Meneladani Kristus berarti mengadopsi cara hidup Kristus dalam pimpinan Roh Kudus.

Sebagai pengikut Kristus, tidaklah berlebihan jika kita meneladani Yesus sebagai panutan. Ini tentunya memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Sebagai pengikut, tentunya kita harus mengenal siapa Yesus, dan di mana kedudukan kita. Kita harus tahu, bahwa Yesus sangat mengenal kita, seperti tertulis pada Kitab Yohanes 10:27, “Domba-dombaKu mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku.”

Cara hidup Kristus merupakan teladan hidup para murid-Nya. Berjalan bersama-Nya adalah kunci keberhasilan hidup mereka. Cara hidup yang benar merupakan buah pembaharuan hati, sebab hati adalah pusat kehidupan. Ketika hati diubahkan oleh Roh, maka jalan hidup juga mengalami pembaharuan.

Sekarang, marilah kita menelaah Kitab Injil Yohanes, yaitu pasal 13, ayat 12-17. Manusia pada umumnya menempatkan diri sebagai tuan atas sesama, bukan hamba yang melayani demi kepentingan Kerajaan Allah. Jika kita menganggap diri sebagai tuan, maka kita merasa berkuasa atas orang lain, sehingga kita akan cenderung menuntut orang lain untuk bertindak sesuai kehendak kita, menghakimi menurut ukuran kita, dan mempekerjakannya semau kita.

Tuhan Yesus memberikan teladan hidup kepada para murid-Nya, supaya mereka hidup saling melayani, bukan menjadi tuan atas orang lain. Tujuan utama pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus kepada para murid bukanlah untuk diterapkan secara harafiah, melainkan merupakan perwujudan kerendahan hati dan penanggalan kesombongan diri dalam komunitas yang baru.

Pada ayat 12, jelas tertulis, bahwa Yesus ingin agar kita mengetahui apa yang diteladankan-Nya, dan Ia ingin agar kita saling membasuh (wajib saling melayani). Di ayat 13, jelas sekali bahwa Yesus menyatakan kedudukan-Nya dan kita semua, yaitu Dia adalah Guru dan Tuhan. Di ayat 15 dinyatakan, bahwa kita diminta juga berbuat sama seperti yang telah Dia perbuat kepada para murid-Nya. Dan terakhir di ayat 17, kita tahu kedudukan kita sebagai hamba, mengerjakan apa yang Dia kerjakan (saling melayani), dan bahwa kita seharusnya berbahagia melakukannya. Mati bagi Kristus adalah hal yang mudah, tetapi hidup meneladani Kristus adalah hal yang sulit.

Mati bagi Kristus hanya menyerahkan nyawa demi Injil. Tetapi hidup meneladani Kristus adalah proses pertumbuhan rohani yang memerlukan kerelaan untuk menanggalkan diri sendiri dan mengenakan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

Hidup meneladani Kristus adalah tanda kasih yang sejati kepada Kristus. Hal ini dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus (1 Kor. 13:3). Meneladani Kristus berarti mengadopsi cara hidup Kristus dalam pimpinan Roh Kudus. Ini juga merupakan ciri khas manusia yang baru, melepaskan egoisme, dan mengutamakan orang lain. Kepentingan diri sendiri adalah ciri khas masyarakat modern, yang menganggap sepi kepentingan orang lain. Pola-pola hidup demi kepentingan diri sendiri bertentangan dengan pola hidup baru demi kepentingan Kerajaan Allah, bagi kemuliaan Allah. Roh Kudus diutus oleh Anak Allah untuk menciptakan komunitas yang saling melayani, demi kepentingan Kerajaan Allah.

Memang orang Kristen tidak boleh mencampuri urusan orang lain, tetapi mereka harus saling memperhatikan, menghormati, berempati, dan saling membutuhkan demi membangun Tubuh Kristus (1 Kor. 12: 21 – 27).

Meneladani Yesus, tidak lain adalah meniru cara hidup Kristus. Hal ini menyatakan kerendahan hati-Nya, di mana Pencipta mencuci kaki umat yang dicipta-Nya. Meskipun Kristus memiliki keagungan dalam diriNya dan berposisi sebagai Raja yang Agung, namun Ia tidak menganggap hal itu sebagai hak yang mesti dipertahankan. Ia rela mencuci kaki murid-Nya. Demikian pula, setiap murid Kristus harus mengikuti teladan Gurunya untuk saling melayani satu dengan yang lain.

Hidup seorang murid tidak hidup bagi diri sendiri, melainkan hidup bagi orang lain. Karena Kristus telah menebus mereka untuk memuliakan Allah. Hidup bagi diri sendiri adalah cara hidup yang lama. Dalam Kristus, yang lama sudah berlalu dan sesungguhnya, yang baru telah datang (2 Kor. 5:17). “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1Yoh. 2:6)