Dalam rangka menantikan hari Pentakosta 2019, selama 10 hari GKI Gading Serpong mengadakan acara Seri Bina Pra Pentakosta, untuk meneladani para rasul yang berkumpul, bersehati berdoa dan bertekun dalam pengajaran saat peristiwa menantikan turunnya Roh Kudus (Kis 1:12-14).

Rangkaian acara ini dimulai dengan ibadah pada Jumat, 31 Mei 2019 (19.30), yang dipimpin Pdt. Em. Samuel Santoso, M.Th, dengan tema “Menanti-nanti” (Kis 1:11-14) di aula Lt.6 SMAK Penabur GS. Dilanjutkan Pdt. Santoni, M.Th membawakan firman dari Mat 24:1-2, dengan tema “Tidak Mengerti” pada jam persekutuan doa Sabtu, 1 Juni 2019, pukul 06.00, di Aula Kana, Griya Kasih.

Rangkaian acara ini kemudian dilanjutkan dengan Persekutuan Doa di rumah masing-masing, dalam bentuk persekutuan keluarga (pega) dan pokok-pokok doanya. Tema pega yang diberikan kepada jemaat adalah, sbb:

Minggu, 2 Juni 2019 : Iman Kegenapan (Kis 1:15-17)
Senin, 3 Juni 2019 : Tinggal Sesaat ( Yoh 16:16-24)
Selasa, 4 Juni 2019 : Keraguan ( Luk 24:36-49, Yoh 20:22-23)
Rabu, 5 Juni 2019 : Roh Kudus adalah Allah ( Kis 5:1-11)
Kamis, 6 Juni 2019: Penghibur yang Dijanjikan (Yoh 14:15-31)
Jumat, 7 Juni 2019 : Pekerjaan Penghibur (Yoh 16:4b-15)

Sebagai penutup, Pdt. Andreas Loanka, D.Min, membawakan ibadah pada Sabtu, 8 Juni 2019 (19.30) di ruang meeting lt.2 SMAK Penabur GS dengan tema “Hidup oleh Roh” (Roma 8:1-3).

Dalam khotbahnya pada Jumat, 31 Mei 2019, Pdt. Em. Samuel Santoso mengatakan bahwa kita tidak berada pada posisi yang sama dengan para murid yang diceritakan saat itu (dalam Kis 1:12-14). Kita tidak menantikan Roh Kudus turun pada waktu dan jam tertentu karena kita yang mengakui Kristus adalah Tuhan secara eksistensial adalah karya Roh Kudus. Jadi Roh Kudus sebenarnya sudah ada dalam diri kita sekarang. Namun masalahnya apakah kita secara aktif memperkenankan Roh Kudus bekerja dalam hidup kita.

Doa selama 10 hari dalam masa Pra Pentakosta janganlah dijadikan sebagai acara saja, karena pada dasarnya doa merupakan komunikasi yang intens dan dinamis dalam ketaatan. Dicontohkan bagaimana Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, doa yang dipanjatkan merupakan upaya mencari kehendak Bapa, yang utama adalah relasi-Nya dengan Sang Bapa. Demikian juga yang dikatakan Calvin, bahwa doa ada relasi dan komunikasi hidup yang terus menerus antara manusia dan Khaliknya. Doa merupakan kebergantungan manusia kepada Tuhan, sehingga disebutkan bahwa doa adalah nafas orang beriman.

Dalam doa, seperti yang secara normatif dipolakan dalam Doa Bapa Kami, hendaknya kita mendahulukan kehendak Allah, baru memohonkan kehendak pribadi secukupnya. Doa dan Firman Tuhan memiliki hubungan yang saling timbal balik, jadi apa yang didoakan kiranya seturut dengan Firman Tuhan.

Sebagai imamat yang rajani, kita semua adalah para imam yang bertugas menjadi jembatan untuk orang lain berjumpa dengan Tuhan. Ada aksi dari dinamika doa yang seturut Firman Tuhan. Dan masalahnya bukanlah kapan Roh Kudus datang, tapi apakah kita membiarkan Roh Kudus yang ada dalam diri kita leluasa bekerja mengatur hidup kita sehingga ada keselarasan seperti segitiga sama sisi, dimana kita saling mengasihi terhadap diri kita sendiri, orang lain, dan Tuhan.

Selamat menantikan dengan aktif Roh Kudus yang ada dalam diri kita, dibiarkan bekerja sehingga menjadi seperti yang dikehendaki Tuhan. Amin.