Adalah sebuah lagu yang merupakan ekspresi keyakinan iman dari komponisnya, ketika kota kecil tempat ia tinggal dilanda badai dan hancur:

Day by day, and with each passing moment,

Strength I find, to meet my trials here;

Trusting in my Father’s wise bestowment,

I’ve no cause for worry or for fear.

He Whose heart is kind beyond all measure.

Gives unto each day what He deems best.

Lovingly, its part of pain and pleasure,

Mingling toil with peace and rest.

Every day, the Lord Himself is near me,

With a special mercy for each hour;

All my cares He fain would bear, and cheer me,

He Whose Name is Counselor and Power;

The protection of His child and treasure

Is a charge that on Himself He laid;

"As thy days, thy strength shall be in measure,”

This the pledge to me He made.

Help me then in every tribulation,

So to trust Thy promises, O Lord,

That I lose not faith’s sweet consolation,

Offered me within Thy holy Word.

Help me, Lord, when toil and trouble meeting,

Ever to take, as from a father’s hand,

One by one, the days, the moments fleeting,

Till I reach the promised land.

(Day by Day, Bahasa Indonesia: Kekuatan Serta Penghiburan, KJ 332, Carolina Wilhelmina Sandell-Berg, 1832-1903)

Jam demi jam, hari demi hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, hidup manusia akan berganti-ganti suasana dan kondisi. Ada pergumulan menghadapi masalah, kesulitan, kesusahan. Ada pula masa nyaman, aman, dan senang. Mari kita belajar dari Daud, yang menjalani jam-jam kehidupan yang sarat dengan pergumulan. Daud mulai diperkenalkan oleh penulis kitab 1 Samuel, ketika TUHAN mengutus nabi Samuel untuk mengurapi: “Seorang yang berkenan di hati-Nya, dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya…” (1 Sam 13:14, 16:1- 13, Inggris: “a man after His own heart”). Daud adalah anak bungsu, penggembala kambing domba dari delapan bersaudara, mulai melangkah ke istana raja Saul (Penulis tidak menjelaskan rentang waktunya). Ia menjadi penghibur raja Saul, ketika roh jahat menguasai dirinya. Daud memainkan kecapi, menjadi pelayan Saul dan pembawa senjatanya. Setiap kali Daud memainkan kecapi, Saul merasa lega dan nyaman, dan roh jahat undur (tidak mencekam dia).

Saul sangat mengasihi Daud (1 Sam 16:21-23). Tidak diketahui dengan jelas, sampai berapa lama Daud nyaman dan aman di istana, sampai pada suatu hari, ia diutus oleh ayahnya untuk pergi ke medan peperangan antara orang Israel dengan Filistin. Kepergian Daud sebagai pembawa makanan, berlanjut menjadi pahlawan, berjasa besar bagi kemenangan Israel atas Filistin, karena Daud berhasil membawa kepala Goliat ke Yerusalem (1 Sam 17:50-54). Orang Israel menyambut Daud dengan mengatakan: “Saul mengalahkan beriburibu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa” (1 Sam. 18:7).

Puji-pujian ini menjadi benih kedengkian Saul kepada Daud, yang akan terus tumbuh membesar sepanjang hidup Saul. Pula menjadi titik balik hidup Daud, yang semula nyaman, aman di istana, menjadi pelarian, menjadi buronan Saul. Penulis tidak menuliskan rentang waktunya, namun ada perkiraan: 10 tahun, 13 tahun, atau 15 tahun (tidak ada yang pasti). Hanya diperkirakan dari waktu Daud diurapi, wajahnya kemerahmerahan (1 Sam 16:12), dan Goliat menghinanya sebab ia masih muda, dan wajahnya kemerah-merahan (1 Sam 17:42). Waktu Daud membawa kepala Goliat kepada Saul, ia bertanya: “Anak siapakah orang muda itu?” (1 Sam 17:55- 56). Dan waktu Daud menjadi raja, ia berusia 30 tahun (2 Sam 5:4).

Daud terancam di istana raja Saul, mertuanya. Saul menyerang berulang kali dengan tombaknya, dan merencanakan pembunuhan di rumah Daud. Mulailah Daud melarikan diri dari satu tempat ke tempat lain, dari satu persembunyian ke persembunyian berikutnya. Tiada lagi tempat nyaman dan aman sepanjang sekian tahun. Mari kita mencermati perjalanan Daud yang diikuti oleh 400 orang yang bermasalah (1 Sam. 22: 2). Jam-jam perjalanan yang tidak mudah, bahkan sangat melelahkan, baik secara fisik maupun batin. Daud diperlakukan sebagai musuh yang harus dimusnahkan. Ironisnya, Saul diberi TUHAN masa pemerintahan selama 40 tahun. Setengah dari waktu tersebut dipakainya untuk mengejar-ngejar satu orang musuh besar yang harus ia matikan. Jam-jam yang begitu menegangkan dijalani Daud dengan hati yang takut sekaligus tunduk pada kedaulatan TUHAN, dan dengan iman yang teguh. Mengikuti jam-jam perjalanan ini, sekalipun tidak sama kondisinya, umat TUHAN sepanjang masa juga akan mendapatkan pengajaran, penguatan, penghiburan, dan peringatan. 

Upaya Saul menancapkan Daud di dinding dengan tombaknya gagal sampai dua kali (1 Sam 18:10-11), dan Saul mengulangi lagi (1 Sam 19:10), tetap Daud selamat. Saul tidak berhenti, ia menyuruh orang-orang mengepung rumah Daud pada malam hari untuk membunuh Daud esok harinya. Mikhal, isteri Daud, putri Saul, menurunkan Daud dari jendela, supaya Daud dapat melarikan diri (1 Sam 19:11-13). Di pagi hari, ketika orang suruhan sedang berupaya membunuh Daud, Daud bermazmur (bacalah Mazmur 59 yang sangat menguatkan, perhatikan ayat 15 dan 17).

Daud lari ke Nob, mendapatkan makanan dari imam Ahimelekh dan pedang Goliat. Namun Doeg, orang Edom, memberitahukannya kepada Saul. Saul sangat marah, dan pada hari itu Doeg menjadi algojo bagi 85 orang imam. Tragis, seluruh penduduk Nob, kota imam, dibunuh (1 Sam 22:18-20). Mendengar hal ini, Daud melantunkan mazmur pengajaran (Mazmur 52). Lalu Daud berpikir untuk mencari suaka di Gat – kota orang Filistin, namun ia dikenali di sana, sehingga menjadi sangat takut, sampai ia pura-pura gila. Setelah terlepas, Daud menaikkan mazmur 34 dan 56. Lalu ia bersembunyi di gua Adulam. Di sana ia menuliskan mazmur 57 dan 142. Persembunyian Daud diberitahukan oleh orang Zif, dan Saul mengejar. Daud sudah sangat tersudut, tidak bisa melarikan diri.

Namun TUHAN menjadi Gunung Batu Keluputan bagi Daud (1 Sam 23:14-28), lalu Daud menyanyikan mazmur 54. Suatu hari, Daud tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi, ada kesempatan untuk membunuh Saul, namun Daud tidak melakukan. Sebab Daud tahu, bahwa pembalasan adalah hak TUHAN, dan juga Saul adalah orang yang diurapi TUHAN, maka Daud tidak memakai kesempatan itu untuk menumpas Saul. Pengembaraan Daud berakhir di Ziglag, suaka yang diberikan oleh Raja Akhis, orang Gat, Filistin. Daud tinggal di sana selama satu tahun empat bulan. Jam-jam kehidupan Daud, yang kadang seperti “telur di ujung tanduk,” namun ada Gunung Batu yang Teguh, Kota Benteng yang Kuat, Kubu Pertahanan yang Kokoh, dan kasih setia Allah yang tidak pernah absen. Perjalanan semacam ini juga adalah perjalanan orang benar sepanjang zaman. Banyak hal dalam dunia ini yang akan membuat perjalanan umat TUHAN tertekan, terhambat, tersandung. Namun pengalaman dan pengenalan akan TUHAN akan semakin dekat dan akrab. Mazmurmazmur berkumandang di jam-jam yang membahayakan, sekaligus menjadi jamjam membahagiakan (makarios = bahagia yang disebabkan hidup yang diperkenan Allah, bukan karena materi atau situasi).

Merenungkan Daud dalam menjalani jam-jam hidupnya yang begitu lemah (dalam pandangan Saul), namun ia hidup dalam anugerah demi anugerah, karena Daud tahu dengan pasti, bahwa TUHAN, Allah yang ia percayai, adalah TUHAN yang memegang perjanjianNya, dan kasih setia TUHAN yang akan menyelesaikannya. Waktu Daud takut, ia percaya kepada TUHAN dan firman-Nya yang terpuji. Kepada Allah, Daud percaya, dan ia tahu, manusia tidak dapat berbuat apapun terhadap Dia (Maz 56:4-5). Daud menghadapi setiap kemelut, memang dengan takut, tetapi ia terus bertelut dan memuji-muji TUHAN di tempat yang tinggi. Kiranya di jam-jam kehidupan kita, kita pun terus memuji-muji Allah, TUHAN, dan Firman-Nya, serta terus berjalan dalam cahaya kehidupan (Maz 56:11- 14). Selamat menjalani dan tetaplah bersemangat menghidupi jam-jam yang melemahkan dan melelahkan, dengan anugerah demi anugerah.