempatan belajar melakukan hal-hal baru yang positip yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, karena diberi kesempatan mencapai prestasi yang sepertinya sulit dipercaya dapat diraih, suka karena diberi kesempatan memimpin, meskipun seringkali kegentaran melingkupi.</p> <p>Melalui semua itu saya dingatkan bahwa sungguh&nbsp; tidak ada sesuatu yang mustahil kalau Tuhan berkehendak. Boleh sombong? Tentu tidak.&nbsp; Semua itu hanya karena anugerah-Nya semata.&nbsp; Belajar memberikan yang terbaik, belajar melihat bahwa Ia turut bekerja. Belajar untuk selalu rendah hati, karena kemuliaan hanya patut diberikan kepada Tuhan. Belajar berserah kepada kehendak-Nya.</p> <p>Mudah dijalankan? Tentu tidak. Sulit? Ya, namun sulit bukan berarti tidak bisa. Bisa karena kamu hebat? Tentu tidak, hanya karena DIA yang hebat, yang memberikan rahmat-Nya kepada kita. Siapa kita ini? Kita hanyalah debu.</p> <p>"sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3: 19b)</p> <p>Memasuki tahun 2021, ada rasa gentar menghadapi apa yang ada di depan. Namun kiranya Tuhan memberikan rahmat-Nya, menuntun setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini.</p> <p>Lebih berhati-hati lagi dalam bertindak, lebih berhikmat lagi, lebih bijaksana lagi, lebih mengasihi lagi. Terus diingatkan: "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)</p> <p>Terus berupaya supaya memperoleh mahkota abadi yang sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Kiranya Tuhan yang menolong dan memampukan kita.</p> <p><em>"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi&nbsp; (1 Timotius 6:12).”</em></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/pexels-polina-kovaleva.jpg" alt="Catatan Akhir Tahun"></p><p>Tangerang, 31 Desember 2020</p> <p>Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2020. Sungguh oleh anugerah-Nya semata, kita bisa melalui tahun ini. Tahun 2020, tahun yang penuh kejutan, kejutan yang membawa duka, namun juga suka.</p> <p>Duka karena ada kerabat, sahabat, kenalan, yang ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya, duka karena kehilangan pekerjaan, karena sakit penyakit, dan&nbsp; duka yang disebabkan oleh pandemi covid-19.</p> <p>Suka karena ada teman-teman yang bersukacita karena kelahiran putranya, ada rekan yang memulai keluarga barunya, suka karena ada kesempatan belajar melakukan hal-hal baru yang positip yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, karena diberi kesempatan mencapai prestasi yang sepertinya sulit dipercaya dapat diraih, suka karena diberi kesempatan memimpin, meskipun seringkali kegentaran melingkupi.</p> <p>Melalui semua itu saya dingatkan bahwa sungguh&nbsp; tidak ada sesuatu yang mustahil kalau Tuhan berkehendak. Boleh sombong? Tentu tidak.&nbsp; Semua itu hanya karena anugerah-Nya semata.&nbsp; Belajar memberikan yang terbaik, belajar melihat bahwa Ia turut bekerja. Belajar untuk selalu rendah hati, karena kemuliaan hanya patut diberikan kepada Tuhan. Belajar berserah kepada kehendak-Nya.</p> <p>Mudah dijalankan? Tentu tidak. Sulit? Ya, namun sulit bukan berarti tidak bisa. Bisa karena kamu hebat? Tentu tidak, hanya karena DIA yang hebat, yang memberikan rahmat-Nya kepada kita. Siapa kita ini? Kita hanyalah debu.</p> <p>"sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3: 19b)</p> <p>Memasuki tahun 2021, ada rasa gentar menghadapi apa yang ada di depan. Namun kiranya Tuhan memberikan rahmat-Nya, menuntun setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini.</p> <p>Lebih berhati-hati lagi dalam bertindak, lebih berhikmat lagi, lebih bijaksana lagi, lebih mengasihi lagi. Terus diingatkan: "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)</p> <p>Terus berupaya supaya memperoleh mahkota abadi yang sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Kiranya Tuhan yang menolong dan memampukan kita.</p> <p><em>"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi&nbsp; (1 Timotius 6:12).”</em></p> Menjadi Murid: Taat dan Fokus 2020-09-21T09:54:05+07:00 2020-09-21T09:54:05+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-murid-taat-dan-fokus Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Menjadi-Murid-Taat-dan-Fokus_francesco-gallarotti-unsplash.jpg" alt="Menjadi Murid: Taat dan Fokus"></p><p>Di masa pandemi ini, banyak sumber ilmu pengetahuan yang terbuka secara daring. Kartu pra kerja dari pemerintah, kursus-kursus gratis dari berbagai perguruan tinggi ternama , ataupun webinar-webinar yang membahas beragam topik menarik, dari mulai psikologi, kewirausahaan, sampai dengan berbagai keterampilan. Semua ini tentu dapat memberikan masukan positif bagi kita semua, jika kita dapat memanfaatkannya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-murid-taat-dan-fokus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Menjadi-Murid-Taat-dan-Fokus_francesco-gallarotti-unsplash.jpg" alt="Menjadi Murid: Taat dan Fokus"></p><p>Di masa pandemi ini, banyak sumber ilmu pengetahuan yang terbuka secara daring. Kartu pra kerja dari pemerintah, kursus-kursus gratis dari berbagai perguruan tinggi ternama , ataupun webinar-webinar yang membahas beragam topik menarik, dari mulai psikologi, kewirausahaan, sampai dengan berbagai keterampilan. Semua ini tentu dapat memberikan masukan positif bagi kita semua, jika kita dapat memanfaatkannya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-murid-taat-dan-fokus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Buka Topengmu! 2020-06-13T16:45:46+07:00 2020-06-13T16:45:46+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/buka-topengmu Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/john-noonan-QM_LE41VJJ4-unsplash.jpg" alt=""></p><p>"Buka dulu topengmu...buka dulu topengmu.."</p> <p>Mungkin di antara pembaca ada yang tahu atau masih ingat dengan sepenggal syair lagu tersebut. Beberapa hari yang lalu, saya membaca status di salah satu kontak WA saya, yang bunyinya kalau diterjemahkan kira-kira demikian: "Di saat-saat ini, ada orang-orang yang tidak suka atau tidak terbiasa memakai masker di gedung gereja, padahal dulu mereka selalu memakai topeng di gereja." <em>Wow, makjleb</em>, ya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/buka-topengmu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/john-noonan-QM_LE41VJJ4-unsplash.jpg" alt=""></p><p>"Buka dulu topengmu...buka dulu topengmu.."</p> <p>Mungkin di antara pembaca ada yang tahu atau masih ingat dengan sepenggal syair lagu tersebut. Beberapa hari yang lalu, saya membaca status di salah satu kontak WA saya, yang bunyinya kalau diterjemahkan kira-kira demikian: "Di saat-saat ini, ada orang-orang yang tidak suka atau tidak terbiasa memakai masker di gedung gereja, padahal dulu mereka selalu memakai topeng di gereja." <em>Wow, makjleb</em>, ya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/buka-topengmu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> PENGHIBUR SIALAN DI MASA PANDEMI COVID-19 2020-05-14T22:43:23+07:00 2020-05-14T22:43:23+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penghibur-sialan-di-masa-pandemi-covid-19 Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“Hal seperti itu telah acapkali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!” </em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“Eh, jangan pakai kata umpatan! <em>Ngapain</em> <em>sih,</em> harus bilang ‘sialan’?”</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“Lho, ini cuma mengulang teks Alkitab. Apa yang salah? Coba <em>aja</em> cek, pasti ada kutipan itu!”</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“<em>Penghibur sialan kamu semua</em>”<a id="_ednref1" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn1"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[i]</span></a> adalah tanggapan Ayub kepada teman-temannya, setelah mendengar komentar mereka tentang dirinya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>Hah</em>, Ayub berkata begitu? Masa <em>sih</em>? Bukankah Alkitab menuliskan dia sebagai orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah?<a id="_ednref2" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn2"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ii]</span></a> Bagaimana mungkin orang yang taat beribadah, dengan kerohanian yang baik dapat temperamental seperti itu?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Rasanya ada dua hal yang membuat Ayub berperilaku seperti itu. Yang pertama, apa yang dialami Ayub sudah sangat menekan dirinya. Ia telah mengalami kehilangan seluruh harta benda yang dimilikinya, serta anak-anaknya dalam waktu yang berdekatan. Tidak hanya itu, tubuh Ayub pun dihinggapi penyakit barah yang busuk dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seakan tidak cukup, pasangan hidup yang mungkin diharapkan bisa menolong, justru malah mendamprat: <em>"Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"</em><a id="_ednref3" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn3"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iii]</span></a>.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Awalnya Ayub masih bermental baja. Ia tidak mau mengumpat dan menerima saja apa yang terjadi pada dirinya. Ia masih bisa mengatakan “<em>TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!</em>”. Ia pun mengatakan “<em>Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?</em>” Kokohnya iman Ayub yang tampak dari dua ayat ini, menyebabkan banyak orang sering mengutip ayat ini sebagai penguatan ketika merasakan derita yang dalam, namun tetap ingin memercayai Tuhan. Alkitab pun mencatat, sampai titik ini, Ayub tidak berbuat dosa.<a id="_ednref4" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn4"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iv]</span></a></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Namun kisah ini tidak berhenti di situ.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Tekanan yang sangat berat dan ketidakmengertian Ayub mengenai apa yang terjadi pada dirinya, membuat ia meledak. Maka, orang yang saleh, jujur dan yang awalnya penuh kepasrahan pada Tuhan ini kemudian melampiaskan tekanan dalam dirinya dengan sangat terbuka. Ia seakan berteriak:<a id="_ednref5" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn5"><em><strong><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[v]</span></strong></em></a></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku…” </em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“<span style="color: black;">Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?”</span></em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Bobol sudah pertahanan Ayub. Ia tidak sanggup lagi menahan penderitaan yang menimpa dirinya. “<em>Sekarang keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh”.<a id="_ednref6" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn6"><strong><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif; color: black;">[vi]</span></strong></a> </em>&nbsp;Ia merasa tidak bersalah dan ingin mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya kepada Tuhan.<a id="_ednref7" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn7"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif; color: black;">[vii]</span></a>&nbsp; </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Kehilangan semua yang pernah diraih, ditinggalkan mereka yang dekat, dan ketidaktahuan akan apa yang sedang terjadi, merupakan kombinasi yang tepat untuk membuat hidup seseorang ambyar berkeping-keping. Ayub masuk ke dalam pusaran hebat naik turun perasaan yang menghempas dirinya. </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Ketika seseorang berharap tidak pernah dilahirkan, apa lagi yang tersisa dari dirinya untuk melanjutkan kehidupan? </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Dalam kondisi yang terpuruk dan labil tersebut, datanglah tekanan berikutnya dari perilaku orang-orang yang disebut Alkitab sebagai sahabat.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Sahabat-sahabat itu datang dengan maksud baik. Dituliskan, bahwa mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa dan menghibur Ayub. Mereka bahkan menunjukkan solidaritas dengan mengoyakkan jubah, menaburkan debu di kepala, dan duduk bersama selama tujuh hari tujuh malam, tanpa mengucap sepatah kata kepada Ayub.<a id="_ednref8" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn8"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[viii]</span></a> Dengan semua tindakan yang baik ini, mengapa Ayub justru mengatakan mereka adalah penghibur sialan?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Kita tidak pernah tahu perasaan Ayub yang paling dalam atas perilaku sahabat-sahabatnya ini. Namun, setidaknya kita dapat meraba ada dua hal yang menyebabkan Ayub naik pitam, hingga mengeluarkan kata ‘sialan’.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Yang pertama, diamnya teman-teman Ayub ternyata adalah penantian mereka untuk menjawab. Bisa jadi mereka mendengar bukan untuk memahami, tetapi mendengar untuk menjawab. Berdiam bersama adalah tindakan empatik yang baik ketika menemani orang yang sedang berduka. Namun, diam untuk mengambil kesempatan menyodorkan jawaban, adalah tindakan yang bertolak belakang dari empati. Keluh kesah Ayub tidak dilihat sebagai langkah tertatih-tatih seseorang yang sedang mencoba memulihkan dirinya, namun sebagai perilaku yang harus segera dikoreksi. Ayub tidak diberikan ruang sebagai orang yang sedang mengalami pasang surut emosi ekstrim, karena kejadian yang dialaminya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Kedua, teman-teman Ayub mungkin lebih ingin menyampaikan apa yang mereka pikirkan. Saking pentingnya menyampaikan hasil analisa mereka, alih-alih mencoba memahami kisah dari sudut pandang Ayub, mereka memberondong Ayub dengan seperangkat dogma, yang mereka yakini menimpa Ayub. Pembicaraan selanjutnya di antara mereka memperlihatkan, bahwa mereka ingin menekankan, bahwa semua ini terjadi karena kesalahan Ayub. Dari sisi Ayub, mungkin inilah hal terakhir yang ingin ia dengar. Dikhotbahi dan dituduh bersalah, padahal ia yakin tidak bersalah, dan sedang merasakan kerapuhan hidup yang amat sangat.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Penghibur sialan! Kata ini menggambarkan perasaaan Ayub terhadap mereka. Ia sedang tertekan. Ia sedang tidak stabil. Ia didatangi teman yang hanya ingin mendengar untuk menjawab. Ia mendapatkan teman yang hanya ingin menyampaikan hasil analisa dogmatis, dan tidak memberikan ruang untuk memulihkan dirinya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Masa pandemi COVID-19 yang sampai saat ini belum kelihatan ujungnya, menampilkan banyak ‘Ayub’ masa kini di sekitar kita: orang-orang yang oleh pandemi ini dirampas penghasilannya, usahanya, prestasinya, pergaulannya, ruang pribadinya, orang terdekatnya, bahkan sampai jatuh sakit. Mereka dengan mudah mengidentifikasi dirinya sebagai Ayub. Mereka bisa jadi adalah pasangan kita, orang tua kita, anak kita, anggota keluarga kita, bawahan atau atasan, rekan bisnis, pelanggan dan sebagainya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Pada saat yang sama, kita juga dengan mudah dapat mengidentifikasi diri sebagai teman-teman Ayub, yang merasa tahu apa yang terjadi, dan yang merasa dalam posisi lebih baik untuk menolong. Kita merasa terpanggil dan siap sedia menyodorkan banyak jawaban untuk menghibur mereka.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Melihat kisah Ayub dan teman-temannya, adakah langkah sederhana, agar niat kita tidak berakhir menjadi penghibur sialan?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Ada beberapa hal yang dapat kita pertimbangkan. Yang pertama, menyadari bahwa <em>we are in the same storm, but we may not be in the same boat. </em>Kita semua berada di tengah badai yang sama, namun belum tentu berada di perahu yang sama. Badai COVID-19 mungkin dialami semua orang, namun tidak semua berada dalam kondisi yang sama. Kesadaran akan situasi ini dapat menjadi pijakan yang sangat baik untuk menolong. Hal ini akan melahirkan perspektif yang berempati dan mau memahami sudut pandang orang lain.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Selanjutnya, berikanlah ruang untuk meluapkan perasaan. Katarsis. Itulah kata yang sering dipakai untuk menggambarkan situasi, di mana orang dapat meluapkan perasaannya secara bebas. Katarsis, jika difasilitasi dengan baik, akan menjadi langkah awal penyembuhan diri. Peran kita adalah menjadi sahabat yang dapat dipercaya, sehingga orang tersebut menemukan ruang aman menjadi dirinya, tanpa dibayangi oleh serentetan nasehat dan penghakiman yang menanti. Emosi yang naik turun secara ekstrim dalam situasi yang tak menentu di masa pandemi COVID-19 ini umum ditemukan. Menyediakan telinga untuk mendengar dan ruang aman adalah hal yang langka.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Hal terakhir adalah mendengar untuk memahami, dan bukan mendengar untuk menjawab. Jika perspektif ini ditanamkan, hal ini akan membantu kita untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan investigatif seperti detektif, yang justru menyudutkan mereka. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan adalah yang menggali perasaan-perasaan terdalam, sehingga mereka menemukan ruang yang aman. Komentar-komentar kita – jika pun ada – lebih untuk mengalihbahasakan perasaan mereka, dan bukan untuk menyindir atau menasihati. Mereka akan terbantu, karena dapat bercermin melalui kesediaan kita mendengar. Kita mendengar untuk memahami.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Sampai akhir kisahnya, Ayub tidak pernah tahu alasan yang membuat ia menjalani semua penderitaan tersebut. Kita sebagai pembaca masa kini mengerti latar belakang kisah yang menimpa dirinya, namun Ayub tidak. Bahkan sampai di akhir kisah, tidak dituliskan bahwa Tuhan mengungkapkan kejadian yang disebutkan di awal kisah Ayub.<a id="_ednref9" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn9"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ix]</span></a> Kenyataan ini mengingatkan kita, adanya dimensi yang tidak diketahui oleh Ayub dan teman-temannya. Bagi kita di masa kini, kesadaran adanya dimensi ini akan memberikan kerendahan hati untuk berempati atas apa yang dirasakan oleh anggota keluarga atau orang lain yang dihantam badai COVID-19.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Seorang kawan pernah berkata: “Seringkali kita ingin sekali menunjukkan ‘jalan keluar’ bagi mereka yang sedang mengalami keterpurukan. Padahal, yang dibutuhkan adalah ‘jalan masuk’ untuk dimengerti, sehingga mereka dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya. Setelah menemukan ‘jalan masuk’, mereka akan mampu menemukan ‘jalan keluar’. Jadi, berupayalah menjadi orang yang menunjukan ‘jalan masuk’. Pertimbangkanlah saat ingin menyodorkan jawaban, karena belum tentu kita paham betul apa pertanyaannya.”</p> <p style="text-align: center;">***</p> <p>&nbsp;</p> <p><a id="_edn1" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref1"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[i]</span></a> Ayub 16:2</p> <p><a id="_edn2" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref2"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ii]</span></a> Ayub 1:1</p> <p><a id="_edn3" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref3"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iii]</span></a> Ayub 2:9</p> <p><a id="_edn4" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref4"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iv]</span></a> Ayub 1:21-22 dan 2:10-11</p> <p><a id="_edn5" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref5"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[v]</span></a> Ayub 3:3 dan 11</p> <p><a id="_edn6" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref6"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[vi]</span></a> Ayub 23:2</p> <p><a id="_edn7" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref7"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[vii]</span></a> Lihat Ayub 23 & 31</p> <p><a id="_edn8" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref8"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[viii]</span></a> Ayub 2:11-13</p> <p><a id="_edn9" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref9"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ix]</span></a> Ayub 1 & 2</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“Hal seperti itu telah acapkali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!” </em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“Eh, jangan pakai kata umpatan! <em>Ngapain</em> <em>sih,</em> harus bilang ‘sialan’?”</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“Lho, ini cuma mengulang teks Alkitab. Apa yang salah? Coba <em>aja</em> cek, pasti ada kutipan itu!”</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">“<em>Penghibur sialan kamu semua</em>”<a id="_ednref1" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn1"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[i]</span></a> adalah tanggapan Ayub kepada teman-temannya, setelah mendengar komentar mereka tentang dirinya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>Hah</em>, Ayub berkata begitu? Masa <em>sih</em>? Bukankah Alkitab menuliskan dia sebagai orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah?<a id="_ednref2" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn2"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ii]</span></a> Bagaimana mungkin orang yang taat beribadah, dengan kerohanian yang baik dapat temperamental seperti itu?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Rasanya ada dua hal yang membuat Ayub berperilaku seperti itu. Yang pertama, apa yang dialami Ayub sudah sangat menekan dirinya. Ia telah mengalami kehilangan seluruh harta benda yang dimilikinya, serta anak-anaknya dalam waktu yang berdekatan. Tidak hanya itu, tubuh Ayub pun dihinggapi penyakit barah yang busuk dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seakan tidak cukup, pasangan hidup yang mungkin diharapkan bisa menolong, justru malah mendamprat: <em>"Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"</em><a id="_ednref3" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn3"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iii]</span></a>.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Awalnya Ayub masih bermental baja. Ia tidak mau mengumpat dan menerima saja apa yang terjadi pada dirinya. Ia masih bisa mengatakan “<em>TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!</em>”. Ia pun mengatakan “<em>Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?</em>” Kokohnya iman Ayub yang tampak dari dua ayat ini, menyebabkan banyak orang sering mengutip ayat ini sebagai penguatan ketika merasakan derita yang dalam, namun tetap ingin memercayai Tuhan. Alkitab pun mencatat, sampai titik ini, Ayub tidak berbuat dosa.<a id="_ednref4" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn4"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iv]</span></a></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Namun kisah ini tidak berhenti di situ.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Tekanan yang sangat berat dan ketidakmengertian Ayub mengenai apa yang terjadi pada dirinya, membuat ia meledak. Maka, orang yang saleh, jujur dan yang awalnya penuh kepasrahan pada Tuhan ini kemudian melampiaskan tekanan dalam dirinya dengan sangat terbuka. Ia seakan berteriak:<a id="_ednref5" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn5"><em><strong><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[v]</span></strong></em></a></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku…” </em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><em>“<span style="color: black;">Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?”</span></em></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Bobol sudah pertahanan Ayub. Ia tidak sanggup lagi menahan penderitaan yang menimpa dirinya. “<em>Sekarang keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh”.<a id="_ednref6" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn6"><strong><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif; color: black;">[vi]</span></strong></a> </em>&nbsp;Ia merasa tidak bersalah dan ingin mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya kepada Tuhan.<a id="_ednref7" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn7"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif; color: black;">[vii]</span></a>&nbsp; </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Kehilangan semua yang pernah diraih, ditinggalkan mereka yang dekat, dan ketidaktahuan akan apa yang sedang terjadi, merupakan kombinasi yang tepat untuk membuat hidup seseorang ambyar berkeping-keping. Ayub masuk ke dalam pusaran hebat naik turun perasaan yang menghempas dirinya. </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="color: black;">Ketika seseorang berharap tidak pernah dilahirkan, apa lagi yang tersisa dari dirinya untuk melanjutkan kehidupan? </span></p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Dalam kondisi yang terpuruk dan labil tersebut, datanglah tekanan berikutnya dari perilaku orang-orang yang disebut Alkitab sebagai sahabat.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Sahabat-sahabat itu datang dengan maksud baik. Dituliskan, bahwa mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa dan menghibur Ayub. Mereka bahkan menunjukkan solidaritas dengan mengoyakkan jubah, menaburkan debu di kepala, dan duduk bersama selama tujuh hari tujuh malam, tanpa mengucap sepatah kata kepada Ayub.<a id="_ednref8" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn8"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[viii]</span></a> Dengan semua tindakan yang baik ini, mengapa Ayub justru mengatakan mereka adalah penghibur sialan?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Kita tidak pernah tahu perasaan Ayub yang paling dalam atas perilaku sahabat-sahabatnya ini. Namun, setidaknya kita dapat meraba ada dua hal yang menyebabkan Ayub naik pitam, hingga mengeluarkan kata ‘sialan’.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Yang pertama, diamnya teman-teman Ayub ternyata adalah penantian mereka untuk menjawab. Bisa jadi mereka mendengar bukan untuk memahami, tetapi mendengar untuk menjawab. Berdiam bersama adalah tindakan empatik yang baik ketika menemani orang yang sedang berduka. Namun, diam untuk mengambil kesempatan menyodorkan jawaban, adalah tindakan yang bertolak belakang dari empati. Keluh kesah Ayub tidak dilihat sebagai langkah tertatih-tatih seseorang yang sedang mencoba memulihkan dirinya, namun sebagai perilaku yang harus segera dikoreksi. Ayub tidak diberikan ruang sebagai orang yang sedang mengalami pasang surut emosi ekstrim, karena kejadian yang dialaminya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Kedua, teman-teman Ayub mungkin lebih ingin menyampaikan apa yang mereka pikirkan. Saking pentingnya menyampaikan hasil analisa mereka, alih-alih mencoba memahami kisah dari sudut pandang Ayub, mereka memberondong Ayub dengan seperangkat dogma, yang mereka yakini menimpa Ayub. Pembicaraan selanjutnya di antara mereka memperlihatkan, bahwa mereka ingin menekankan, bahwa semua ini terjadi karena kesalahan Ayub. Dari sisi Ayub, mungkin inilah hal terakhir yang ingin ia dengar. Dikhotbahi dan dituduh bersalah, padahal ia yakin tidak bersalah, dan sedang merasakan kerapuhan hidup yang amat sangat.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Penghibur sialan! Kata ini menggambarkan perasaaan Ayub terhadap mereka. Ia sedang tertekan. Ia sedang tidak stabil. Ia didatangi teman yang hanya ingin mendengar untuk menjawab. Ia mendapatkan teman yang hanya ingin menyampaikan hasil analisa dogmatis, dan tidak memberikan ruang untuk memulihkan dirinya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Masa pandemi COVID-19 yang sampai saat ini belum kelihatan ujungnya, menampilkan banyak ‘Ayub’ masa kini di sekitar kita: orang-orang yang oleh pandemi ini dirampas penghasilannya, usahanya, prestasinya, pergaulannya, ruang pribadinya, orang terdekatnya, bahkan sampai jatuh sakit. Mereka dengan mudah mengidentifikasi dirinya sebagai Ayub. Mereka bisa jadi adalah pasangan kita, orang tua kita, anak kita, anggota keluarga kita, bawahan atau atasan, rekan bisnis, pelanggan dan sebagainya.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Pada saat yang sama, kita juga dengan mudah dapat mengidentifikasi diri sebagai teman-teman Ayub, yang merasa tahu apa yang terjadi, dan yang merasa dalam posisi lebih baik untuk menolong. Kita merasa terpanggil dan siap sedia menyodorkan banyak jawaban untuk menghibur mereka.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Melihat kisah Ayub dan teman-temannya, adakah langkah sederhana, agar niat kita tidak berakhir menjadi penghibur sialan?</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Ada beberapa hal yang dapat kita pertimbangkan. Yang pertama, menyadari bahwa <em>we are in the same storm, but we may not be in the same boat. </em>Kita semua berada di tengah badai yang sama, namun belum tentu berada di perahu yang sama. Badai COVID-19 mungkin dialami semua orang, namun tidak semua berada dalam kondisi yang sama. Kesadaran akan situasi ini dapat menjadi pijakan yang sangat baik untuk menolong. Hal ini akan melahirkan perspektif yang berempati dan mau memahami sudut pandang orang lain.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Selanjutnya, berikanlah ruang untuk meluapkan perasaan. Katarsis. Itulah kata yang sering dipakai untuk menggambarkan situasi, di mana orang dapat meluapkan perasaannya secara bebas. Katarsis, jika difasilitasi dengan baik, akan menjadi langkah awal penyembuhan diri. Peran kita adalah menjadi sahabat yang dapat dipercaya, sehingga orang tersebut menemukan ruang aman menjadi dirinya, tanpa dibayangi oleh serentetan nasehat dan penghakiman yang menanti. Emosi yang naik turun secara ekstrim dalam situasi yang tak menentu di masa pandemi COVID-19 ini umum ditemukan. Menyediakan telinga untuk mendengar dan ruang aman adalah hal yang langka.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Hal terakhir adalah mendengar untuk memahami, dan bukan mendengar untuk menjawab. Jika perspektif ini ditanamkan, hal ini akan membantu kita untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan investigatif seperti detektif, yang justru menyudutkan mereka. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan adalah yang menggali perasaan-perasaan terdalam, sehingga mereka menemukan ruang yang aman. Komentar-komentar kita – jika pun ada – lebih untuk mengalihbahasakan perasaan mereka, dan bukan untuk menyindir atau menasihati. Mereka akan terbantu, karena dapat bercermin melalui kesediaan kita mendengar. Kita mendengar untuk memahami.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">***</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Sampai akhir kisahnya, Ayub tidak pernah tahu alasan yang membuat ia menjalani semua penderitaan tersebut. Kita sebagai pembaca masa kini mengerti latar belakang kisah yang menimpa dirinya, namun Ayub tidak. Bahkan sampai di akhir kisah, tidak dituliskan bahwa Tuhan mengungkapkan kejadian yang disebutkan di awal kisah Ayub.<a id="_ednref9" href="https://gkigadingserpong.org/#_edn9"><span style="font-size: 11pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ix]</span></a> Kenyataan ini mengingatkan kita, adanya dimensi yang tidak diketahui oleh Ayub dan teman-temannya. Bagi kita di masa kini, kesadaran adanya dimensi ini akan memberikan kerendahan hati untuk berempati atas apa yang dirasakan oleh anggota keluarga atau orang lain yang dihantam badai COVID-19.</p> <p style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: normal;">Seorang kawan pernah berkata: “Seringkali kita ingin sekali menunjukkan ‘jalan keluar’ bagi mereka yang sedang mengalami keterpurukan. Padahal, yang dibutuhkan adalah ‘jalan masuk’ untuk dimengerti, sehingga mereka dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya. Setelah menemukan ‘jalan masuk’, mereka akan mampu menemukan ‘jalan keluar’. Jadi, berupayalah menjadi orang yang menunjukan ‘jalan masuk’. Pertimbangkanlah saat ingin menyodorkan jawaban, karena belum tentu kita paham betul apa pertanyaannya.”</p> <p style="text-align: center;">***</p> <p>&nbsp;</p> <p><a id="_edn1" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref1"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[i]</span></a> Ayub 16:2</p> <p><a id="_edn2" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref2"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ii]</span></a> Ayub 1:1</p> <p><a id="_edn3" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref3"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iii]</span></a> Ayub 2:9</p> <p><a id="_edn4" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref4"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[iv]</span></a> Ayub 1:21-22 dan 2:10-11</p> <p><a id="_edn5" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref5"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[v]</span></a> Ayub 3:3 dan 11</p> <p><a id="_edn6" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref6"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[vi]</span></a> Ayub 23:2</p> <p><a id="_edn7" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref7"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[vii]</span></a> Lihat Ayub 23 & 31</p> <p><a id="_edn8" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref8"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[viii]</span></a> Ayub 2:11-13</p> <p><a id="_edn9" href="https://gkigadingserpong.org/#_ednref9"><span style="font-size: 10pt; line-height: 107%; font-family: Calibri, sans-serif;">[ix]</span></a> Ayub 1 & 2</p> Satu Plus Tiga 2020-05-06T18:28:54+07:00 2020-05-06T18:28:54+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/satu-plus-tiga Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/patrick-hendry-nD13WGBTTaA-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">(Mazmur 139:23-24)</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Saudara pasti bertanya-tanya, apa itu satu plus tiga? Istilah yang sering kita dengar adalah 3 in 1, seperti shampoo 3 in1, kopi 3 in1, sampai jalan 3 in 1. Pemakaian kata 3 in 1 di dalam banyak aspek ini, tentunya tidak asing lagi bagi saudara. Tapi yang saya maksud di sini adalah 1 plus 3. Istilah yang baru saja saya dapat ketika saya mengikuti webinar yang diadakan oleh salah satu institusi, yang ingin saya bagikan.</span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Formula tersebut diberikan oleh seorang psikolog, salah satu pembawa materi dalam webinar tersebut. Satu adalah mewakili satu pikiran negatif yang kita miliki, tiga adalah tiga pikiran positif yang dapat kita pikirkan. Wah, bagi saya yang cenderung berpikiran negatif, ini merupakan suatu pencerahan. Hari ini, ketika saya berpikiran negatif tentang seseorang, saya berusaha memikirkan tiga hal positif darinya. Saya merasa ini bukan suatu hal yang mudah, namun saya percaya, jika ini saya latih berulang-ulang, tentunya akan membuahkan hasil. Pikiran positif tentunya yang akan lebih menguasai pikiran saya, dibandingkan dengan pikiran-pikiran negatif yang selama ini membelenggu pikiran saya.</span></p> <p style="line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Dalam menghadapi situasi pandemi covid-19 ini, tentunya banyak pikiran negatif yang menguasai kita. Di tengah ketakutan akan tertular penyakit covid-19, bukankah kita cenderung lebih memikirkan hal-hal yang negatif. Seperti yang dikatakan rasul Paulus:</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">"Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Roma 1:21 ).” &nbsp;Biarlah dengan formula 1 plus 3, kita dapat membangun pikiran-pikiran yang positif.</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Kita bisa belajar memikirkan tiga kebaikan yang Tuhan berikan untuk kita alami, misalnya untuk nafas kehidupan, untuk makanan, untuk keluarga, sehingga kita dapat tetap bersyukur.&nbsp;</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Mazmur 94:19 berkata, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku."</span></p> <p style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: 'Times New Roman', serif;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Dengan 1 plus 3, semoga pikiran-pikiran negatif tidak akan menguasai kita lagi, sebaliknya pikiran-pikiran positif yang akan menguasai kita, pikiran-pikiran yang tertuju kepada Allah saja.</span></p> <p style="line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><br /> <br /> </span></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/patrick-hendry-nD13WGBTTaA-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><em><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">(Mazmur 139:23-24)</span></em></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-align: center; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Saudara pasti bertanya-tanya, apa itu satu plus tiga? Istilah yang sering kita dengar adalah 3 in 1, seperti shampoo 3 in1, kopi 3 in1, sampai jalan 3 in 1. Pemakaian kata 3 in 1 di dalam banyak aspek ini, tentunya tidak asing lagi bagi saudara. Tapi yang saya maksud di sini adalah 1 plus 3. Istilah yang baru saja saya dapat ketika saya mengikuti webinar yang diadakan oleh salah satu institusi, yang ingin saya bagikan.</span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Formula tersebut diberikan oleh seorang psikolog, salah satu pembawa materi dalam webinar tersebut. Satu adalah mewakili satu pikiran negatif yang kita miliki, tiga adalah tiga pikiran positif yang dapat kita pikirkan. Wah, bagi saya yang cenderung berpikiran negatif, ini merupakan suatu pencerahan. Hari ini, ketika saya berpikiran negatif tentang seseorang, saya berusaha memikirkan tiga hal positif darinya. Saya merasa ini bukan suatu hal yang mudah, namun saya percaya, jika ini saya latih berulang-ulang, tentunya akan membuahkan hasil. Pikiran positif tentunya yang akan lebih menguasai pikiran saya, dibandingkan dengan pikiran-pikiran negatif yang selama ini membelenggu pikiran saya.</span></p> <p style="line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Dalam menghadapi situasi pandemi covid-19 ini, tentunya banyak pikiran negatif yang menguasai kita. Di tengah ketakutan akan tertular penyakit covid-19, bukankah kita cenderung lebih memikirkan hal-hal yang negatif. Seperti yang dikatakan rasul Paulus:</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">"Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Roma 1:21 ).” &nbsp;Biarlah dengan formula 1 plus 3, kita dapat membangun pikiran-pikiran yang positif.</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Kita bisa belajar memikirkan tiga kebaikan yang Tuhan berikan untuk kita alami, misalnya untuk nafas kehidupan, untuk makanan, untuk keluarga, sehingga kita dapat tetap bersyukur.&nbsp;</span> <span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Mazmur 94:19 berkata, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku."</span></p> <p style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: 'Times New Roman', serif;"></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: normal; background-image: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; color: #1d2228;">Dengan 1 plus 3, semoga pikiran-pikiran negatif tidak akan menguasai kita lagi, sebaliknya pikiran-pikiran positif yang akan menguasai kita, pikiran-pikiran yang tertuju kepada Allah saja.</span></p> <p style="line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><br /> <br /> </span></p> Saya yang Diubahkan 2020-04-15T12:00:05+07:00 2020-04-15T12:00:05+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/saya-yang-diubahkan Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/saffu-Ct1Mx5OTn9A-unsplash.jpg" alt=""></p><p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><span style="background: white;">Saya saat masih kecil, belum mengenal Kristus, saya berada di lingkungan keluarga yang baik. Saya termasuk dalam kategori anak yang patuh, tidak<em> neko-neko</em>, dan taat pada peraturan. Sampai ketika beranjak remaja, saya membaca novel berbau porno yang tidak sengaja saya dapatkan di rumah saudara saya ketika saya pergi menginap, yang sampai saat ini pun saya sesali kenapa itu saya lakukan. Mengapa? Karena sejak itu saya jadi sering berfantasi sex sendiri. </span></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Ketika masuk SMA, kakak tertua saya, mengenalkan Tuhan Yesus kepada saya. Ini adalah anugerah-Nya semata, saya percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saya. Saya mulai ke gereja dan terlibat dalam pelayanan Komisi Remaja di salah satu gereja, namun akhirnya dibaptis di gereja lain, karena Papa, yang walaupun berbeda kepercayaan, tapi mengizinkan anak-anaknya dibaptis satu per satu, menginginkan saya dibaptis di gereja yang sama dengan kakak tertua saya.</span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Di gereja tersebut, saya mulai bertumbuh melalui kelas-kelas pembinaan yang ada, mulai aktif dalam salah satu komisi. Merasa diri cukup "rohani", saya membimbing salah satu adik kelas saya dalam kelompok PA. Namun siapa nyana, justru dalam kelompok PA ini, saya jatuh ke dalam dosa. Sungguhpun sudah saya tinggalkan kehidupan dosa itu, tetapi rasa bersalah menghantui diri saya, merasa diri ini menjijikan, kotor sekali, sungguh tidak layak disebut sebagai anak Tuhan. Sampai suatu saat, ketika renungan pagi, saya mendapati ayat dari Perjanjian Lama, Imamat 14:48, "Tetapi jikalau imam datang dan menurut pemeriksaannya tanda itu tidak meluas di dalam rumah itu, sesudah dilepa, maka imam harus menyatakan rumah itu tahir, karena tanda itu telah hilang." Saya tiba-tiba membayangkan saya sebagai rumah yang najis itu dan merasakan Tuhan seolah-olah berbicara kepada saya, "Kamu sudah Kutahirkan, anakKu". Saya pun meneteskan air mata haru. Saat itu, beban berat yang membebani saya selama ini, terangkat sudah, diganti dengan suka cita yang meluap.</span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Sesungguhnya, hidup yang saya jalani saat ini, adalah hidup yang diubahkan oleh-Nya, bukan karena kuat dan hebat saya, tetapi semata-mata oleh anugerah-Nya. Saya menyadari bahwa kelamnya kehidupan yang pernah saya lalui, adalah untuk mengingatkan saya akan anugerah-Nya yang besar, yang melayakkan saya disebut sebagai anak-Nya, dan terus mengingatkan saya, siapa saya di hadapan Allah yang Mahabesar. Saya yang Dia ubahkan.</span><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><br /> <br /> </span></p> <p>&nbsp;</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/saffu-Ct1Mx5OTn9A-unsplash.jpg" alt=""></p><p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><span style="background: white;">Saya saat masih kecil, belum mengenal Kristus, saya berada di lingkungan keluarga yang baik. Saya termasuk dalam kategori anak yang patuh, tidak<em> neko-neko</em>, dan taat pada peraturan. Sampai ketika beranjak remaja, saya membaca novel berbau porno yang tidak sengaja saya dapatkan di rumah saudara saya ketika saya pergi menginap, yang sampai saat ini pun saya sesali kenapa itu saya lakukan. Mengapa? Karena sejak itu saya jadi sering berfantasi sex sendiri. </span></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Ketika masuk SMA, kakak tertua saya, mengenalkan Tuhan Yesus kepada saya. Ini adalah anugerah-Nya semata, saya percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saya. Saya mulai ke gereja dan terlibat dalam pelayanan Komisi Remaja di salah satu gereja, namun akhirnya dibaptis di gereja lain, karena Papa, yang walaupun berbeda kepercayaan, tapi mengizinkan anak-anaknya dibaptis satu per satu, menginginkan saya dibaptis di gereja yang sama dengan kakak tertua saya.</span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Di gereja tersebut, saya mulai bertumbuh melalui kelas-kelas pembinaan yang ada, mulai aktif dalam salah satu komisi. Merasa diri cukup "rohani", saya membimbing salah satu adik kelas saya dalam kelompok PA. Namun siapa nyana, justru dalam kelompok PA ini, saya jatuh ke dalam dosa. Sungguhpun sudah saya tinggalkan kehidupan dosa itu, tetapi rasa bersalah menghantui diri saya, merasa diri ini menjijikan, kotor sekali, sungguh tidak layak disebut sebagai anak Tuhan. Sampai suatu saat, ketika renungan pagi, saya mendapati ayat dari Perjanjian Lama, Imamat 14:48, "Tetapi jikalau imam datang dan menurut pemeriksaannya tanda itu tidak meluas di dalam rumah itu, sesudah dilepa, maka imam harus menyatakan rumah itu tahir, karena tanda itu telah hilang." Saya tiba-tiba membayangkan saya sebagai rumah yang najis itu dan merasakan Tuhan seolah-olah berbicara kepada saya, "Kamu sudah Kutahirkan, anakKu". Saya pun meneteskan air mata haru. Saat itu, beban berat yang membebani saya selama ini, terangkat sudah, diganti dengan suka cita yang meluap.</span></p> <p><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228; background: white;">Sesungguhnya, hidup yang saya jalani saat ini, adalah hidup yang diubahkan oleh-Nya, bukan karena kuat dan hebat saya, tetapi semata-mata oleh anugerah-Nya. Saya menyadari bahwa kelamnya kehidupan yang pernah saya lalui, adalah untuk mengingatkan saya akan anugerah-Nya yang besar, yang melayakkan saya disebut sebagai anak-Nya, dan terus mengingatkan saya, siapa saya di hadapan Allah yang Mahabesar. Saya yang Dia ubahkan.</span><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%; font-family: Helvetica, sans-serif; color: #1d2228;"><br /> <br /> </span></p> <p>&nbsp;</p> AKU, TUHAN, dan COVID-19 2020-04-14T19:26:02+07:00 2020-04-14T19:26:02+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-tuhan-dan-covid-19 Tjhia Yen Nie tjhiayennie@yahoo.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Photo_by_Adam_Nieścioruk_on_Unsplash.jpg" alt=""></p><p>“Apa yang harus aku lakukan dalam suasana Covid-19 ini?” tanyaku kepada seorang teman yang dikenal bijaksana. Aku bertanya karena aku sendiri merasa gelisah melihat suasana belakangan ini. Angka kematian yang terus menanjak, PHK dimana-mana, serta ketakutan jika aku dan orang-orang terdekat akan tertular penyakit ini. Belum lagi ditambah dengan kejenuhan tidak bisa beraktifitas seperti biasa dan rasa gelisah karena banyaknya berita yang dibombardir oleh media-media.</p> <p>Temanku hanya menghela napas. Tidak menjawab pertanyaanku, ia malah mengajukan pertanyaan, “Dimana semangat Paskah yang seharusnya membuatmu terus berkobar-kobar? Mana keyakinanmu yang sering kaugunakan untuk menguatkan orang lain?”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-tuhan-dan-covid-19" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/kolom/Photo_by_Adam_Nieścioruk_on_Unsplash.jpg" alt=""></p><p>“Apa yang harus aku lakukan dalam suasana Covid-19 ini?” tanyaku kepada seorang teman yang dikenal bijaksana. Aku bertanya karena aku sendiri merasa gelisah melihat suasana belakangan ini. Angka kematian yang terus menanjak, PHK dimana-mana, serta ketakutan jika aku dan orang-orang terdekat akan tertular penyakit ini. Belum lagi ditambah dengan kejenuhan tidak bisa beraktifitas seperti biasa dan rasa gelisah karena banyaknya berita yang dibombardir oleh media-media.</p> <p>Temanku hanya menghela napas. Tidak menjawab pertanyaanku, ia malah mengajukan pertanyaan, “Dimana semangat Paskah yang seharusnya membuatmu terus berkobar-kobar? Mana keyakinanmu yang sering kaugunakan untuk menguatkan orang lain?”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-tuhan-dan-covid-19" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pembelianku, Wujud Imanku? 2020-03-15T19:50:57+07:00 2020-03-15T19:50:57+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pembelianku-wujud-imanku Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200316Pembelian.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Buruan beli makanan yang banyak. Ayo belanja, jangan sampai ketinggalan dari yang lain”&nbsp;</p> <p>“Wah, jangan lupa beli macam-macam peralatan kesehatan. Kalo tidak gerak cepat, orang lain akan mendahului kita. Ini soal hidup dan mati”</p> <p>Penyebaran Covid-19 akhirnya sampai ke Indonesia. Sejak diumumkan di Indonesia pada awal Maret 2020, jumlah positif yang terinfeksi terus meningkat dan membuat banyak orang bereaksi melindungi dirinya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span><i>Panic-buying</i> salah satu wujudnya. Gelombang ini tidak hanya melanda Indonesia. Media melaporkan banyak orang di negara lain pun dilanda hal yang sama. Mereka membeli barang jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan.&nbsp;</p> <p>Peristiwa-peristiwa ini membawa kita sampai pada beberapa pemikiran. Adakah yang salah ketika membeli banyak barang untuk melindungi diri dan keluarga sendiri? Kenapa tidak boleh membeli berlebihan mengingat ini situasi luar biasa? Kita percaya bahwa Tuhan memelihara, dan bukankah pemeliharaan tersebut terjadi melalui pembelian yang kita lakukan?&nbsp;</p> <p>Situasi ini mengundang kita kepada sebuah pengamatan dan perenungan. Apakah keputusan pembelian kita didasarkan pada pemahaman kelangkaan atau kecukupan?&nbsp;</p> <p>Pemahaman tentang kelangkaan atau kecukupan nyata ditampilkan di Alkitab. Kisah bangsa Israel yang mengumpulkan manna di padang gurun di Perjanjian Lama mengingatkan bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan pada hari itu. Murid-murid yang dihardik Yesus untuk memberi orang-orang makanan di Perjanjian Baru, dalam kisah lima roti dan dua ikan mengingatkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan orang lain. <i>“Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” <span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan!" (Luk 9:12)</i></p> <p>Dunia ekonomi mengenal bahwa gerak manusia didasarkan pada dua hal yaitu ketakutan dan ketamakan <i>(fear and greed)</i>. Dapatkah kita menampilkan alternatif lanjutan, yaitu berdasarkan ketenangan? Jika kita memiliki uang lebih banyak, gerak lebih cepat, dan akses lebih luas; apakah itu berarti kita bebas menutup harapan orang lain, atau justru hal-hal ini dapat menjadi pintu membuka harapan bagi mereka?&nbsp;</p> <p>Pembelian-pembelian yang kita lakukan menolong kita bercermin pada keyakinan yang kita miliki. Jelas lebih mudah mengatakan percaya sepenuhnya kepada Tuhan di masa kelimpahan. Sangat tidak sulit beriman ketika memiliki jaminan dan sudah mengetahui akhir suatu perjalanan.&nbsp;</p> <p>Sampai saat ini penanganan Covid-19 belum berakhir. Di masa yang sulit bagi semua, bukankah ini pintu terbuka untuk menjadi berkat bagi sesama? Di masa yang kelam, bukankah ini sebuah perjalanan baru mempercayai Tuhan yang sama yang pernah kita imani di masa kelimpahan?&nbsp;</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200316Pembelian.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Buruan beli makanan yang banyak. Ayo belanja, jangan sampai ketinggalan dari yang lain”&nbsp;</p> <p>“Wah, jangan lupa beli macam-macam peralatan kesehatan. Kalo tidak gerak cepat, orang lain akan mendahului kita. Ini soal hidup dan mati”</p> <p>Penyebaran Covid-19 akhirnya sampai ke Indonesia. Sejak diumumkan di Indonesia pada awal Maret 2020, jumlah positif yang terinfeksi terus meningkat dan membuat banyak orang bereaksi melindungi dirinya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span><i>Panic-buying</i> salah satu wujudnya. Gelombang ini tidak hanya melanda Indonesia. Media melaporkan banyak orang di negara lain pun dilanda hal yang sama. Mereka membeli barang jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan.&nbsp;</p> <p>Peristiwa-peristiwa ini membawa kita sampai pada beberapa pemikiran. Adakah yang salah ketika membeli banyak barang untuk melindungi diri dan keluarga sendiri? Kenapa tidak boleh membeli berlebihan mengingat ini situasi luar biasa? Kita percaya bahwa Tuhan memelihara, dan bukankah pemeliharaan tersebut terjadi melalui pembelian yang kita lakukan?&nbsp;</p> <p>Situasi ini mengundang kita kepada sebuah pengamatan dan perenungan. Apakah keputusan pembelian kita didasarkan pada pemahaman kelangkaan atau kecukupan?&nbsp;</p> <p>Pemahaman tentang kelangkaan atau kecukupan nyata ditampilkan di Alkitab. Kisah bangsa Israel yang mengumpulkan manna di padang gurun di Perjanjian Lama mengingatkan bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan pada hari itu. Murid-murid yang dihardik Yesus untuk memberi orang-orang makanan di Perjanjian Baru, dalam kisah lima roti dan dua ikan mengingatkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan orang lain. <i>“Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” <span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan!" (Luk 9:12)</i></p> <p>Dunia ekonomi mengenal bahwa gerak manusia didasarkan pada dua hal yaitu ketakutan dan ketamakan <i>(fear and greed)</i>. Dapatkah kita menampilkan alternatif lanjutan, yaitu berdasarkan ketenangan? Jika kita memiliki uang lebih banyak, gerak lebih cepat, dan akses lebih luas; apakah itu berarti kita bebas menutup harapan orang lain, atau justru hal-hal ini dapat menjadi pintu membuka harapan bagi mereka?&nbsp;</p> <p>Pembelian-pembelian yang kita lakukan menolong kita bercermin pada keyakinan yang kita miliki. Jelas lebih mudah mengatakan percaya sepenuhnya kepada Tuhan di masa kelimpahan. Sangat tidak sulit beriman ketika memiliki jaminan dan sudah mengetahui akhir suatu perjalanan.&nbsp;</p> <p>Sampai saat ini penanganan Covid-19 belum berakhir. Di masa yang sulit bagi semua, bukankah ini pintu terbuka untuk menjadi berkat bagi sesama? Di masa yang kelam, bukankah ini sebuah perjalanan baru mempercayai Tuhan yang sama yang pernah kita imani di masa kelimpahan?&nbsp;</p> Kekuatan Dalam Kelemahan: Belajar dari Kisah Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus 2020-03-15T18:08:03+07:00 2020-03-15T18:08:03+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kekuatan-dalam-kelemahan-belajar-dari-kisah-orang-tua-anak-berkebutuhan-khusus Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200315OrtuABK.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Sering saya merasakan putus asa yang dalam, ketika menyaksikan anak saya kejang-kejang lagi,” ujar seorang ayah menceritakan hidup kesehariannya bersama anaknya yang berusia 10 tahun, penyandang <i>cerebral palsy</i>. “Ketika ia kejang, hal-hal yang telah ia pelajari sebelumnya, hilang seketika. Otaknya tidak mampu menyimpan memori akibat kejang-kejang tersebut”. Ia pun meneruskan: “Hidupnya sangat tergantung dari injeksi obat yang diberikan dokter, namun mau sampai berapa lama…?”<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Dengan sedikit terbata-bata ia meneruskan “Tetapi saya mau percaya, bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah bagi anak ini”.&nbsp;</p> <p>Suasana hening terasa di persekutuan orang tua yang memiliki ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ini.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Orang tua lainnya kemudian bercerita tentang anaknya yang telah berusia 21 tahun dan mengalami disleksia. Meski mengaku telah berusaha menanamkan sifat positif dalam diri untuk membimbing sang anak, dengan terbuka orang tua ini mengakui kekhawatirannya. “Sampai umur berapa kami mampu mendukung anak-anak ini? Beberapa waktu yang lalu, saya baru divonis dokter dengan penyakit yang membuat tidak mampu efektif beraktivitas lagi”. “Bagaimana hidup anak ini nanti? Mungkin Tuhan yang lebih tahu” ujarnya.&nbsp;</p> <p>Satu orang tua lagi kemudian bercerita. Dengan berat hati mereka memutuskan menarik kembali anaknya yang duduk di kelas 1 SMP sekolah umum. Tekanan akademik pelajaran sekolah membuat sang anak yang memiliki spektrum autisme menjadi sulit tidur dan tidak stabil emosinya. Belum lagi tekanan sosial yang juga didapat ketika menjalani kesehariannya. Mereka melihat kesehatan jiwa sang anak menjadi terganggu, karena beratnya tuntutan akademik dan sosial di sekolah umum. Walaupun tidak mudah, mereka akhirnya memilih mengasuh anak secara penuh waktu, meski menyadari beratnya konsekuensi keputusan ini.&nbsp;</p> <p>Tidak ada nasehat atau kata-kata penghiburan klasik yang keluar dari orang tua lain yang hadir di pertemuan tersebut. Namun bahasa tubuh mereka yang hadir, yang dengan seksama memperhatikan cerita-cerita tersebut, menyiratkan empati dan dukungan penuh. Orang tua lain yang hadir pun sesungguhnya merasakan kegelisahan dan kekhawatiran yang tidak jauh berbeda. Mereka juga memiliki anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keunikan dan tantangannya masing-masing.&nbsp;</p> <p>Yang menarik adalah acara saling berbagi ini bukan menampilkan suasana kelam. Justru sebaliknya. Pandangan mata dan bahasa tubuh mereka menyiratkan semangat di balik kelelahan yang dialami. Keinginan untuk tetap memercayai Tuhan terasa di ruangan tersebut. Para orang tua tersebut hanya memandang ke depan dengan satu pengharapan, yaitu Tuhan memiliki rencana yang baik bagi mereka. Mereka menyadari setiap tahun tubuh mereka bertambah lemah, kemampuan mereka terus berkurang, sementara sang anak tampak tidak memiliki kemajuan yang berarti. Namun, perasaan dan harapan yang dengan jujur disampaikan oleh sesama orang tua lainnya, ternyata memberi kekuatan baru. Dari balik kejenuhan panggilan pengasuhan sebagai orang tua, mereka menyadari, bahwa mereka tidak sendiri menghadapi ketidaksempurnaan hidup.</p> <p>Yang ada hanyalah harapan-harapan kecil, yang dipungut dari serpihan kepasrahan setiap harinya. Pengharapan tersebut menjadi pegangan, walaupun seperti tidak memiliki dasar. Mereka berkata mereka lemah, namun justru di situlah letak kekuatannya. Tetap berharap kepada Tuhan, meski ujung jalan tidak terlihat. Bukankah iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat? Penuturan jujur para orang tua tersebut membuat arti iman dalam hidup keseharian menjadi lebih terdengar.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200315OrtuABK.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Sering saya merasakan putus asa yang dalam, ketika menyaksikan anak saya kejang-kejang lagi,” ujar seorang ayah menceritakan hidup kesehariannya bersama anaknya yang berusia 10 tahun, penyandang <i>cerebral palsy</i>. “Ketika ia kejang, hal-hal yang telah ia pelajari sebelumnya, hilang seketika. Otaknya tidak mampu menyimpan memori akibat kejang-kejang tersebut”. Ia pun meneruskan: “Hidupnya sangat tergantung dari injeksi obat yang diberikan dokter, namun mau sampai berapa lama…?”<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Dengan sedikit terbata-bata ia meneruskan “Tetapi saya mau percaya, bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah bagi anak ini”.&nbsp;</p> <p>Suasana hening terasa di persekutuan orang tua yang memiliki ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ini.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Orang tua lainnya kemudian bercerita tentang anaknya yang telah berusia 21 tahun dan mengalami disleksia. Meski mengaku telah berusaha menanamkan sifat positif dalam diri untuk membimbing sang anak, dengan terbuka orang tua ini mengakui kekhawatirannya. “Sampai umur berapa kami mampu mendukung anak-anak ini? Beberapa waktu yang lalu, saya baru divonis dokter dengan penyakit yang membuat tidak mampu efektif beraktivitas lagi”. “Bagaimana hidup anak ini nanti? Mungkin Tuhan yang lebih tahu” ujarnya.&nbsp;</p> <p>Satu orang tua lagi kemudian bercerita. Dengan berat hati mereka memutuskan menarik kembali anaknya yang duduk di kelas 1 SMP sekolah umum. Tekanan akademik pelajaran sekolah membuat sang anak yang memiliki spektrum autisme menjadi sulit tidur dan tidak stabil emosinya. Belum lagi tekanan sosial yang juga didapat ketika menjalani kesehariannya. Mereka melihat kesehatan jiwa sang anak menjadi terganggu, karena beratnya tuntutan akademik dan sosial di sekolah umum. Walaupun tidak mudah, mereka akhirnya memilih mengasuh anak secara penuh waktu, meski menyadari beratnya konsekuensi keputusan ini.&nbsp;</p> <p>Tidak ada nasehat atau kata-kata penghiburan klasik yang keluar dari orang tua lain yang hadir di pertemuan tersebut. Namun bahasa tubuh mereka yang hadir, yang dengan seksama memperhatikan cerita-cerita tersebut, menyiratkan empati dan dukungan penuh. Orang tua lain yang hadir pun sesungguhnya merasakan kegelisahan dan kekhawatiran yang tidak jauh berbeda. Mereka juga memiliki anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keunikan dan tantangannya masing-masing.&nbsp;</p> <p>Yang menarik adalah acara saling berbagi ini bukan menampilkan suasana kelam. Justru sebaliknya. Pandangan mata dan bahasa tubuh mereka menyiratkan semangat di balik kelelahan yang dialami. Keinginan untuk tetap memercayai Tuhan terasa di ruangan tersebut. Para orang tua tersebut hanya memandang ke depan dengan satu pengharapan, yaitu Tuhan memiliki rencana yang baik bagi mereka. Mereka menyadari setiap tahun tubuh mereka bertambah lemah, kemampuan mereka terus berkurang, sementara sang anak tampak tidak memiliki kemajuan yang berarti. Namun, perasaan dan harapan yang dengan jujur disampaikan oleh sesama orang tua lainnya, ternyata memberi kekuatan baru. Dari balik kejenuhan panggilan pengasuhan sebagai orang tua, mereka menyadari, bahwa mereka tidak sendiri menghadapi ketidaksempurnaan hidup.</p> <p>Yang ada hanyalah harapan-harapan kecil, yang dipungut dari serpihan kepasrahan setiap harinya. Pengharapan tersebut menjadi pegangan, walaupun seperti tidak memiliki dasar. Mereka berkata mereka lemah, namun justru di situlah letak kekuatannya. Tetap berharap kepada Tuhan, meski ujung jalan tidak terlihat. Bukankah iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat? Penuturan jujur para orang tua tersebut membuat arti iman dalam hidup keseharian menjadi lebih terdengar.</p> Jadilah Tenang 2020-02-10T18:57:19+07:00 2020-02-10T18:57:19+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jadilah-tenang Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200210JadilahTenang.jpg" alt="Jadilah Tenang"></p><p>&nbsp;</p> <p><i>Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Petrus 4:7)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p><i>Ngeri kali, bah</i>! Itulah kesan pertama bila kita memperhatikan keadaan dunia saat ini, baik di dalam dan luar negeri yang semakin hari semakin dipenuhi dengan goncangan dan masalah. Hal ini membuat orang menjadi panik, kuatir, stres, cemas, frustasi dan menjadi tidak tenang saat kita menghadapi masalah.</p> <p>Sekalipun dunia dipenuhi dengan goncangan dan masalah, orang percaya tak perlu punya respons seperti orang-orang dunia, asal kita sungguh-sungguh melekat kepada Tuhan, maka kita pasti akan diluputkan dari segala bahaya. Di masa-masa akhir seperti sekarang ini kita semakin dituntut untuk lebih mengutamakan perkara-perkara rohani dan beribadah kepada Tuhan melebihi hari-hari sebelumnya, sebab,&nbsp;"Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari TUHAN pahit, pahlawan pun akan menangis. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi. Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi." (Zefanya 1:14-18).</p> <p>Bagi umat Tuhan yang setia dan taat kepada-Nya akan tetap terjaga seperti biji mata Tuhan sendiri. Tetaplah tenang dalam situasi supaya kita dapat berdoa!</p> <p>Nah, tetaplah tenang! Ada jaminan bagi orang benar.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20200210JadilahTenang.jpg" alt="Jadilah Tenang"></p><p>&nbsp;</p> <p><i>Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Petrus 4:7)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p><i>Ngeri kali, bah</i>! Itulah kesan pertama bila kita memperhatikan keadaan dunia saat ini, baik di dalam dan luar negeri yang semakin hari semakin dipenuhi dengan goncangan dan masalah. Hal ini membuat orang menjadi panik, kuatir, stres, cemas, frustasi dan menjadi tidak tenang saat kita menghadapi masalah.</p> <p>Sekalipun dunia dipenuhi dengan goncangan dan masalah, orang percaya tak perlu punya respons seperti orang-orang dunia, asal kita sungguh-sungguh melekat kepada Tuhan, maka kita pasti akan diluputkan dari segala bahaya. Di masa-masa akhir seperti sekarang ini kita semakin dituntut untuk lebih mengutamakan perkara-perkara rohani dan beribadah kepada Tuhan melebihi hari-hari sebelumnya, sebab,&nbsp;"Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari TUHAN pahit, pahlawan pun akan menangis. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi. Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi." (Zefanya 1:14-18).</p> <p>Bagi umat Tuhan yang setia dan taat kepada-Nya akan tetap terjaga seperti biji mata Tuhan sendiri. Tetaplah tenang dalam situasi supaya kita dapat berdoa!</p> <p>Nah, tetaplah tenang! Ada jaminan bagi orang benar.</p> Batu-Batu Natal dan Tahun Baru 2019-12-26T22:18:26+07:00 2019-12-26T22:18:26+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/batu-batu-natal-dan-tahun-baru Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191226BatuNataldanTahunBaru.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Y<em>osua 4: 19-24 Bangsa itu telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal sepuluh bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho. Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?</em></p> <p><em>Maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! Sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."</em></p> <p>&nbsp;</p> <p>Batu adalah benda biasa. Bentuknya beragam, kadang bulat, kadang kotak dan lebih sering tidak beraturan. Warnanya juga tidak terlalu bervariasi, kadang hitam, kadang coklat atau abu-abu. Umumnya tidak ada yang menarik dari sebuah batu, karena batu bukanlah benda yang istimewa. Lebih sering batu tergeletak di jalan tanpa ada yang memperhatikan. Jika ada batu yang terlihat indah, biasanya ketika batu bersanding dengan elemen lain, misalnya batu dalam dekorasi ruangan. Batu adalah batu, dan selalu terlihat seperti batu.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/batu-batu-natal-dan-tahun-baru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191226BatuNataldanTahunBaru.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Y<em>osua 4: 19-24 Bangsa itu telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal sepuluh bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho. Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?</em></p> <p><em>Maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! Sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."</em></p> <p>&nbsp;</p> <p>Batu adalah benda biasa. Bentuknya beragam, kadang bulat, kadang kotak dan lebih sering tidak beraturan. Warnanya juga tidak terlalu bervariasi, kadang hitam, kadang coklat atau abu-abu. Umumnya tidak ada yang menarik dari sebuah batu, karena batu bukanlah benda yang istimewa. Lebih sering batu tergeletak di jalan tanpa ada yang memperhatikan. Jika ada batu yang terlihat indah, biasanya ketika batu bersanding dengan elemen lain, misalnya batu dalam dekorasi ruangan. Batu adalah batu, dan selalu terlihat seperti batu.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/batu-batu-natal-dan-tahun-baru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Hanya DIA yang Maha Tahu 2019-11-25T16:19:02+07:00 2019-11-25T16:19:02+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hanya-dia-yang-maha-tahu Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191126DiaMahaTahu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>"Berapa harga roti ini?" tanya seorang kakek kepada penjual.&nbsp;</p> <p>"Lima ribu," jawab karyawati roti.</p> <p>"Ini ditanya berapa, ‘ga dijawab. Dasar bodoh!" kata kakek tersebut dengan nada marah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hanya-dia-yang-maha-tahu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191126DiaMahaTahu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>"Berapa harga roti ini?" tanya seorang kakek kepada penjual.&nbsp;</p> <p>"Lima ribu," jawab karyawati roti.</p> <p>"Ini ditanya berapa, ‘ga dijawab. Dasar bodoh!" kata kakek tersebut dengan nada marah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hanya-dia-yang-maha-tahu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Khotbah Keren 2019-11-25T16:16:49+07:00 2019-11-25T16:16:49+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/khotbah-keren Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191125KhotbahKeren.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Dua bulan lalu, saya harus dirawat di rumah sakit. Hari pertama, saya sendirian; baru di hari kedua, bertepatan dengan hari Minggu, pagi-pagi sudah ada pasien yang masuk.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Pasien itu anak muda yang ditemani istrinya, mungkin lebih tepatnya keluarga muda. Hal ini saya ketahui, karena beberapa menit setelah datang, mereka melakukan <i>video call</i> dengan seorang anak kecil.</p> <p>Tidak lama kemudian, ada dua anak muda datang, laki-laki dan perempuan, berkisar usia 28 tahun, dan mereka baru saja pulang dari gereja. Mereka berdua menceritakan suasana gereja dan isi khotbah pendeta hari itu.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/khotbah-keren" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191125KhotbahKeren.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Dua bulan lalu, saya harus dirawat di rumah sakit. Hari pertama, saya sendirian; baru di hari kedua, bertepatan dengan hari Minggu, pagi-pagi sudah ada pasien yang masuk.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Pasien itu anak muda yang ditemani istrinya, mungkin lebih tepatnya keluarga muda. Hal ini saya ketahui, karena beberapa menit setelah datang, mereka melakukan <i>video call</i> dengan seorang anak kecil.</p> <p>Tidak lama kemudian, ada dua anak muda datang, laki-laki dan perempuan, berkisar usia 28 tahun, dan mereka baru saja pulang dari gereja. Mereka berdua menceritakan suasana gereja dan isi khotbah pendeta hari itu.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/khotbah-keren" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Ada Tujuan Dibalik Segala Sesuatu 2019-11-17T20:14:13+07:00 2019-11-17T20:14:13+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-tujuan-dibalik-segala-sesuatu Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191117MotifTujuan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Jangan berikan ruang sehingga kita tidak punya ide dan cara untuk menemukan kebaikan Tuhan. Kasihan sekali jika kita menjadi orang yang mencurigai Tuhan karena kondisi kita hari ini tidak baik, tidak seperti yang kita harapkan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Mungkin kita sedang berjuang untuk suatu masalah namun jangan beri ruang bagi hati dan pikiran kita untuk mencurigai kasih karunia Tuhan. Allah itu baik, Dia sungguh teramat baik bagi kita.</p> <p>Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia selama 33<sup>&nbsp;</sup>tahun, dalam pelayananNya dia sempat berbicara dengan Nikodemus. Hal ini dilakukan Yesus dengan motif dan tujuan yang jelas. Tuhan punya motif ketika bertemu dengan Nikodemus, tidak seperti kita yang mengobrol A tapi melebar <i>ngalor ngidul</i> hingga ke Z karena kita tidak punya motif dan tujuan. Ketika Tuhan berbicara pada perempuan Samaria di tepi sumur meminta air, Tuhan berbicara tentang air kehidupan. Dia menghampiri sumur di daerah itu tidak sekonyong-konyong atau tiba-tiba namun Dia datang dan mengobrol dengan sebuah tujuan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-tujuan-dibalik-segala-sesuatu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191117MotifTujuan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Jangan berikan ruang sehingga kita tidak punya ide dan cara untuk menemukan kebaikan Tuhan. Kasihan sekali jika kita menjadi orang yang mencurigai Tuhan karena kondisi kita hari ini tidak baik, tidak seperti yang kita harapkan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Mungkin kita sedang berjuang untuk suatu masalah namun jangan beri ruang bagi hati dan pikiran kita untuk mencurigai kasih karunia Tuhan. Allah itu baik, Dia sungguh teramat baik bagi kita.</p> <p>Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia selama 33<sup>&nbsp;</sup>tahun, dalam pelayananNya dia sempat berbicara dengan Nikodemus. Hal ini dilakukan Yesus dengan motif dan tujuan yang jelas. Tuhan punya motif ketika bertemu dengan Nikodemus, tidak seperti kita yang mengobrol A tapi melebar <i>ngalor ngidul</i> hingga ke Z karena kita tidak punya motif dan tujuan. Ketika Tuhan berbicara pada perempuan Samaria di tepi sumur meminta air, Tuhan berbicara tentang air kehidupan. Dia menghampiri sumur di daerah itu tidak sekonyong-konyong atau tiba-tiba namun Dia datang dan mengobrol dengan sebuah tujuan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ada-tujuan-dibalik-segala-sesuatu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Bercermin pada Diri Sendiri 2019-10-29T09:37:25+07:00 2019-10-29T09:37:25+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/bercermin-pada-diri-sendiri Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191029Bercermin.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Ibu, tolong nasihati anak saya, supaya rajin ke gereja, dekat dengan Tuhan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Sebentar lagi dia pergi kuliah ke luar negeri, saya takut kalau dia ada masalah, saya tidak bisa mendampinginya seperti sekarang. Saya mau dia tahu, bahwa Tuhan sayang sama dia, jadi kalau ada apa-apa, dia harus bergantung pada Tuhan,” Saat itu saya begitu terharu mendengar perkataannya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kemudian dia melanjutkan, “Soalnya kalau saya yang mengatakan, dia selalu jawab, Mama saja jarang ke gereja, kok suruh saya harus ke gereja,” lanjutnya.</p> <p>Saya jadi tidak tahu harus menjawab apa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Saya jadi teringat, akan salah seorang kerabat saya, yang mengharuskan anaknya mendapat nilai minimal 90.&nbsp;Kalau tidak 90, artinya jelek, dan anaknya diharuskan belajar sampai malam, harus bisa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Suatu hari, Oma dari sang anak, alias ibu dari sang Mama datang berkunjung ke rumahnya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Melihat bagaimana cucunya dimarahi karena mendapat nilai 80, sang Oma balik menyeletuk, “<i>Lha</i>, kamu dulu <i>aja</i> waktu sekolah engga pernah dapat 80, kok ini anakmu dapat 80 dimarahi?”</p> <p>Terkadang tanpa sadar, kita menerapkan standar pada anak-anak kita dan orang lain, namun kita sendiri tidak melakukannya. Kita mau anak kita rajin ke gereja, supaya jadi anak yang baik, tapi kita malas.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kita mau pasangan kita jujur, tapi kita sendiri menutupi kebohongan-kebohongan kecil maupun besar.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kita mau karyawan kita bekerja keras untuk kita, namun kita tidak melakukan hal yang sama untuk kesejahteraan mereka. Kita mau diperhatikan teman-teman kita, namun kita sendiri terlalu sibuk untuk menyapa mereka. Matius 7:3 mengatakan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak engkau ketahui?”</p> <p>Alangkah egoisnya kita, jika kita melakukan hal tersebut.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Marilah kita bercermin pada diri kita sendiri, apakah kita sudah melakukan apa yang kita mau orang lain lakukan kepada diri kita.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191029Bercermin.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Ibu, tolong nasihati anak saya, supaya rajin ke gereja, dekat dengan Tuhan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Sebentar lagi dia pergi kuliah ke luar negeri, saya takut kalau dia ada masalah, saya tidak bisa mendampinginya seperti sekarang. Saya mau dia tahu, bahwa Tuhan sayang sama dia, jadi kalau ada apa-apa, dia harus bergantung pada Tuhan,” Saat itu saya begitu terharu mendengar perkataannya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kemudian dia melanjutkan, “Soalnya kalau saya yang mengatakan, dia selalu jawab, Mama saja jarang ke gereja, kok suruh saya harus ke gereja,” lanjutnya.</p> <p>Saya jadi tidak tahu harus menjawab apa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Saya jadi teringat, akan salah seorang kerabat saya, yang mengharuskan anaknya mendapat nilai minimal 90.&nbsp;Kalau tidak 90, artinya jelek, dan anaknya diharuskan belajar sampai malam, harus bisa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Suatu hari, Oma dari sang anak, alias ibu dari sang Mama datang berkunjung ke rumahnya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Melihat bagaimana cucunya dimarahi karena mendapat nilai 80, sang Oma balik menyeletuk, “<i>Lha</i>, kamu dulu <i>aja</i> waktu sekolah engga pernah dapat 80, kok ini anakmu dapat 80 dimarahi?”</p> <p>Terkadang tanpa sadar, kita menerapkan standar pada anak-anak kita dan orang lain, namun kita sendiri tidak melakukannya. Kita mau anak kita rajin ke gereja, supaya jadi anak yang baik, tapi kita malas.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kita mau pasangan kita jujur, tapi kita sendiri menutupi kebohongan-kebohongan kecil maupun besar.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kita mau karyawan kita bekerja keras untuk kita, namun kita tidak melakukan hal yang sama untuk kesejahteraan mereka. Kita mau diperhatikan teman-teman kita, namun kita sendiri terlalu sibuk untuk menyapa mereka. Matius 7:3 mengatakan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak engkau ketahui?”</p> <p>Alangkah egoisnya kita, jika kita melakukan hal tersebut.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Marilah kita bercermin pada diri kita sendiri, apakah kita sudah melakukan apa yang kita mau orang lain lakukan kepada diri kita.</p> Tak Terselami Jalan-Nya 2019-10-28T14:53:30+07:00 2019-10-28T14:53:30+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tak-terselami-jalan-nya Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191028TakTerselamiJalanNya.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Gundah gulana melanda. Masalah bergulung-gulung menimpa tanpa dapat dihindari. Sekokoh-kokohnya manusia, ada saatnya tidak kuat menahan badai gelombang kehidupan. Begitu pun dengan diriku. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun, tidak terkecuali Hamba Tuhan.&nbsp;</p> <p>Kepergianku kali ini ke Tanjung Pinang hanya sendirian, tidak bersama suami ataupun anak-anak. Tanjung Pinang kampung kelahiran suamiku, dekat Kepulauan Riau. Aku pergi ke sana untuk suatu misi bukan jalan-jalan. Misi untuk mendampingi ipar yang sedang dalam masalah rumah tangga. Di sisi yang lain, suamiku juga sedang menghadapi masalah pekerjaan dan masa kontrak kerjanya segera berakhir.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tak-terselami-jalan-nya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191028TakTerselamiJalanNya.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Gundah gulana melanda. Masalah bergulung-gulung menimpa tanpa dapat dihindari. Sekokoh-kokohnya manusia, ada saatnya tidak kuat menahan badai gelombang kehidupan. Begitu pun dengan diriku. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun, tidak terkecuali Hamba Tuhan.&nbsp;</p> <p>Kepergianku kali ini ke Tanjung Pinang hanya sendirian, tidak bersama suami ataupun anak-anak. Tanjung Pinang kampung kelahiran suamiku, dekat Kepulauan Riau. Aku pergi ke sana untuk suatu misi bukan jalan-jalan. Misi untuk mendampingi ipar yang sedang dalam masalah rumah tangga. Di sisi yang lain, suamiku juga sedang menghadapi masalah pekerjaan dan masa kontrak kerjanya segera berakhir.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tak-terselami-jalan-nya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Ketika Cinta Membeku 2019-10-22T11:14:42+07:00 2019-10-22T11:14:42+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ketika-cinta-membeku Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191022KetikaCintaMembeku.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p class="yiv2644535061msonormal"><span lang="EN-US">Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati. (Ulangan 31:8)</span><span lang="EN-US"></span><span lang="EN-US"></span></p> <p class="yiv2644535061msonormal"><span lang="EN-US">Suatu hari ada seorang ibu yang hidupnya sangat gelisah, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan, kegelisan itu hari demi hari menghantuinya. Tidak ada senyum dan tawa yang tulus keluar dalam dirinya. Dalam kesehariannya, ia berusaha mencari kegiatan di luar rumah untuk menghilangkan penatnya pikiran yang selalu mengganggu, berharap di luar sana mendapatkan damai sejahtera, berharap ada teman yang dapat menghibur, dan menghilangkan kegelisahan yang mengganggu hati dan pikirannya.&nbsp;</span></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ketika-cinta-membeku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191022KetikaCintaMembeku.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p class="yiv2644535061msonormal"><span lang="EN-US">Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati. (Ulangan 31:8)</span><span lang="EN-US"></span><span lang="EN-US"></span></p> <p class="yiv2644535061msonormal"><span lang="EN-US">Suatu hari ada seorang ibu yang hidupnya sangat gelisah, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan, kegelisan itu hari demi hari menghantuinya. Tidak ada senyum dan tawa yang tulus keluar dalam dirinya. Dalam kesehariannya, ia berusaha mencari kegiatan di luar rumah untuk menghilangkan penatnya pikiran yang selalu mengganggu, berharap di luar sana mendapatkan damai sejahtera, berharap ada teman yang dapat menghibur, dan menghilangkan kegelisahan yang mengganggu hati dan pikirannya.&nbsp;</span></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/ketika-cinta-membeku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Jiwa yang Terluka 2019-10-14T09:55:31+07:00 2019-10-14T09:55:31+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jiwa-yang-terluka Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191014JiwaTerluka.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Dalam perjalanan hidup, kita pasti pernah merasakan dan mengalami sakit hati. Kita kadang mendendam, karena diperlakukan secara buruk, kadang patah hati dan putus asa. Tanpa disadari, menyimpan dendam dan sakit hati dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental maupun fisik tubuh kita. Jika kita membiarkan hati kita terus terluka, stress dan frustasi selama bertahun-tahun dapat mengakibatkan berbagai penyakit, seperti nyeri lambung, sakit kepala yang tak kunjung sembuh, bahkan kita bisa terkena serangan jantung.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jiwa-yang-terluka" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191014JiwaTerluka.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Dalam perjalanan hidup, kita pasti pernah merasakan dan mengalami sakit hati. Kita kadang mendendam, karena diperlakukan secara buruk, kadang patah hati dan putus asa. Tanpa disadari, menyimpan dendam dan sakit hati dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental maupun fisik tubuh kita. Jika kita membiarkan hati kita terus terluka, stress dan frustasi selama bertahun-tahun dapat mengakibatkan berbagai penyakit, seperti nyeri lambung, sakit kepala yang tak kunjung sembuh, bahkan kita bisa terkena serangan jantung.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jiwa-yang-terluka" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Masa Tua yang Bermakna dan Bahagia 2019-10-02T20:50:06+07:00 2019-10-02T20:50:06+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/masa-tua-yang-bermakna-dan-bahagia Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191003MasaTuaBermaknaBahagia.jpg" alt=""></p><p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Ada sepasang suami istri yang telah berusia senja, suaminya berusia 85 tahun dan istrinya 77 tahun. Sang istri mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri, mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu, mengepel dan mengurus semua kebutuhan suaminya. Menyediakan semua kebutuhan suaminya yang sudah menggunakan tongkat.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; text-indent: 1cm; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Sekalipun semua anak dan cucunya mempunyai kehidupan yang berhasil, boleh dikatakan kaya, tetapi kedua Oma Opa ini tetap bersikeras tinggal di rumah sendiri, tidak mau tinggal di rumah anak-anaknya, dengan alasan ingin hidup mandiri, tidak mau menyusahkan anak cucu.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Saya adalah orang yang sering mengunjungi mereka, ketika saya tanya, apakah Opa dan Oma tidak merasa kesepian hidup berdua di rumah? Apakah tidak takut? Opa menjawab dengan senyuman sedangkan Oma menjawab, kenapa harus takut? ‘kan ada Tuhan Yesus yang selalu menjaga.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oma dan Opa juga tidak merasa kesepian&nbsp;&nbsp;karena anak-anak menelepon setiap hari, kalau Sabtu dan Minggu mereka selalu datang mengunjungi, kadang mereka mengajak makan di luar dan menonton film di bioskop. Dan Oma juga aktif di gereja, ikut senam bersama ibu-ibu lansia,&nbsp;&nbsp;ikut pelawatan bersama Bapak Pendeta ke jemaat-jemaat, membesuk yang sakit dan juga melayat yang meninggal.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Saya pribadi kagum dengan kemandirian Oma dan Opa ini, ternyata kemandiriannya itu bukan karena fisiknya yang kuat untuk orang yang seusianya, tetapi kekuatannya bersumber dari iman percaya atas penyertaan Tuhan Yesus, yang selalu mereka yakini bahwa kasih Tuhan selalu menyertai hidup mereka.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oma Opa hidup berpegang teguh pada Firman Tuhan, Mazmur 23 menjadi pegangan yang mengiringi perjalanan hidup mereka bersama Tuhan.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;">&nbsp;&nbsp;</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Daud menggambarkan hubungan kedekatannya pada Tuhan. Daud menggambarkan dirinya sebagai domba dan Tuhan sebagai gembala. Daud mengerti kebutuhan domba akan makanan, minuman, perasaan aman dan perhatian, Daud pun mengerti tugas dan tanggung jawab seorang gembala.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Dalam menjalani kehidupan sehari-hari Daud tidak pernah merasa kekurangan, oleh karena itu, sebagai domba dia selalu diperhatikan oleh Gembalanya. Daud merasakan kehadiran Allah yang selalu memimpinnya, ia tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kebutuhan jasmani maupun rohaninya.&nbsp;<strong>Daud mendapatkan kebutuhan jasmani yang digambarkan dengan&nbsp;&nbsp;gambaran padang rumut yang hijau, air yang tenang, dan hidangan.</strong></span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Daud juga mendapatkan kebutuhan rohani yang digambarkan dengan jiwa yang disegarkan, dan dituntun ke jalan yang benar.&nbsp;</span></strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oleh sebab itu Daud merasa aman, ia tidak pernah takut bahaya. Bahkan ketika nanti menghadapi maut, Daud mengatakan bahwa dirinya tidak takut bahaya ketika memasuki lembah kekelamaan, itu menunjukkan bagaimana dia percaya bahwa di masa depan pun Tuhan akan melindungi dan mengasihinya.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></strong></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Perjalanan Daud bersama Tuhan menunjukkan Tuhan ibarat gembala yang mampu memenuhi semua kebutuhan domba-domba-Nya serta menjaganya.</span></strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">&nbsp;Kita percaya di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan apa yang kita perlukan, bahkan ketika nanti dipanggil Tuhan, kita dikaruniakan keselamatan oleh karena kasih karunia-Nya. Dalam kondisi apapun kita tetap harus mengandalkan Tuhan, kita percaya Dia tidak pernah meninggalkan kita. Orang yang hidupnya dipimpin oleh Tuhan tidak akan kekurangan. Amin</span></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20191003MasaTuaBermaknaBahagia.jpg" alt=""></p><p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Ada sepasang suami istri yang telah berusia senja, suaminya berusia 85 tahun dan istrinya 77 tahun. Sang istri mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri, mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu, mengepel dan mengurus semua kebutuhan suaminya. Menyediakan semua kebutuhan suaminya yang sudah menggunakan tongkat.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; text-indent: 1cm; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Sekalipun semua anak dan cucunya mempunyai kehidupan yang berhasil, boleh dikatakan kaya, tetapi kedua Oma Opa ini tetap bersikeras tinggal di rumah sendiri, tidak mau tinggal di rumah anak-anaknya, dengan alasan ingin hidup mandiri, tidak mau menyusahkan anak cucu.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Saya adalah orang yang sering mengunjungi mereka, ketika saya tanya, apakah Opa dan Oma tidak merasa kesepian hidup berdua di rumah? Apakah tidak takut? Opa menjawab dengan senyuman sedangkan Oma menjawab, kenapa harus takut? ‘kan ada Tuhan Yesus yang selalu menjaga.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oma dan Opa juga tidak merasa kesepian&nbsp;&nbsp;karena anak-anak menelepon setiap hari, kalau Sabtu dan Minggu mereka selalu datang mengunjungi, kadang mereka mengajak makan di luar dan menonton film di bioskop. Dan Oma juga aktif di gereja, ikut senam bersama ibu-ibu lansia,&nbsp;&nbsp;ikut pelawatan bersama Bapak Pendeta ke jemaat-jemaat, membesuk yang sakit dan juga melayat yang meninggal.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Saya pribadi kagum dengan kemandirian Oma dan Opa ini, ternyata kemandiriannya itu bukan karena fisiknya yang kuat untuk orang yang seusianya, tetapi kekuatannya bersumber dari iman percaya atas penyertaan Tuhan Yesus, yang selalu mereka yakini bahwa kasih Tuhan selalu menyertai hidup mereka.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oma Opa hidup berpegang teguh pada Firman Tuhan, Mazmur 23 menjadi pegangan yang mengiringi perjalanan hidup mereka bersama Tuhan.</span><span style="font-family: Helvetica; color: black;">&nbsp;&nbsp;</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Daud menggambarkan hubungan kedekatannya pada Tuhan. Daud menggambarkan dirinya sebagai domba dan Tuhan sebagai gembala. Daud mengerti kebutuhan domba akan makanan, minuman, perasaan aman dan perhatian, Daud pun mengerti tugas dan tanggung jawab seorang gembala.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Dalam menjalani kehidupan sehari-hari Daud tidak pernah merasa kekurangan, oleh karena itu, sebagai domba dia selalu diperhatikan oleh Gembalanya. Daud merasakan kehadiran Allah yang selalu memimpinnya, ia tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kebutuhan jasmani maupun rohaninya.&nbsp;<strong>Daud mendapatkan kebutuhan jasmani yang digambarkan dengan&nbsp;&nbsp;gambaran padang rumut yang hijau, air yang tenang, dan hidangan.</strong></span><span style="font-family: Helvetica; color: black;"></span><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Daud juga mendapatkan kebutuhan rohani yang digambarkan dengan jiwa yang disegarkan, dan dituntun ke jalan yang benar.&nbsp;</span></strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Oleh sebab itu Daud merasa aman, ia tidak pernah takut bahaya. Bahkan ketika nanti menghadapi maut, Daud mengatakan bahwa dirinya tidak takut bahaya ketika memasuki lembah kekelamaan, itu menunjukkan bagaimana dia percaya bahwa di masa depan pun Tuhan akan melindungi dan mengasihinya.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif;"></span></strong></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; line-height: 16.5pt; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: justify; background-color: white;"><strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">Perjalanan Daud bersama Tuhan menunjukkan Tuhan ibarat gembala yang mampu memenuhi semua kebutuhan domba-domba-Nya serta menjaganya.</span></strong><span style="font-size: 12pt; font-family: New, serif; color: black;">&nbsp;Kita percaya di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan apa yang kita perlukan, bahkan ketika nanti dipanggil Tuhan, kita dikaruniakan keselamatan oleh karena kasih karunia-Nya. Dalam kondisi apapun kita tetap harus mengandalkan Tuhan, kita percaya Dia tidak pernah meninggalkan kita. Orang yang hidupnya dipimpin oleh Tuhan tidak akan kekurangan. Amin</span></p> Sahabat 2019-08-25T13:17:49+07:00 2019-08-25T13:17:49+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sahabat Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190827Sahabat.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: center;"><em>Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.<br /></em><em>Amsal 17: 17</em></p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none;">Sahabat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah teman, kawan. Bersahabat berarti berteman, berkawan. Orang yang selalu menyertai kita dalam kehidupan.</p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none;">Jika kita memperhatikan dua tokoh Alkitab perjanjian lama, yaitu Ayub dan Daniel, mereka sama-sama mempunyai tiga sahabat. Ayub, dengan kesabaran menanggung penderitaan. Bahkan&nbsp;&nbsp;Ayub dikenal sebagai orang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Daniel, dengan kesuciannya ditengah-tengah budaya kerajaan yang najis.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sahabat" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190827Sahabat.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none; text-align: center;"><em>Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.<br /></em><em>Amsal 17: 17</em></p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none;">Sahabat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah teman, kawan. Bersahabat berarti berteman, berkawan. Orang yang selalu menyertai kita dalam kehidupan.</p> <p style="margin: 0cm 0cm 10pt; line-height: 16.866666793823242px; font-size: 11pt; font-family: Calibri, sans-serif; color: #000000; letter-spacing: normal; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px; text-decoration: none;">Jika kita memperhatikan dua tokoh Alkitab perjanjian lama, yaitu Ayub dan Daniel, mereka sama-sama mempunyai tiga sahabat. Ayub, dengan kesabaran menanggung penderitaan. Bahkan&nbsp;&nbsp;Ayub dikenal sebagai orang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Daniel, dengan kesuciannya ditengah-tengah budaya kerajaan yang najis.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/sahabat" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Siapakah yang Bertanggungjawab Memberitakan Injil? 2019-08-11T20:41:26+07:00 2019-08-11T20:41:26+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/siapakah-yang-bertanggungjawab-memberitakan-injil Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190813BeritakanInjil.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya , pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1: 16, 17)</p> <p>Tanggung jawab memberitakan Injil bukan tanggung jawab pendeta dan pelayan gereja yang sudah terlatih saja, tapi tanggung jawab kita semua, orang percaya. Jikalau tugas kita semua, lalu dari mana kita akan memulainya? Memberitakan Injil bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan,namun bukan berarti tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Setiap kita, orang percaya, adalah surat terbuka, setiap orang yang melihat kita juga melihat Kristus. Lalu apakah diri kita, saya dan anda sudah mencerminkan watak Yesus Kristus?</p> <p>Jika ada sebuah pertanyaan, kalau kamu mati saat ini, apakah kamu yakin nanti masuk surga? Apakah kita sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus masih meragukan surga itu? Apakah saat ini hati kita masih bertanya-tanya antara yakin dan tidak yakin, atau masih adakah pemikiran kita mudah-mudahan masuk surga?&nbsp;</p> <p>Bagaimana seseorang dikatakan menjadi percaya Kristus Yesus, mempercayai Tuhan yang telah mati di kayu salib demi menebus dosa setiap orang percaya, jika masih meragukan tentang surga itu sendiri. Atau kita masih mempunyai rasa takut yang berlebihan, tidak begitu yakin akan ke mana setelah kematian. Kita harus percaya bahwa Yesus itu Tuhan dan Juruselamat kita.</p> <p>Mensukseskan amanat-Nya pada kita, mandat Tuhan terbesar, beritakanlah Injil, beritakanlah Firman Tuhan kepada seluruh suku bangsa supaya mereka diselamatkan, ini mandat terbesar, bahwa kita harus bekerja di dunia ini, kita diperintahkan untuk memberitakan, melakukan. Bekerja mengupayakannya ketika kita di dunia ini.</p> <p>Memberitakan Injil dimulai dari diri sendiri, apakah kita mempunyai keyakinan kepastian akan Injil itu, tentang keselamatan itu sendiri?</p> <p>Kalau ada yang bertanya, apakah mengikut Yesus tidak akan ada masalah? Apakah setiap orang percaya Tuhan Yesus itu damai sejahtera? Apakah Injil itu menenangkan, mendamaikan? Apa untungnya kamu percaya Yesus?&nbsp;</p> <p>Jika kita memberitakan Injil, apakah kehidupan akan baik-baik saja tanpa masalah? Belum tentu! Apakah dalam iman, kita meyakini Injil itu menyelamatkan? Injil itu adalah berita Yesus mati di kayu salib, dikubur tiga hari, bangkit dari kubur naik ke surga, dan empat puluh hari kemudian menampakkan diri pada murid-Nya.&nbsp;</p> <p>Iman Kristen, percaya dulu baru mengerti, bukan mengerti baru percaya. Pemahaman Tritunggal bukan masalah ilmu pengetahuan tapi soal iman. Tuhan akan memberikan banyak pengertian.&nbsp;</p> <p>Kesempatan memberitakan Injil akan dibukakan oleh Tuhan, dengan cara apapun. Bagi Paulus, Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.&nbsp;</p> <p>Sejak zaman Yesus selalu ada tantangannya, Paulus menasihatkan Timotius yang masih muda, jangan malu, jangan takut. Tidak cukup hanya dengan yakin, tapi harus mengalami Injil itu sendiri. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.</p> <p>Sains menjadikan kita pintar dan mendapat banyak informasi, tapi sains tidak membawa orang mengenal penciptanya. Filsafat pemberi inspirasi, Injil mentransformasi hidup, Injil tidak memberi pengharapan yang dipelajari dari filsafat. Injil menyentuh hati setiap orang, akan mengubah orang mengalami Injil itu. Orang bisa belajar untuk pandai, tapi orang pandai belum tentu mengerti hidupnya dalam Tuhan.&nbsp;</p> <p>Injil yang membawa kita kepada Tuhan, dan orang yang dipakai adalah orang-orang sederhana, datang dari Allah, jadi jangan malu memberitakan Injil.</p> <p>Perkembangan teknologi luar biasa, namun kuasa Tuhan tidak terbatas. Banyak orang terinspirasi oleh berbagai tokoh, tapi semua tidak bisa membawa seseorang mengenal Tuhan. Hanya Yesus Kristus-lah Tuhan dan Juruselamat.&nbsp;</p> <p>PA penting, persekutuan penting, mempelajari Alkitab penting, tapi harus menyentuh hati kita. mengalami Injil itu sendiri. Kabar baik itu kekuatan Allah, kenapa kita harus takut dan khawatir? Kalau Tuhan bukakan kita pasti bisa mengabarkan Injil. Injil bukan sekedar informasi dan inspirasi. Jangan takut ditolak, kita minta Tuhan menolong dan memampukan kita agar kita boleh menjadi alat-Nya.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Doa: Tuhan Yesus yang baik, kami bersyukur karena Engkau telah menebus dosa kami, mampukan kami agar kami boleh menjadi alat-Mu dimanapun kami berada, untuk kami boleh memberitakan Injil-Mu, untuk kami boleh melakukan kebenaran sesuai dengan kehendak-Mu, dimanapun kami berada, sekecil apapun yang kami lakukan, biarlah kami boleh memuliakan nama-Mu. Amien.</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190813BeritakanInjil.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya , pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1: 16, 17)</p> <p>Tanggung jawab memberitakan Injil bukan tanggung jawab pendeta dan pelayan gereja yang sudah terlatih saja, tapi tanggung jawab kita semua, orang percaya. Jikalau tugas kita semua, lalu dari mana kita akan memulainya? Memberitakan Injil bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan,namun bukan berarti tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Setiap kita, orang percaya, adalah surat terbuka, setiap orang yang melihat kita juga melihat Kristus. Lalu apakah diri kita, saya dan anda sudah mencerminkan watak Yesus Kristus?</p> <p>Jika ada sebuah pertanyaan, kalau kamu mati saat ini, apakah kamu yakin nanti masuk surga? Apakah kita sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus masih meragukan surga itu? Apakah saat ini hati kita masih bertanya-tanya antara yakin dan tidak yakin, atau masih adakah pemikiran kita mudah-mudahan masuk surga?&nbsp;</p> <p>Bagaimana seseorang dikatakan menjadi percaya Kristus Yesus, mempercayai Tuhan yang telah mati di kayu salib demi menebus dosa setiap orang percaya, jika masih meragukan tentang surga itu sendiri. Atau kita masih mempunyai rasa takut yang berlebihan, tidak begitu yakin akan ke mana setelah kematian. Kita harus percaya bahwa Yesus itu Tuhan dan Juruselamat kita.</p> <p>Mensukseskan amanat-Nya pada kita, mandat Tuhan terbesar, beritakanlah Injil, beritakanlah Firman Tuhan kepada seluruh suku bangsa supaya mereka diselamatkan, ini mandat terbesar, bahwa kita harus bekerja di dunia ini, kita diperintahkan untuk memberitakan, melakukan. Bekerja mengupayakannya ketika kita di dunia ini.</p> <p>Memberitakan Injil dimulai dari diri sendiri, apakah kita mempunyai keyakinan kepastian akan Injil itu, tentang keselamatan itu sendiri?</p> <p>Kalau ada yang bertanya, apakah mengikut Yesus tidak akan ada masalah? Apakah setiap orang percaya Tuhan Yesus itu damai sejahtera? Apakah Injil itu menenangkan, mendamaikan? Apa untungnya kamu percaya Yesus?&nbsp;</p> <p>Jika kita memberitakan Injil, apakah kehidupan akan baik-baik saja tanpa masalah? Belum tentu! Apakah dalam iman, kita meyakini Injil itu menyelamatkan? Injil itu adalah berita Yesus mati di kayu salib, dikubur tiga hari, bangkit dari kubur naik ke surga, dan empat puluh hari kemudian menampakkan diri pada murid-Nya.&nbsp;</p> <p>Iman Kristen, percaya dulu baru mengerti, bukan mengerti baru percaya. Pemahaman Tritunggal bukan masalah ilmu pengetahuan tapi soal iman. Tuhan akan memberikan banyak pengertian.&nbsp;</p> <p>Kesempatan memberitakan Injil akan dibukakan oleh Tuhan, dengan cara apapun. Bagi Paulus, Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.&nbsp;</p> <p>Sejak zaman Yesus selalu ada tantangannya, Paulus menasihatkan Timotius yang masih muda, jangan malu, jangan takut. Tidak cukup hanya dengan yakin, tapi harus mengalami Injil itu sendiri. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.</p> <p>Sains menjadikan kita pintar dan mendapat banyak informasi, tapi sains tidak membawa orang mengenal penciptanya. Filsafat pemberi inspirasi, Injil mentransformasi hidup, Injil tidak memberi pengharapan yang dipelajari dari filsafat. Injil menyentuh hati setiap orang, akan mengubah orang mengalami Injil itu. Orang bisa belajar untuk pandai, tapi orang pandai belum tentu mengerti hidupnya dalam Tuhan.&nbsp;</p> <p>Injil yang membawa kita kepada Tuhan, dan orang yang dipakai adalah orang-orang sederhana, datang dari Allah, jadi jangan malu memberitakan Injil.</p> <p>Perkembangan teknologi luar biasa, namun kuasa Tuhan tidak terbatas. Banyak orang terinspirasi oleh berbagai tokoh, tapi semua tidak bisa membawa seseorang mengenal Tuhan. Hanya Yesus Kristus-lah Tuhan dan Juruselamat.&nbsp;</p> <p>PA penting, persekutuan penting, mempelajari Alkitab penting, tapi harus menyentuh hati kita. mengalami Injil itu sendiri. Kabar baik itu kekuatan Allah, kenapa kita harus takut dan khawatir? Kalau Tuhan bukakan kita pasti bisa mengabarkan Injil. Injil bukan sekedar informasi dan inspirasi. Jangan takut ditolak, kita minta Tuhan menolong dan memampukan kita agar kita boleh menjadi alat-Nya.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Doa: Tuhan Yesus yang baik, kami bersyukur karena Engkau telah menebus dosa kami, mampukan kami agar kami boleh menjadi alat-Mu dimanapun kami berada, untuk kami boleh memberitakan Injil-Mu, untuk kami boleh melakukan kebenaran sesuai dengan kehendak-Mu, dimanapun kami berada, sekecil apapun yang kami lakukan, biarlah kami boleh memuliakan nama-Mu. Amien.</p> Kebutuhan untuk Dilihat 2019-08-11T18:05:11+07:00 2019-08-11T18:05:11+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kebutuhan-untuk-dilihat Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190812KebutuhanDilihat.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Wow, si Andi sudah beli sepatu lagi,” tiba-tiba seorang remaja yang berusia 13 tahun menyeletuk.</p> <p>“Dia lagi di Jepang ‘kan?” sahut teman di sebelahnya, “Bukannya dia baru beli sepatu baru?”</p> <p>Saya yang ada di depannya,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>menanyakan<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>bagaimana mereka tahu Andi sedang di Jepang dan membeli sepatu baru. “Memangnya kalian teman dekat ya, jadi saling cerita lagi apa, ada di mana?”</p> <p>&nbsp;“Enggak-lah, kami berbeda<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>geng-nya,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>engga pernah ngobrol.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Ini lho, Bu..lewat instagram,” jelas mereka berdua sambil menunjukkan instagram-nya. Dan terlihatlah foto sepatu yang kanan kuning dan kiri oranye.</p> <p>“Kok sepatunya kanan kiri beda, model<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>baru, ya?” saya jadi ikut berkomentar juga.</p> <p>“Ahh Ibu enggak ngerti…itu maksudnya dia lagi memilih mau beli yang mana, coba tunggu 20 menit lagi, nanti pasti ada postingan sepatu yang dia pilih,” jelasnya lagi.</p> <p>Suatu hari saya ditraktir seseorang makan di rumah makan keren, yang makanannya nampak keren juga. Saat hidangan tersaji di depan kami, yang pertama dilakukan adalah memotret dulu makanan yang tersaji. “Buat facebook,”katanya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Lalu kami pun makan sambil mengobrol. Dan herannya, saat piring saya sudah habis, piring dia tetap utuh. “Sedang diet,”jelasnya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kemudian dia minta makanannya dibawa pulang untuk diberikan kepada pembantunya.</p> <p>Dunia maya menjadi dunia yang sangat luas, dan tiba-tiba saja ada satu kebutuhan lagi yang diperlukan dalam diri seseorang, yaitu kebutuhan <i>update</i> untuk dilihat orang.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Bagaimana orang lain yang tidak seruangan dengan kita bisa mengetahui apa yang kita lakukan dan kerjakan, kita tidak pernah berbicara dengan mereka tapi mereka tahu kita ada di mana dan sedang makan apa, membeli barang apa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Cukup dengan memposting status GKI Gading Serpong dan foto cawan kecil berisi cairan merah, orang-orang yang kita kenal ataupun tidak, bisa mengetahui kita adalah umat Tuhan yang sedang melakukan perjamuan kudus di GKI Gading Serpong.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Cukup dengan memposting kantong kolekte dan kaki-kaki bersepatu yang berbaris rapih, orang-orang tahu kita sedang menjadi petugas kolekte atau memberikan pesembahan ke kantong kolekte. Tidak perlu berkata-kata ataupun bersua, kita bisa memperlihatkan apa yang sedang kita lakukan.</p> <p>Seorang pendeta pernah menceritakan dalam khotbahnya<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>bahwa salah satu jemaatnya yang rajin memberikan persembahan dalam jumlah besar untuk pelayanan, bunuh diri karena terlilit utang. Tentu saja semua heran mendengarnya.</p> <p>Kebutuhan untuk dilihat bahagia, dilihat suci, dilihat aktif melayani, dilihat makmur, dilihat sehat, dilihat senior, dilihat baik, dilihat penuh kasih sayang, dsb, ternyata sekarang mulai menjalari sebagian orang. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah berita tentang seorang artis yang mengakui telah melakukan beberapa operasi plastik. “Supaya enak dilihatnya,”itu alasannya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Perbedaan cuping hidung atau lesung pipi beberapa milimeter bisa berarti banyak bagi dirinya.&nbsp;</p> <p>Apakah kita pun memiliki kebutuhan dilihat juga? Dilihat siapakah?&nbsp;</p> <p>Sejujurnya, kepada siapakah sebenarnya kita ingin memperlihatkan diri?</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190812KebutuhanDilihat.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Wow, si Andi sudah beli sepatu lagi,” tiba-tiba seorang remaja yang berusia 13 tahun menyeletuk.</p> <p>“Dia lagi di Jepang ‘kan?” sahut teman di sebelahnya, “Bukannya dia baru beli sepatu baru?”</p> <p>Saya yang ada di depannya,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>menanyakan<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>bagaimana mereka tahu Andi sedang di Jepang dan membeli sepatu baru. “Memangnya kalian teman dekat ya, jadi saling cerita lagi apa, ada di mana?”</p> <p>&nbsp;“Enggak-lah, kami berbeda<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>geng-nya,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>engga pernah ngobrol.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Ini lho, Bu..lewat instagram,” jelas mereka berdua sambil menunjukkan instagram-nya. Dan terlihatlah foto sepatu yang kanan kuning dan kiri oranye.</p> <p>“Kok sepatunya kanan kiri beda, model<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>baru, ya?” saya jadi ikut berkomentar juga.</p> <p>“Ahh Ibu enggak ngerti…itu maksudnya dia lagi memilih mau beli yang mana, coba tunggu 20 menit lagi, nanti pasti ada postingan sepatu yang dia pilih,” jelasnya lagi.</p> <p>Suatu hari saya ditraktir seseorang makan di rumah makan keren, yang makanannya nampak keren juga. Saat hidangan tersaji di depan kami, yang pertama dilakukan adalah memotret dulu makanan yang tersaji. “Buat facebook,”katanya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Lalu kami pun makan sambil mengobrol. Dan herannya, saat piring saya sudah habis, piring dia tetap utuh. “Sedang diet,”jelasnya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kemudian dia minta makanannya dibawa pulang untuk diberikan kepada pembantunya.</p> <p>Dunia maya menjadi dunia yang sangat luas, dan tiba-tiba saja ada satu kebutuhan lagi yang diperlukan dalam diri seseorang, yaitu kebutuhan <i>update</i> untuk dilihat orang.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Bagaimana orang lain yang tidak seruangan dengan kita bisa mengetahui apa yang kita lakukan dan kerjakan, kita tidak pernah berbicara dengan mereka tapi mereka tahu kita ada di mana dan sedang makan apa, membeli barang apa.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Cukup dengan memposting status GKI Gading Serpong dan foto cawan kecil berisi cairan merah, orang-orang yang kita kenal ataupun tidak, bisa mengetahui kita adalah umat Tuhan yang sedang melakukan perjamuan kudus di GKI Gading Serpong.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Cukup dengan memposting kantong kolekte dan kaki-kaki bersepatu yang berbaris rapih, orang-orang tahu kita sedang menjadi petugas kolekte atau memberikan pesembahan ke kantong kolekte. Tidak perlu berkata-kata ataupun bersua, kita bisa memperlihatkan apa yang sedang kita lakukan.</p> <p>Seorang pendeta pernah menceritakan dalam khotbahnya<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>bahwa salah satu jemaatnya yang rajin memberikan persembahan dalam jumlah besar untuk pelayanan, bunuh diri karena terlilit utang. Tentu saja semua heran mendengarnya.</p> <p>Kebutuhan untuk dilihat bahagia, dilihat suci, dilihat aktif melayani, dilihat makmur, dilihat sehat, dilihat senior, dilihat baik, dilihat penuh kasih sayang, dsb, ternyata sekarang mulai menjalari sebagian orang. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah berita tentang seorang artis yang mengakui telah melakukan beberapa operasi plastik. “Supaya enak dilihatnya,”itu alasannya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Perbedaan cuping hidung atau lesung pipi beberapa milimeter bisa berarti banyak bagi dirinya.&nbsp;</p> <p>Apakah kita pun memiliki kebutuhan dilihat juga? Dilihat siapakah?&nbsp;</p> <p>Sejujurnya, kepada siapakah sebenarnya kita ingin memperlihatkan diri?</p> Menjadi Seorang Ibu di Hadapan Tuhan 2019-08-05T18:29:57+07:00 2019-08-05T18:29:57+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-seorang-ibu-di-hadapan-tuhan Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190805Ibu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, tanpa pertolongan Tuhan dan kasih sayang dari suami, peran kita sebagai ibu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.&nbsp;</p> <p>Tugas sebagai ibu sangat berat, bukan hanya mengurus anak dan dapur saja, tetapi ibu memikirkan semua pekerjaan dalam rumah tangga, terutama tumbuh kembang anak-anaknya. Ibu harus cakap dalam segala bidang, mulai dari bangun pagi sampai pagi lagi, selalu siap sedia mengurus dan memikirkan seisi rumah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-seorang-ibu-di-hadapan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190805Ibu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, tanpa pertolongan Tuhan dan kasih sayang dari suami, peran kita sebagai ibu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.&nbsp;</p> <p>Tugas sebagai ibu sangat berat, bukan hanya mengurus anak dan dapur saja, tetapi ibu memikirkan semua pekerjaan dalam rumah tangga, terutama tumbuh kembang anak-anaknya. Ibu harus cakap dalam segala bidang, mulai dari bangun pagi sampai pagi lagi, selalu siap sedia mengurus dan memikirkan seisi rumah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/menjadi-seorang-ibu-di-hadapan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Penampilan 2019-07-31T09:48:01+07:00 2019-07-31T09:48:01+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penampilan Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190731Penampilan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p><i>Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ”Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.“ (1 Samuel 16 : 7)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Pada saat kita bertemu dengan teman lama yang sudah lama tidak bertemu, sewaktu kita bertemu kembali, kita biasanya bersalaman atau bahkan berpelukan, apalagi kalau kita sudah terbiasa,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>dengan akrab itu menjadi hal yang terulang kembali.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penampilan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190731Penampilan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p><i>Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ”Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.“ (1 Samuel 16 : 7)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Pada saat kita bertemu dengan teman lama yang sudah lama tidak bertemu, sewaktu kita bertemu kembali, kita biasanya bersalaman atau bahkan berpelukan, apalagi kalau kita sudah terbiasa,<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>dengan akrab itu menjadi hal yang terulang kembali.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/penampilan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak 2019-07-29T07:01:57+07:00 2019-07-29T07:01:57+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peranan-orang-tua-dalam-mendidik-anak Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190729PeranOrtu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p><em>Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.</em><br /><em>(Amsal 22:6)</em></p> <p>&nbsp;</p> <p>Pendidikan seorang anak dimulai dari keluarga, keluarga adalah tempat utama dan pertama bagi pembentukan karakter anak. Agar terbentuk keluarga yang sehat dan bahagia, orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang cukup, sehingga mampu membimbing dan mengarahkan anak.</p> <p>Orang tua, baik yang memiliki pengetahuan maupun tidak, tetap harus mendidik anak-anaknya sejak dini. Mendidik anak dengan menggunakan ilmu akan menjadikan orang tua lebih mengerti dan bijaksana, sehingga dapat membantu dan mengembangkan anak secara tepat menjadi manusia seutuhnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peranan-orang-tua-dalam-mendidik-anak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190729PeranOrtu.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p><em>Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.</em><br /><em>(Amsal 22:6)</em></p> <p>&nbsp;</p> <p>Pendidikan seorang anak dimulai dari keluarga, keluarga adalah tempat utama dan pertama bagi pembentukan karakter anak. Agar terbentuk keluarga yang sehat dan bahagia, orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang cukup, sehingga mampu membimbing dan mengarahkan anak.</p> <p>Orang tua, baik yang memiliki pengetahuan maupun tidak, tetap harus mendidik anak-anaknya sejak dini. Mendidik anak dengan menggunakan ilmu akan menjadikan orang tua lebih mengerti dan bijaksana, sehingga dapat membantu dan mengembangkan anak secara tepat menjadi manusia seutuhnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/peranan-orang-tua-dalam-mendidik-anak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Simba si Anak Raja 2019-07-23T15:11:06+07:00 2019-07-23T15:11:06+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/simba-si-anak-raja Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190725Simba.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing</p> <p>&nbsp;</p> <p>Menonton <i>The<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Lion King</i> mengingatkan saat anak saya masih batita.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kesulitan saya membawa dia ke salon untuk potong rambut membuat saya berkreasi mengisahkan singa kecil yang mau memangkas rambutnya. Boneka Simba dan Mufasa, ayahnya, sempat menjadi mainannya sehari-hari. Dan sampai beberapa waktu, saya pun menikmati<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>keseriusan mimiknya serta tawanya yang renyah setiap saya mengisahkannya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/simba-si-anak-raja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190725Simba.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing</p> <p>&nbsp;</p> <p>Menonton <i>The<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Lion King</i> mengingatkan saat anak saya masih batita.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Kesulitan saya membawa dia ke salon untuk potong rambut membuat saya berkreasi mengisahkan singa kecil yang mau memangkas rambutnya. Boneka Simba dan Mufasa, ayahnya, sempat menjadi mainannya sehari-hari. Dan sampai beberapa waktu, saya pun menikmati<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>keseriusan mimiknya serta tawanya yang renyah setiap saya mengisahkannya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/simba-si-anak-raja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Membaca Alkitab di Zaman yang Sibuk 2019-07-23T15:07:36+07:00 2019-07-23T15:07:36+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/membaca-alkitab-di-zaman-yang-sibuk Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190724BacaAlkitab.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Yunias Monika. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Disadari atau tidak, perkembangan teknologi yang makin pesat telah mengubah cara hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah bagaimana memakai waktu. Coba hitung, ada berapa grup <i>WhatsApp</i> dan akun media sosial di telepon pintar kita? Belum lagi jumlah akun belanja <i>online</i>. Manusia menjadi sangat sibuk memeriksa ruang-ruang digital yang semuanya menuntut waktu. Waktu yang dimiliki serasa tidak cukup untuk membendung dan menyaring arus informasi. Dan, tidak bisa dimungkiri bahwa di tengah-tengah kesibukan tinggal di kota besar, manusia membutuhkan pengalihan dari kesibukan. Apa yang biasanya dilakukan? Jujur saja, membaca Alkitab seringkali tidak semenarik membaca <i>Instagram feeds</i> atau melihat-lihat <i>flash sales</i>. Kesibukan-kesibukan digital telah menepikan kerinduan untuk mencari Tuhan dan firman-Nya.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/membaca-alkitab-di-zaman-yang-sibuk" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190724BacaAlkitab.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Yunias Monika. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Disadari atau tidak, perkembangan teknologi yang makin pesat telah mengubah cara hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah bagaimana memakai waktu. Coba hitung, ada berapa grup <i>WhatsApp</i> dan akun media sosial di telepon pintar kita? Belum lagi jumlah akun belanja <i>online</i>. Manusia menjadi sangat sibuk memeriksa ruang-ruang digital yang semuanya menuntut waktu. Waktu yang dimiliki serasa tidak cukup untuk membendung dan menyaring arus informasi. Dan, tidak bisa dimungkiri bahwa di tengah-tengah kesibukan tinggal di kota besar, manusia membutuhkan pengalihan dari kesibukan. Apa yang biasanya dilakukan? Jujur saja, membaca Alkitab seringkali tidak semenarik membaca <i>Instagram feeds</i> atau melihat-lihat <i>flash sales</i>. Kesibukan-kesibukan digital telah menepikan kerinduan untuk mencari Tuhan dan firman-Nya.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/membaca-alkitab-di-zaman-yang-sibuk" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Jangan Menyimpan Dendam 2019-07-23T11:16:20+07:00 2019-07-23T11:16:20+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jangan-menyimpan-dendam Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190723Dendam.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;"><i>Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian juga segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang akan yang lain,&nbsp;penuh kasih mesra&nbsp;dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus Yesus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:31-32)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Sebagai sesama manusia, hendaklah kita saling mengasihi, menanamkan hukum kasih, dan membuang perasaan yang dapat merugikan diri sendiri juga orang lain, seperti kemarahan, fitnah, juga pertengkaran. Hendaknya kita ramah seorang terhadap yang lain, karena landasan kasih adalah dasar dalam berinteraksi dengan orang lain.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jangan-menyimpan-dendam" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190723Dendam.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;"><i>Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian juga segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang akan yang lain,&nbsp;penuh kasih mesra&nbsp;dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus Yesus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:31-32)</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Sebagai sesama manusia, hendaklah kita saling mengasihi, menanamkan hukum kasih, dan membuang perasaan yang dapat merugikan diri sendiri juga orang lain, seperti kemarahan, fitnah, juga pertengkaran. Hendaknya kita ramah seorang terhadap yang lain, karena landasan kasih adalah dasar dalam berinteraksi dengan orang lain.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jangan-menyimpan-dendam" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Memilih atau Dipilih? 2019-07-22T11:56:03+07:00 2019-07-22T11:56:03+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/memilih-atau-dipilih Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190722Memilih.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis:&nbsp;<span lang="EN-US">Poppie Larasati Adisurja. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</span></p> <p>&nbsp;</p> <p><i>…Semua kar’na anug’rah-Nya<br /></i><i>Dib’rikan-Nya pada kita<br /></i><i>Semua anug’rah-Nya bagi kita<br /></i><i>Bila kita dipakai-Nya …</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Setahun sekali , kami, karyawan dan guru TKK PENABUR Gading Serpong, mempersembahkan pujian di GKI Gading Serpong dalam rangka merayakan ulang tahun Yayasan PENABUR.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Setiap kali momen ini berulang, saya merasakan panggilan Tuhan bergema kembali di hati, seperti memperbaharui suatu janji yang baru di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Janji untuk melayani-Nya melalui pembelajaran di kelas, dan untuk membawa jiwa-jiwa baru dalam keselamatan yang besar.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/memilih-atau-dipilih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190722Memilih.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis:&nbsp;<span lang="EN-US">Poppie Larasati Adisurja. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</span></p> <p>&nbsp;</p> <p><i>…Semua kar’na anug’rah-Nya<br /></i><i>Dib’rikan-Nya pada kita<br /></i><i>Semua anug’rah-Nya bagi kita<br /></i><i>Bila kita dipakai-Nya …</i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Setahun sekali , kami, karyawan dan guru TKK PENABUR Gading Serpong, mempersembahkan pujian di GKI Gading Serpong dalam rangka merayakan ulang tahun Yayasan PENABUR.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Setiap kali momen ini berulang, saya merasakan panggilan Tuhan bergema kembali di hati, seperti memperbaharui suatu janji yang baru di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Janji untuk melayani-Nya melalui pembelajaran di kelas, dan untuk membawa jiwa-jiwa baru dalam keselamatan yang besar.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/memilih-atau-dipilih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Aku Mau 2019-07-17T18:05:13+07:00 2019-07-17T18:05:13+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-mau Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190718AwalBaru.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Nona F. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kusandarkan tubuhku pada lemari baju di belakangku. Sekalipun sudah duduk bersila, namun masih kurasakan lemas seluruh persendianku. Dinginnya lantai kamar membuat hatiku semakin membeku. Pilu.</p> <p>Kembali kupandangi buku-buku yang berserakan di lantai. Kumpulan catatan harianku ketika aku masih duduk di bangku SD sampai usiaku mencapai seperempat abad. Buku-buku itu seolah bercerita tentang perjalanan hidupku dari masa ke masa. Ada tulisan tentang binatang peliharaan pertamaku, lengkap dengan fotoku menggendong kelinci gemuk berwarna putih yang imut dan lucu. Ada lagi kenangan cinta pertamaku kala SMA, atau ketika aku diterima bekerja di salah satu perusahaan BUMN di kawasan Slipi. Selebihnya curhatan-curhatan galau ABG (Anak Baru Gede), dengan kata-kata pembuka yang khas, "<i>Dear diary</i>..."</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-mau" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190718AwalBaru.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Nona F. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kusandarkan tubuhku pada lemari baju di belakangku. Sekalipun sudah duduk bersila, namun masih kurasakan lemas seluruh persendianku. Dinginnya lantai kamar membuat hatiku semakin membeku. Pilu.</p> <p>Kembali kupandangi buku-buku yang berserakan di lantai. Kumpulan catatan harianku ketika aku masih duduk di bangku SD sampai usiaku mencapai seperempat abad. Buku-buku itu seolah bercerita tentang perjalanan hidupku dari masa ke masa. Ada tulisan tentang binatang peliharaan pertamaku, lengkap dengan fotoku menggendong kelinci gemuk berwarna putih yang imut dan lucu. Ada lagi kenangan cinta pertamaku kala SMA, atau ketika aku diterima bekerja di salah satu perusahaan BUMN di kawasan Slipi. Selebihnya curhatan-curhatan galau ABG (Anak Baru Gede), dengan kata-kata pembuka yang khas, "<i>Dear diary</i>..."</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku-mau" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Terbang Tinggi Sayap Rajawali 2019-07-17T18:01:36+07:00 2019-07-17T18:01:36+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terbang-tinggi-sayap-rajawali Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190717Rajawali.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis:&nbsp;Merry Srifatmadewi. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Air mataku bergulir mengaliri pipi. Kuusahakan agar berhenti berlinang, namun semakin bertambah guliran-guliran itu membasahi. Kutahan isak tangis, tak ingin suamiku yang sedang tidur nyenyak menjadi terbangun.&nbsp;</p> <p>Pelan-pelan aku beringsut keluar dari kamar tidur menuju ruang tamu. Tumpah sudah air mata tak terbendung. Kubersihkan cairan dari hidung yang menganak- sungai. Dada ini semakin sesak meronta ingin dibebaskan. Isak tangis memecah.</p> <p>Perasaan bersalah karena perpisahan menyesakkan rongga dada yang sempit ini. Masih terbayang saat-saat terakhir aku meninggalkan tempat itu dengan menjinjing semua barang-barangku.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terbang-tinggi-sayap-rajawali" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190717Rajawali.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis:&nbsp;Merry Srifatmadewi. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p>Air mataku bergulir mengaliri pipi. Kuusahakan agar berhenti berlinang, namun semakin bertambah guliran-guliran itu membasahi. Kutahan isak tangis, tak ingin suamiku yang sedang tidur nyenyak menjadi terbangun.&nbsp;</p> <p>Pelan-pelan aku beringsut keluar dari kamar tidur menuju ruang tamu. Tumpah sudah air mata tak terbendung. Kubersihkan cairan dari hidung yang menganak- sungai. Dada ini semakin sesak meronta ingin dibebaskan. Isak tangis memecah.</p> <p>Perasaan bersalah karena perpisahan menyesakkan rongga dada yang sempit ini. Masih terbayang saat-saat terakhir aku meninggalkan tempat itu dengan menjinjing semua barang-barangku.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terbang-tinggi-sayap-rajawali" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Navigasi 2019-07-15T12:17:13+07:00 2019-07-15T12:17:13+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/navigasi Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190716Navigasi.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Put, besok pagi temani aku ke Jakarta ya,” kata suamiku di telepon. Duh, langsung terbayang di pelupuk mataku kondisi kemacetan di Jakarta. Perasaan jengkel dan tidak berdaya pada saat terjebak dalam kemacetan langsung mengganggu hatiku.&nbsp;</p> <p>“Sekarang sudah ada aplikasi navigasi yang canggih kok. Nanti aku carikan rute yang tidak terlalu macet,” sambungnya berusaha menenangkanku. Dia tahu persis aku malas ke Jakarta.</p> <p>“Oke,” jawabku lemah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/navigasi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190716Navigasi.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>“Put, besok pagi temani aku ke Jakarta ya,” kata suamiku di telepon. Duh, langsung terbayang di pelupuk mataku kondisi kemacetan di Jakarta. Perasaan jengkel dan tidak berdaya pada saat terjebak dalam kemacetan langsung mengganggu hatiku.&nbsp;</p> <p>“Sekarang sudah ada aplikasi navigasi yang canggih kok. Nanti aku carikan rute yang tidak terlalu macet,” sambungnya berusaha menenangkanku. Dia tahu persis aku malas ke Jakarta.</p> <p>“Oke,” jawabku lemah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/navigasi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Indahnya Kasih Tuhan 2019-07-15T12:01:07+07:00 2019-07-15T12:01:07+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/indahnya-kasih-tuhan Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190715IndahKasihTuhan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Meliaria. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;">&nbsp;<i>"Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus"&nbsp;</i><i>(1 Korintus 1:4)</i></p> <p>&nbsp;&nbsp;</p> <p>Mensyukuri setiap rangkaian kehidupan tidak mudah kita lakukan, karena Tuhan&nbsp; merangkai setiap detik kehidupan kita seringkali tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan terkadang sangat jauh dari harapan.Tapi itulah kehidupan yang diberikan-Nya, yang harus kita jalani.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/indahnya-kasih-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190715IndahKasihTuhan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Meliaria. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;">&nbsp;<i>"Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus"&nbsp;</i><i>(1 Korintus 1:4)</i></p> <p>&nbsp;&nbsp;</p> <p>Mensyukuri setiap rangkaian kehidupan tidak mudah kita lakukan, karena Tuhan&nbsp; merangkai setiap detik kehidupan kita seringkali tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan terkadang sangat jauh dari harapan.Tapi itulah kehidupan yang diberikan-Nya, yang harus kita jalani.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/indahnya-kasih-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan 2019-07-11T11:06:20+07:00 2019-07-11T11:06:20+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/merendahkan-diri-di-hadapan-tuhan Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190711RendahDiriHadapanTuhan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;"><i>Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.<br /><i>(2 Tawarikh 7:14)</i><br /></i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Hidup dan masa depan kita tidak tergantung dari perkataan orang lain, tetapi sepenuhnya ada dalam kuasa TUHAN. Tak perlu mendengarkan apa kata orang tentang hidup kita, apalagi hal negatif yang cenderung melemahkan hidup kita. Dan tak perlu terintimidasi dengan hasutan orang lain, yang mengungkit masa lalu dan kesalahan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/merendahkan-diri-di-hadapan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190711RendahDiriHadapanTuhan.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>&nbsp;</p> <p style="text-align: center;"><i>Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.<br /><i>(2 Tawarikh 7:14)</i><br /></i></p> <p>&nbsp;</p> <p>Hidup dan masa depan kita tidak tergantung dari perkataan orang lain, tetapi sepenuhnya ada dalam kuasa TUHAN. Tak perlu mendengarkan apa kata orang tentang hidup kita, apalagi hal negatif yang cenderung melemahkan hidup kita. Dan tak perlu terintimidasi dengan hasutan orang lain, yang mengungkit masa lalu dan kesalahan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/merendahkan-diri-di-hadapan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Terlahir Kembali 2019-07-10T13:49:42+07:00 2019-07-10T13:49:42+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terlahir-kembali Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190710LahirKembali.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Indrasta Daniel. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>Phoenix adalah sejenis makhluk mitologis yang bersumber dari legenda-legenda Mesir dan Yunani kuno. Makhluk ini digambarkan sebagai seekor burung besar yang cantik berwarna merah kekuningan bagaikan api membara. Menurut catatan, Phoenix bisa hidup selama 500 atau 1000 tahun. Orang mengenalnya sebagai mahkluk yang melakukan reinkarnasi atau lahir kembali dari kematian, dan Phoenix melakukannya dengan cara yang sangat menarik.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terlahir-kembali" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190710LahirKembali.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Indrasta Daniel. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p>Phoenix adalah sejenis makhluk mitologis yang bersumber dari legenda-legenda Mesir dan Yunani kuno. Makhluk ini digambarkan sebagai seekor burung besar yang cantik berwarna merah kekuningan bagaikan api membara. Menurut catatan, Phoenix bisa hidup selama 500 atau 1000 tahun. Orang mengenalnya sebagai mahkluk yang melakukan reinkarnasi atau lahir kembali dari kematian, dan Phoenix melakukannya dengan cara yang sangat menarik.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/terlahir-kembali" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> “Dan Ia Menepuk Pundakku . . .” 2019-07-08T16:58:42+07:00 2019-07-08T16:58:42+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dan-ia-menepuk-pundakku Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708DiaMenepuk.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Indra Putra. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Pagi ini melelahkan bagiku.&nbsp;</p> <p>Tidur semalam terasa terlalu singkat karena tidur larut mengejar <i>deadline</i> tugas. Hari ini pun bangun terburu-buru karena tidak boleh terlambat rapat. Jam menunjukan pukul 05.45 dan sambil berusaha tidur di bus, aku berharap tempat duduk sebelahku tetap kosong. “Jangan sampai ada yang duduk di sebelahku,” ujarku dalam hati. Aku ingin tidur nyenyak. Lagi pula ukuran badanku yang cukup besar membuat duduk bersebelahan menjadi tidak nyaman.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dan-ia-menepuk-pundakku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708DiaMenepuk.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Indra Putra. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Pagi ini melelahkan bagiku.&nbsp;</p> <p>Tidur semalam terasa terlalu singkat karena tidur larut mengejar <i>deadline</i> tugas. Hari ini pun bangun terburu-buru karena tidak boleh terlambat rapat. Jam menunjukan pukul 05.45 dan sambil berusaha tidur di bus, aku berharap tempat duduk sebelahku tetap kosong. “Jangan sampai ada yang duduk di sebelahku,” ujarku dalam hati. Aku ingin tidur nyenyak. Lagi pula ukuran badanku yang cukup besar membuat duduk bersebelahan menjadi tidak nyaman.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dan-ia-menepuk-pundakku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Rancangan Tuhan Sempurna 2019-07-08T16:49:56+07:00 2019-07-08T16:49:56+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/rancangan-tuhan-sempurna Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708RancanganTuhanSempurna.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie.</p> <p>&nbsp;</p> <p><i>Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55:8-9).</i></p> <p>Dalam menjalani proses hidup ini, sebagai manusia, kita<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>mempunyai begitu banyak rancangan. Tapi rancangan kita kadang ada yang gagal, tidak terlaksana atau tidak tercapai seperti<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>yang kita inginkan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Seringkali tanpa disadari kita tidak melibatkan Tuhan dalam merencanakan sesuatu. Kita selalu ingin jalan sendiri, bahkan<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>terkadang ingin mengatur Tuhan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/rancangan-tuhan-sempurna" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708RancanganTuhanSempurna.jpg" alt=""></p><p>&nbsp;</p> <p>Penulis: Arum. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie.</p> <p>&nbsp;</p> <p><i>Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55:8-9).</i></p> <p>Dalam menjalani proses hidup ini, sebagai manusia, kita<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>mempunyai begitu banyak rancangan. Tapi rancangan kita kadang ada yang gagal, tidak terlaksana atau tidak tercapai seperti<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>yang kita inginkan.<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>Seringkali tanpa disadari kita tidak melibatkan Tuhan dalam merencanakan sesuatu. Kita selalu ingin jalan sendiri, bahkan<span class="Apple-converted-space">&nbsp; </span>terkadang ingin mengatur Tuhan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/rancangan-tuhan-sempurna" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Senja 2016-03-01T13:07:09+07:00 2016-03-01T13:07:09+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/senja Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160301Senja.jpg" alt="Senja"></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160301Senja.jpg" alt="Senja"></p> Beras Merah yang Putih 2019-06-12T15:01:28+07:00 2019-06-12T15:01:28+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/beras-merah-yang-putih Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190612BerasMerah.jpg" alt="Penulis: Tjhia Yen Nie.  Editor: David Tobing.  Foto: Unsplash"></p><p>Beras merah belakangan ini seringkali dijumpai di toko-toko beras. Lebih sehat, katanya. Konon dibanding beras putih yang biasa kita konsumsi, beras merah lebih sedikit indeks glikemiknya, dan tentunya hal ini bisa mencegah kadar gula berlebihan.Kadar seratnya juga lebih tinggi, karena dalam prosesnya hanya kulit luar yang dipisahkan, tidak seperti beras putih. Dan harganya, tentu saja lebih mahal dibanding beras putih.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/beras-merah-yang-putih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190612BerasMerah.jpg" alt="Penulis: Tjhia Yen Nie.  Editor: David Tobing.  Foto: Unsplash"></p><p>Beras merah belakangan ini seringkali dijumpai di toko-toko beras. Lebih sehat, katanya. Konon dibanding beras putih yang biasa kita konsumsi, beras merah lebih sedikit indeks glikemiknya, dan tentunya hal ini bisa mencegah kadar gula berlebihan.Kadar seratnya juga lebih tinggi, karena dalam prosesnya hanya kulit luar yang dipisahkan, tidak seperti beras putih. Dan harganya, tentu saja lebih mahal dibanding beras putih.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/beras-merah-yang-putih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KasihNya Nyata 2015-12-29T08:15:08+07:00 2015-12-29T08:15:08+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kasihnya-nyata Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20151229KasihNyaNyata.jpg" alt="20151229KasihNyaNyata" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Toni namanya, usianya menginjak 35 tahun, lulusan perguruan tinggi negeri terkenal. Hari itu dia berbicara pada seorang teman tentang pentingnya mempunyai saham. Namun pada kesempatan yang lain, teman ini mulai merasakan keanehannya ketika dia berdebat bahwa bumi itu kotak. Beragam teori diungkapkannya untuk menyatakan bahwa bumi ini tidak bulat, tapi kotak. Toni adalah penderita schizophrenia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kasihnya-nyata" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20151229KasihNyaNyata.jpg" alt="20151229KasihNyaNyata" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Toni namanya, usianya menginjak 35 tahun, lulusan perguruan tinggi negeri terkenal. Hari itu dia berbicara pada seorang teman tentang pentingnya mempunyai saham. Namun pada kesempatan yang lain, teman ini mulai merasakan keanehannya ketika dia berdebat bahwa bumi itu kotak. Beragam teori diungkapkannya untuk menyatakan bahwa bumi ini tidak bulat, tapi kotak. Toni adalah penderita schizophrenia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kasihnya-nyata" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Dancing in the Rain 2016-03-14T21:19:29+07:00 2016-03-14T21:19:29+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dancing-in-the-rain Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160314Rain.jpg" alt="20160314Rain" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Tjhia Yen Nie. Editor: David Tobing ]</p> <p>Mengapa di dunia ini ada orang-orang yang sepertinya memiliki berbagai hal yang diidamkan orang lain, tetapi hidupnya berakhir dengan tragis? Sebut saja misalnya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, atau Michael Jackson, penyanyi tenar dari Amerika. Kehidupan mereka layaknya bintang yang gemerlapan, dikenal karena ketenaran dan kekayaannya, namun ketragisan akhir hidup mereka tidak menyatakan demikian. Kekayaan, kecantikan, ketenaran, kepandaian, ternyata bukanlah jaminan yang membuat seseorang merasa bahagia hidup di dunia ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dancing-in-the-rain" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160314Rain.jpg" alt="20160314Rain" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Tjhia Yen Nie. Editor: David Tobing ]</p> <p>Mengapa di dunia ini ada orang-orang yang sepertinya memiliki berbagai hal yang diidamkan orang lain, tetapi hidupnya berakhir dengan tragis? Sebut saja misalnya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, atau Michael Jackson, penyanyi tenar dari Amerika. Kehidupan mereka layaknya bintang yang gemerlapan, dikenal karena ketenaran dan kekayaannya, namun ketragisan akhir hidup mereka tidak menyatakan demikian. Kekayaan, kecantikan, ketenaran, kepandaian, ternyata bukanlah jaminan yang membuat seseorang merasa bahagia hidup di dunia ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/dancing-in-the-rain" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Where are You, Christmas? 2016-12-20T19:41:47+07:00 2016-12-20T19:41:47+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/where-are-you-christmas Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Oh Yen Nie. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie ]</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161220WhereChristmas.jpg" alt="20161220WhereChristmas" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Cindy Lou Who bertanya ke mana Natal di dalam film How the Grinch Stole Christmas, sebuah film yang diangkat dari buku karangan Dr. Seuss, penulis cerita anak-anak yang terkenal. Cindy bersedih karena Natal di desa Whoville diinterupsi oleh Grinch. Grinch membenci Natal sehingga ia mencuri semua hadiah Natal. Namun ternyata Natal tetap dirayakan oleh penduduk Whoville walau tanpa hadiah. Sebuah cerita yang menarik untuk ditonton dengan keluarga yang kabarnya akan dibuat lagi filmnya di tahun 2017 nanti.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/where-are-you-christmas" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Oh Yen Nie. &nbsp;Editor: Tjhia Yen Nie ]</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161220WhereChristmas.jpg" alt="20161220WhereChristmas" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Cindy Lou Who bertanya ke mana Natal di dalam film How the Grinch Stole Christmas, sebuah film yang diangkat dari buku karangan Dr. Seuss, penulis cerita anak-anak yang terkenal. Cindy bersedih karena Natal di desa Whoville diinterupsi oleh Grinch. Grinch membenci Natal sehingga ia mencuri semua hadiah Natal. Namun ternyata Natal tetap dirayakan oleh penduduk Whoville walau tanpa hadiah. Sebuah cerita yang menarik untuk ditonton dengan keluarga yang kabarnya akan dibuat lagi filmnya di tahun 2017 nanti.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/where-are-you-christmas" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Gosip 2016-11-23T07:51:02+07:00 2016-11-23T07:51:02+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/gosip Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Easter Patricia. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161117Gosip.jpg" alt="20161117Gosip" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://pixabay.com/en/gossip-girls-group-portrait-school-532012/">Pixabay</a></p> <p><strong>1 Tim 5:13</strong><br /><strong>Lagi pula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malasan dan bukan hanya bermalas-malasan saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal tidak pantas.</strong></p> <p>“Eh…. Hati-hati loh dengan Angel, anaknya itu di sekolah sering cari muka sama guru. Pasti tuh nurun dari mamanya….Gayanya suka pelayanan di gereja, kegiatan sana sini, kelakuan melenceng jauh dari sikap orang Kristen!” atau “Eh denger-denger si Sari itu kalau ngomong tukang bohong loh, hati-hati jangan terlalu dekat!” Teman-teman pasti pernah mendengar kutipan-kutipan pembicaraan di atas atau masih banyak seribu satu macam lagi perkataan-perkataan yang bukan hanya tidak membawa berkat tetapi juga mematikan karakter orang yang digunjingkan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/gosip" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Easter Patricia. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161117Gosip.jpg" alt="20161117Gosip" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://pixabay.com/en/gossip-girls-group-portrait-school-532012/">Pixabay</a></p> <p><strong>1 Tim 5:13</strong><br /><strong>Lagi pula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malasan dan bukan hanya bermalas-malasan saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal tidak pantas.</strong></p> <p>“Eh…. Hati-hati loh dengan Angel, anaknya itu di sekolah sering cari muka sama guru. Pasti tuh nurun dari mamanya….Gayanya suka pelayanan di gereja, kegiatan sana sini, kelakuan melenceng jauh dari sikap orang Kristen!” atau “Eh denger-denger si Sari itu kalau ngomong tukang bohong loh, hati-hati jangan terlalu dekat!” Teman-teman pasti pernah mendengar kutipan-kutipan pembicaraan di atas atau masih banyak seribu satu macam lagi perkataan-perkataan yang bukan hanya tidak membawa berkat tetapi juga mematikan karakter orang yang digunjingkan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/gosip" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Meraih Surga 2016-11-16T17:37:21+07:00 2016-11-16T17:37:21+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/meraih-surga Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161116MeraihSurga.jpg" alt="20161116MeraihSurga" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />foto: <a href="https://unsplash.com/photos/oLdm7mnhDic">unsplash</a></p> <p>Dalam sekejap kita semua mengutuk perbuatan teroris yang membom gereja dan mengorbankan bocah kecil yang sedang bermain di halamannya. Duka dan amarah membuat kita semua mengecam perbuatan yang mengatasnamakan agama. Bukankah agama bertujuan mempererat hubungan kita dengan Sang Khalik? Mengapa ini mengorbankan anak yang tak berdosa? Dimanakah hati nurani?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/meraih-surga" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20161116MeraihSurga.jpg" alt="20161116MeraihSurga" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />foto: <a href="https://unsplash.com/photos/oLdm7mnhDic">unsplash</a></p> <p>Dalam sekejap kita semua mengutuk perbuatan teroris yang membom gereja dan mengorbankan bocah kecil yang sedang bermain di halamannya. Duka dan amarah membuat kita semua mengecam perbuatan yang mengatasnamakan agama. Bukankah agama bertujuan mempererat hubungan kita dengan Sang Khalik? Mengapa ini mengorbankan anak yang tak berdosa? Dimanakah hati nurani?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/meraih-surga" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Nasib Buruk 2016-09-15T10:34:34+07:00 2016-09-15T10:34:34+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/nasib-buruk Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing. <span style="text-align: center;">Foto:&nbsp;</span><a href="https://pixabay.com/en/sunset-couple-holding-hands-walking-801933/" style="text-align: center;">pixabay</a>&nbsp;]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160915NasibBuruk.jpg" alt="20160915NasibBuruk" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Karena kecelakaan, seorang lelaki paruh baya alami koma. Istrinya setia menemani di rumah sakit. Setelah beberapa waktu, lelaki itu sadar. Istrinya pun bergembira. Sambil tersenyum, sang istri menggenggam tangan sang suami. Kepada istrinya, sang suami berbisik lemah, “Ma…, engkau selalu ada di sisiku, saat aku bekerja dan di-PHK, engkau selalu ada di sisiku. Saat aku berbisnis dan tertipu rekanan bisnis, engkau ada di sisiku. Saat aku kehilangan rumah dan harus menjualnya, engkau ada di sisiku. Sekarang, saat aku kecelakaan, hampir mati, dan terkapar lemah, engkau juga ada di sisiku.” Mendengar hal itu, sang istri terharu dan menggangguk-anggukan kepala seraya mempererat genggaman. Kemudian, sang suami itu menatap mata istrinya, berbisik, “Engkau memang nasib burukku!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/nasib-buruk" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing. <span style="text-align: center;">Foto:&nbsp;</span><a href="https://pixabay.com/en/sunset-couple-holding-hands-walking-801933/" style="text-align: center;">pixabay</a>&nbsp;]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160915NasibBuruk.jpg" alt="20160915NasibBuruk" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>Karena kecelakaan, seorang lelaki paruh baya alami koma. Istrinya setia menemani di rumah sakit. Setelah beberapa waktu, lelaki itu sadar. Istrinya pun bergembira. Sambil tersenyum, sang istri menggenggam tangan sang suami. Kepada istrinya, sang suami berbisik lemah, “Ma…, engkau selalu ada di sisiku, saat aku bekerja dan di-PHK, engkau selalu ada di sisiku. Saat aku berbisnis dan tertipu rekanan bisnis, engkau ada di sisiku. Saat aku kehilangan rumah dan harus menjualnya, engkau ada di sisiku. Sekarang, saat aku kecelakaan, hampir mati, dan terkapar lemah, engkau juga ada di sisiku.” Mendengar hal itu, sang istri terharu dan menggangguk-anggukan kepala seraya mempererat genggaman. Kemudian, sang suami itu menatap mata istrinya, berbisik, “Engkau memang nasib burukku!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/nasib-buruk" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Tidak ada yang Tidak Perlu Perjuangan 2016-08-15T19:27:44+07:00 2016-08-15T19:27:44+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-tidak-perlu-perjuangan Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: Carlo Santoso. &nbsp;Foto: imagoDeus ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160815Perjuangan1.jpg" alt="20160815Perjuangan1" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />&nbsp;</p> <p>“Bagaimana kesan Bapak mengikuti acara ini?” tanya saya pada Pdt. Andreas dalam perjalanan pulang dari hunting foto imagoDeus di Sekar Gemati, Sukabumi.</p> <p>“Berkesan, untuk memotret satu obyek saja diperlukan waktu yang lama,” jawabnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-tidak-perlu-perjuangan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: Carlo Santoso. &nbsp;Foto: imagoDeus ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160815Perjuangan1.jpg" alt="20160815Perjuangan1" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />&nbsp;</p> <p>“Bagaimana kesan Bapak mengikuti acara ini?” tanya saya pada Pdt. Andreas dalam perjalanan pulang dari hunting foto imagoDeus di Sekar Gemati, Sukabumi.</p> <p>“Berkesan, untuk memotret satu obyek saja diperlukan waktu yang lama,” jawabnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-tidak-perlu-perjuangan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Si Kecil Yang Berkuasa 2016-08-10T08:08:25+07:00 2016-08-10T08:08:25+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/si-kecil-yang-berkuasa Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis:&nbsp;Leonita Easter Patricia. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160810SiKecil.jpg" alt="20160810SiKecil" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://unsplash.com/photos/YLMs82LF6FY">unsplash</a></p> <p>Seorang Ibu kenalan saya pernah bercerita kepada saya bahwa pada suatu ketika anaknya mengabarkan bahwa sekolahnya mengadakan lomba computer Tux Math, Ibu itu berpikir bahwa saingan di lomba itu pasti sangat berat namun untuk mendorong anaknya agar mau ikut berkompetisi, wanita itu berkata, “Dio, kamu pasti bisa. ”Perkataan itu terus di ucapkan sampai akhirnya anaknya bersedia ikut lomba dengan penuh percaya diri dan memenangkan kompetisi sebagai pemenang ke 3.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/si-kecil-yang-berkuasa" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis:&nbsp;Leonita Easter Patricia. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160810SiKecil.jpg" alt="20160810SiKecil" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://unsplash.com/photos/YLMs82LF6FY">unsplash</a></p> <p>Seorang Ibu kenalan saya pernah bercerita kepada saya bahwa pada suatu ketika anaknya mengabarkan bahwa sekolahnya mengadakan lomba computer Tux Math, Ibu itu berpikir bahwa saingan di lomba itu pasti sangat berat namun untuk mendorong anaknya agar mau ikut berkompetisi, wanita itu berkata, “Dio, kamu pasti bisa. ”Perkataan itu terus di ucapkan sampai akhirnya anaknya bersedia ikut lomba dengan penuh percaya diri dan memenangkan kompetisi sebagai pemenang ke 3.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/si-kecil-yang-berkuasa" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Panjang Umur dan Pendek Umur 2016-08-10T08:12:31+07:00 2016-08-10T08:12:31+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/panjang-umur-dan-pendek-umur Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;">[ Penulis: Indra Putra. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160810Umur.jpg" alt="20160810Umur" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://unsplash.com/search/birthday?photo=nTqbkNSxICw">unsplash</a></p> <p>Liburan kemarin mengunjungi beberapa orang tua yang sudah memasuki usia lanjut. Salah satu yang kami kunjungi adalah dua orang nenek kakak-beradik yang tinggal di dalam satu rumah. Sang kakak berusia 82 tahun dan sang adik berusia 79 tahun. Keduanya sudah sakit-sakitan. Dibandingkan dengan sang kakak, sang adik masih lebih sehat. Sang kakak sudah hampir seutuhnya pikun, dan jika diajak bicara sudah ngelantur kesana kemari.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/panjang-umur-dan-pendek-umur" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;">[ Penulis: Indra Putra. &nbsp;Editor: Carlo Santoso ]</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160810Umur.jpg" alt="20160810Umur" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://unsplash.com/search/birthday?photo=nTqbkNSxICw">unsplash</a></p> <p>Liburan kemarin mengunjungi beberapa orang tua yang sudah memasuki usia lanjut. Salah satu yang kami kunjungi adalah dua orang nenek kakak-beradik yang tinggal di dalam satu rumah. Sang kakak berusia 82 tahun dan sang adik berusia 79 tahun. Keduanya sudah sakit-sakitan. Dibandingkan dengan sang kakak, sang adik masih lebih sehat. Sang kakak sudah hampir seutuhnya pikun, dan jika diajak bicara sudah ngelantur kesana kemari.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/panjang-umur-dan-pendek-umur" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Hikmat Menggunakan Uang 2016-07-25T14:08:36+07:00 2016-07-25T14:08:36+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hikmat-menggunakan-uang Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="font-size: 14px; text-align: center;">Penulis: Easter Patricia<br />Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160725HikmatMenggunakanUang.jpg" alt="20160725HikmatMenggunakanUang" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://stocksnap.io/photo/JONMP7TPGK">stocksnap</a></p> <p>&nbsp;<em>Filipi 4:11-13 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hikmat-menggunakan-uang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="font-size: 14px; text-align: center;">Penulis: Easter Patricia<br />Editor: Tjhia Yen Nie</p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160725HikmatMenggunakanUang.jpg" alt="20160725HikmatMenggunakanUang" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />Foto: <a href="https://stocksnap.io/photo/JONMP7TPGK">stocksnap</a></p> <p>&nbsp;<em>Filipi 4:11-13 “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/hikmat-menggunakan-uang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pelangi di Hati 2016-05-18T10:05:50+07:00 2016-05-18T10:05:50+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelangi-di-hati Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160518Pelangi.jpg" alt="20160518Pelangi" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing ]</p> <p>&nbsp;</p> <p>Jika kita melihat pelangi biasanya berbentuk busur dengan warna-warninya, namun ternyata tidak selalu seperti itu. Demikianlah hasil foto yang diambil saat kami berada di area perkebunan. &nbsp;Pelangi yang muncul di pagi itu, membiaskan spektrum matahari &nbsp;di tengah embun dan selimut kabut, menghasilkan aneka warna cahaya yang terentang di depan pegunungan. Momen sekejap itu membius kami semua dalam keheningan sejenak memandangnya. &nbsp;Beberapa orang yang membawa kamera mengabadikan pelangi yang kemudian mengabur bersama terangnya matahari.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelangi-di-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160518Pelangi.jpg" alt="20160518Pelangi" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Tjhia Yen Nie. &nbsp;Editor: David Tobing ]</p> <p>&nbsp;</p> <p>Jika kita melihat pelangi biasanya berbentuk busur dengan warna-warninya, namun ternyata tidak selalu seperti itu. Demikianlah hasil foto yang diambil saat kami berada di area perkebunan. &nbsp;Pelangi yang muncul di pagi itu, membiaskan spektrum matahari &nbsp;di tengah embun dan selimut kabut, menghasilkan aneka warna cahaya yang terentang di depan pegunungan. Momen sekejap itu membius kami semua dalam keheningan sejenak memandangnya. &nbsp;Beberapa orang yang membawa kamera mengabadikan pelangi yang kemudian mengabur bersama terangnya matahari.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/pelangi-di-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Tidak Ada Yang Sia-Sia 2016-03-24T07:41:03+07:00 2016-03-24T07:41:03+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-sia-sia Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160324SiaSia.jpg" alt="20160324SiaSia" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Eko Sulistiono. Editor: Carlo Santoso. Foto: <a href="https://pixabay.com/en/autumn-forest-trees-parent-1204603/">reneeveldman</a>&nbsp;]</p> <p>&nbsp;</p> <p>Setiap sabtu pagi, di saat banyak pria dan suami beristirahat dari rutinitas kerja, saya sudah bersiap untuk mengantarkan kaka, anak sulung perempuan kami yang baru saja berumur enam tahun untuk berlatih balet di kelas pemula. Sudah sekitar 1.5 tahun rutinitas ini saya jalani. Kebosanan yang saya alami saat menunggu enam puluh menit yang terasa lebih lama dari biasanya, menumpuk setiap Sabtu datang. Berbagai aktifitas saya lakukan untuk mengusir kejenuhan dari membaca majalah yang disediakan di ruang tunggu, bermain candy crush dari tipe saga sampai tipe soda, dan berbicara dengan karyawan dari tempat les tersebut. Terlepas dari semua aktifitas itu, saya selalu memiliki prinsip bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti tidak sia-sia. Pasti ada satu atau lebih hal yang dapat dipelajari, asal saya mau melihatnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-sia-sia" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: center;"><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160324SiaSia.jpg" alt="20160324SiaSia" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" />[ Penulis: Eko Sulistiono. Editor: Carlo Santoso. Foto: <a href="https://pixabay.com/en/autumn-forest-trees-parent-1204603/">reneeveldman</a>&nbsp;]</p> <p>&nbsp;</p> <p>Setiap sabtu pagi, di saat banyak pria dan suami beristirahat dari rutinitas kerja, saya sudah bersiap untuk mengantarkan kaka, anak sulung perempuan kami yang baru saja berumur enam tahun untuk berlatih balet di kelas pemula. Sudah sekitar 1.5 tahun rutinitas ini saya jalani. Kebosanan yang saya alami saat menunggu enam puluh menit yang terasa lebih lama dari biasanya, menumpuk setiap Sabtu datang. Berbagai aktifitas saya lakukan untuk mengusir kejenuhan dari membaca majalah yang disediakan di ruang tunggu, bermain candy crush dari tipe saga sampai tipe soda, dan berbicara dengan karyawan dari tempat les tersebut. Terlepas dari semua aktifitas itu, saya selalu memiliki prinsip bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti tidak sia-sia. Pasti ada satu atau lebih hal yang dapat dipelajari, asal saya mau melihatnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/tidak-ada-yang-sia-sia" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> AKU 2016-02-01T09:03:55+07:00 2016-02-01T09:03:55+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p style="text-align: justify;">[Ditulis oleh: Tjhia Yen Nie. Editor: Carlo Santoso. Illustrasi: Dita]</p> <p>Dalam sebuah sesi seminar tentang kepemimpinan, penulis pernah mendapatkan penjelasan tentang siapakah AKU? Saat itu peserta diberi kesempatan untuk menggambar orang dalam sebuah kertas kosong selama 10 menit, kemudian saling tukar dengan teman yang lain, dan melihat bahwa gambar yang digambar tiap orang berbeda. Itulah AKU.</p> <p>AKU terdiri dari Ambisi, Kemampuan, dan Usaha; menyebabkan perbedaan dari setiap langkah atau goresan yang dibuat. Demikian juga dengan kehidupan ini. Seseorang yang memiliki ambisi besar untuk sukses, tanpa didukung dengan kemampuan dan usaha, adalah sia-sia, demikian juga sebaliknya. Asimilasi dari ketiga unsur tersebut; ambisi, kemampuan dan usaha itulah yang menjadikan hasil AKU yang didapat.</p> <p>&nbsp;</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160201Aku.jpg" alt="20160201Aku" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p style="text-align: justify;">[Ditulis oleh: Tjhia Yen Nie. Editor: Carlo Santoso. Illustrasi: Dita]</p> <p>Dalam sebuah sesi seminar tentang kepemimpinan, penulis pernah mendapatkan penjelasan tentang siapakah AKU? Saat itu peserta diberi kesempatan untuk menggambar orang dalam sebuah kertas kosong selama 10 menit, kemudian saling tukar dengan teman yang lain, dan melihat bahwa gambar yang digambar tiap orang berbeda. Itulah AKU.</p> <p>AKU terdiri dari Ambisi, Kemampuan, dan Usaha; menyebabkan perbedaan dari setiap langkah atau goresan yang dibuat. Demikian juga dengan kehidupan ini. Seseorang yang memiliki ambisi besar untuk sukses, tanpa didukung dengan kemampuan dan usaha, adalah sia-sia, demikian juga sebaliknya. Asimilasi dari ketiga unsur tersebut; ambisi, kemampuan dan usaha itulah yang menjadikan hasil AKU yang didapat.</p> <p>&nbsp;</p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160201Aku.jpg" alt="20160201Aku" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/aku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kepercayaan: Penghargaan yang Diuji Waktu 2016-01-03T21:34:54+07:00 2016-01-03T21:34:54+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kepercayaan-penghargaan-yang-diuji-waktu Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160103Kepercayaan.jpg" alt="20160103Kepercayaan" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>&nbsp;</p> <p>Dalam 1 Samuel 20, kita menemukan kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan. &nbsp;Mereka &nbsp;menyadari rencana Saul untuk membunuh Daud, dan saling mengikat janji. “Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kasih setia Tuhan? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya…” (1 Samuel 20:14-15a). &nbsp;Yonatan pun merencanakan strategi pelarian diri Daud seperti tertera pada 1 Samuel 20:21-22, “Dan ketahuilah, aku akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari, ambillah! – maka datanglah, sebab, demi Tuhan yang hidup, engkau selamat dan tidak ada bahaya apa-apa. &nbsp;Tetapi jika begini kukatakan kepada orang muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! – maka pergilah, sebab Tuhan menyuruh engkau pergi.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kepercayaan-penghargaan-yang-diuji-waktu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://gkigadingserpong.org/images/bidang/berita/20160103Kepercayaan.jpg" alt="20160103Kepercayaan" width="600" height="400" style="margin: 0px auto 10px; display: block;" /></p> <p>&nbsp;</p> <p>Dalam 1 Samuel 20, kita menemukan kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan. &nbsp;Mereka &nbsp;menyadari rencana Saul untuk membunuh Daud, dan saling mengikat janji. “Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kasih setia Tuhan? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya…” (1 Samuel 20:14-15a). &nbsp;Yonatan pun merencanakan strategi pelarian diri Daud seperti tertera pada 1 Samuel 20:21-22, “Dan ketahuilah, aku akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari, ambillah! – maka datanglah, sebab, demi Tuhan yang hidup, engkau selamat dan tidak ada bahaya apa-apa. &nbsp;Tetapi jika begini kukatakan kepada orang muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! – maka pergilah, sebab Tuhan menyuruh engkau pergi.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/kepercayaan-penghargaan-yang-diuji-waktu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Jejak Hidup 2015-12-07T13:17:26+07:00 2015-12-07T13:17:26+07:00 https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jejak-hidup Lydia Kurniawati lydia.kurniawati@gmail.com <p>“Gambarkan sebuah nisan…bayangkan dirimulah yang ada di balik nisan tersebut,” demikian yang dikatakan seorang mentor dalam sebuah pelatihan kepemimpinan kepada para pesertanya. <br /><br />“Bayangkan siapa saja yang hadir saat itu, keluarga, orangtua, teman-teman….apakah yang akan mereka katakan tentang dirimu…apakah mereka bersedih karena telah kehilangan keluarga dan teman yang mereka kasihi, atau mereka menghela nafas lega atas kepulanganmu?”<br /><br /> “Aku kehilangan sahabat yang selalu ada saat aku ditimpa kesusahan…”<br /> “Kehadiranmu, walaupun singkat….. telah memberikan sukacita pada diriku…”<br />“Aku bersyukur terlepas dari kesulitan yang selalu engkau lakukan…” <br />“Akhirnya, aku bisa hidup dengan bebas tanpa beban…”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jejak-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p>“Gambarkan sebuah nisan…bayangkan dirimulah yang ada di balik nisan tersebut,” demikian yang dikatakan seorang mentor dalam sebuah pelatihan kepemimpinan kepada para pesertanya. <br /><br />“Bayangkan siapa saja yang hadir saat itu, keluarga, orangtua, teman-teman….apakah yang akan mereka katakan tentang dirimu…apakah mereka bersedih karena telah kehilangan keluarga dan teman yang mereka kasihi, atau mereka menghela nafas lega atas kepulanganmu?”<br /><br /> “Aku kehilangan sahabat yang selalu ada saat aku ditimpa kesusahan…”<br /> “Kehadiranmu, walaupun singkat….. telah memberikan sukacita pada diriku…”<br />“Aku bersyukur terlepas dari kesulitan yang selalu engkau lakukan…” <br />“Akhirnya, aku bisa hidup dengan bebas tanpa beban…”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://gkigadingserpong.org/artikel/kolom/jejak-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>