Dalam Yesaya 40, bangsa Israel menghadapi masalah, kesulitan yang berat. Bagaimana situasi orang Israel di tengah pembuangan? Kondisi bangsa Israel di tanah pembuangan di Babel sangat berat secara rohani, walaupun secara ekonomis tidak terlalu terasa. Kehidupan mereka seperti tanpa pengharapan dan masa depan lagi. Kehidupan mereka benar-benar terkikis habis, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.

Muncul pertanyaan, untuk apa berharap dan menantikan masa depan? Tidak mungkin kemerdekaan sebagai bangsa dapat dimiliki, karena tidak ada jalan pembebasan. Pesimis menantikan hari yang tidak pernah akan ada sampai kematian tiba. Hidup jauh dari tanah perjanjian, Yerusalem telah terbakar habis, benar-benar melenyapkan seluruh harapan dan daya, serta menghancurkan identitas mereka sebagai umat perjanjian.

Dalam pasal ke-40, Yesaya diutus untuk meminta bangsa Israel berhenti mengeluh, protes, dan putus asa karena pengharapan akan masa depan tidak akan sirna. Yesaya hanya meminta kepada bangsa Israel untuk menantikan Tuhan, karena masih ada harapan di dalam Tuhan. Apa artinya menantikan Tuhan?

1. Mengharapkan sesuatu yang diperlukan dan hampir pasti akan didapatkan jika mereka berusaha, misalnya buruh harian yang akan mendapat upah pada sore hari

2. Mengharapkan sesuatu yang baik yang datang dari Tuhan dan akan berlangsung terus-menerus

3. Menyerahkan diri ke dalam tangan Allah dalam keadaan genting, sebab Allah adalah satusatunya yang dapat menolong (Mzm. 39:8, 130:5) 4. Sebuah doa yang merupakan iman percaya umat kepada Tuhan dan sebuah harapan, janji akan keselamatan di masa depan.

Yesaya 40:27-30

27. Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?

28. Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

29. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. 3

30. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

Bagaimana cara menantikan Tuhan?

1. Menantikan Tuhan bagi orang percaya sebagai manifestasi yang nyata dari iman yang benar. Bangsa Israel ditegur karena tidak menunjukkan manifestasi atau perwujudan iman yang benar dalam menghadapi masalah, pergumulan hidup, serta situasi yang dihadapi. Ada dua teguran yang disampaikan Yesaya:

a. Kesimpulan bangsa Israel yang keliru dan sempit, bahwa Allah tidak bekerja dan meninggalkan mereka. Bagi Yesaya, kesimpulan ini bersifat semaunya saja, tidak didasarkan pada iman. Sering kali kita mengambil kesimpulan yang salah. Kita katakan:

- doa-doa kita tidak dijawab dan dikabulkan

- hidup susah terus, gak maju-maju

- pergumulan demi pergumulan datang, gak ada habis-habisnya.

- Tuhan tidak menolong, tidak memelihara, dsb.

b. Bangsa Israel ditegur karena tidak menyakini/percaya, bahwa Allah adalah Allah yang besar dan agung. Pengetahuan bangsa Israel tentang Allah yang besar, Allah yang agung, Allah yang mahakasih dan Allah yang baik, ternyata tidak terwujud dalam tindakan, perbuatan, dan sikap hidup mereka, melainkan hanya di mulut saja. Mereka tidak percaya, meragukan Tuhan sungguh-sungguh baik dalam segala hal yang terjadi dan dialami bangsa Israel. Mengapa mereka meragukan Tuhan?

Firman Tuhan dalam Lukas 12:22- 32 mengingatkan, agar manusia tidak khawatir berlebihan. Jadi kita diingatkan:

- Khawatir memang perlu dan ada baiknya, asal pada tempatnya. Kita sering mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.

- Khawatir adalah sesuatu yang wajar, tetapi kekhawatiran yang berlebih-lebihan, yang dibesar-besarkan tidak baik, dapat membuat hidup dikuasai kekhawatiran. Hidup yang dikuasai kekhawatiran sama sekali tidak menolong, bahkan sangat merugikan.

Lukas 12:30 mengingatkan, “Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.” Artinya Tuhan tahu kebutuhan umat-Nya. Tuhan mungkin tidak memberikan semua yang kita inginkan, tetapi Ia tahu dan akan memberikan semua yang kita butuhkan.

2. Menantikan Tuhan bukan dengan diam, tenang-tenang saja, atau pasif. Bukan juga bersantai-santai, tetapi harus diwujudkan dengan usaha yang maksimal, dengan apa pun yang dapat dilakukan dan diperjuangkan. Tuhan tidak mau umat-Nya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Allah tidak pernah mengambil alih apa yang menjadi tanggung jawab manusia, yang harus diselesaikan oleh manusia.

Menantikan Tuhan adalah mengerjakan apa yang menjadi bagian kita dengan baik, dan menyerahkan bagian yang lain ke dalam tangan Tuhan. Martin Luther King di tengah beban berat yang dipikulnya berkata: “Tuhan, sepanjang hari aku telah berusaha dan terus memikul salib yang Kau berikan untuk kupikul. Kini aku mau beristirahat, biarlah salib itu boleh diangkat dari pundakku. Besok pagi, di hari yang baru, aku siap untuk memikulnya kembali."

Kita harus berani berjuang dengan yakin, bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita sendiri. Menantikan Tuhan berarti tidak berputus asa menghadapi kenyataan. Dalam kehidupan yang tampak tidak memberikan harapan-harapan yang baik, menantikan Tuhan adalah sikap beriman, yang mengubah semua yang serba lemah menjadi kekuatan baru