Ayat dari Yesaya 38:16 inilah yang dibacakan oleh Pdt. Santoni tepat sebelum Mama menjalani operasi pada bulan Juni 2017 lalu.

Ayat inilah yang menguatkan Mama dan kami sekeluarga sehingga kami yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan Mama. Saya Jessica, ingin membagikan salah satu kisah penyertaan Tuhan yang sungguh dirasakan keluarga saya, terutama saat Mama didiagnosa tumor saraf optik dan harus menjalani operasi bedah kepala. Pada awal tahun 2017 lalu, Mama yang pernah melakukan operasi katarak mata kanan, merasakan mata kirinya tidak dapat melihat dengan jelas bahkan hampir gelap, sehingga memutuskan untuk melakukan pemeriksaan mata.

Dengan pemikiran, mungkin sudah saatnya mata kirinya juga menderita katarak dan perlu dioperasi. Namun kenyataannya tidak demikian. Dokter mata menyampaikan bahwa mata Mama tidak menderita katarak dan tidak bisa dioperasi, dugaan sementara adalah glaukoma. Glaukoma adalah penyakitt saraf mata dimana terjadi kerusakan saraf yang menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan yang permanen secara perlahan dan peningkatan tekanan bola mata. Hal yang janggal adalah kondisi tekanan bola mata Mama normal, Mama juga tidak memiliki riwayat diabetes ataupun darah tinggi yang merupakan gejala glaucoma, sehingga kuat dugaan bukan glaucoma. Keraguan ini membuat Mama sempat berganti-ganti hingga tiga dokter, namun jawaban yang didapat tetap sama. Mereka ragu akan masalah apa yang sebenarnya terjadi pada mata Mama. Sampai akhirnya setelah 2 bulan mengonsumsi vitamin dan obat tetes mata glaucoma, seorang sanak keluarga merekomendasikan untuk memeriksakan mata Mama ke Penang.

Kami yakin ini adalah jalan Tuhan, Mama berharap mendapatkan jawaban atas penyakit matanya dan bisa disembuhkan. Akhirnya kami membuat janji dengan dokter di salah satu rumah sakit di Penang dan di sanalah kami memang mendapatkan jawaban dari keraguan kami. Setelah melakukan beberapa tes pemeriksaan atas mata Mama, dokter di Penang saat itu menyampaikan bahwa kondisi mata Mama baik, tetapi mungkin masalahnya terdapat pada saraf optik di dalam otak dan menyarankan Mama untuk melakukan tes MRI kepala (otak). Benar saja, hasil MRI menunjukkan ada tumor pada saraf optik Mama, letaknya di bagian dalam sekitar di belakang hidung, dan menghimpit saraf penglihatan Mama sehingga mata kirinya tidak bisa melihat.

Setelah konsultasi dengan dokter saraf di sana, beliau menyampaikan bahwa cara yang harus ditempuh adalah operasi bedah kepala untuk membuang dan membersihkan tumor tersebut. Karena jika tidak, dikhawatirkan dapat menyebar dan membahayakan mata sebelah kanan. Kami sangat kaget, terutama Mama yang saat itu langsung menangis. Dokter pun menyarankan Mama untuk menenangkan diri dan berdoa, jika sudah yakin harus segera melakukan operasi, baik di Penang ataupun di Jakarta. Mama adalah seseorang yang selalu menguatkan kami sekeluarga ketika ada masalah. Mama juga yang selalu mengingatkan kami untuk berdoa dan berserah kepada Tuhan. Di saat senang ataupun susah, harus selalu bersyukur dan ingat akan Tuhan. Bahkan di tengah kondisinya, Mama tetap menunjukkan bahwa sekalipun Mama takut tapi Mama yakin Tuhan akan menguatkan dan menyembuhkannya. Setelah kembali ke Jakarta, lagilagi tuntunan Tuhan kami rasakan. Beberapa hari setelah kami kembali ke rumah, suatu malam salah seorang sanak keluarga menelepon kami dan menyampaikan bahwa ada seorang dokter saraf pada acara TV saat itu dan mengusulkan kami untuk berkonsultasi dengan beliau untuk menindaklanjuti kondisi Mama. Saya langsung menelepon RS tersebut dan membuat janji temu dengan dokter saraf yang ada pada acara TV.

Puji syukur semua berjalan lancar, mulai dari kunjungan pertama hingga akhirnya Mama dijadwalkan untuk operasi tanggal 5 Juni 2017. Sungguh tak enak hati rasanya melihat Mama yang kelihatan sehat bugar harus ke rumah sakit, mengalami proses operasi selama hampir 8 jam dan dirawat di ICU semalaman. Karena operasi itu pun rambut Mama harus dicukur hampir setengahnya tepat di kepala bagian depan. Kuasa Tuhan sungguh nyata, sangat bahagia rasanya ketika Mama sudah sadar dan dipindahkan dari ICU ke ruang rawat inap dan hasil MRI pasca operasi pun menunjukkan hasilnya sudah bersih. Walaupun penglihatan mata kiri Mama tidak bisa kembali, tetapi Tuhan menyelamatkan penglihatan mata kanan Mama.

Bersyukur proses pemulihan Mama berjalan dengan sangat baik dan cukup cepat. Dukungan dari keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seiman dari GKI Gading Serpong sungguh menjadi sumber kekuatan dan sukacita bagi kami. Puji syukur kepadaTuhan, Mama sehat dan sembuh. Rambutnya kini sudah tumbuh kembali dan normal. Beberapa kali kontrol tes MRI dan periksa mata pun hasilnya baik. Walaupun kini hanya mengandalkan mata sebelah kanan, tetapi Mama tetap dapat beraktivitas normal seperti biasa. Pengalaman ini mengajarkan saya, bahwa mungkin terkadang kita sulit menerima hal yang menyakitkan yang Tuhan izinkan terjadi atas kita. Tetapi satu hal yang pasti, Tuhan akan selalu menuntun kita dan memberikan jalan yang terbaik. Bahkan terkadang tanpa kita sadari, Tuhan telah menyediakan penolong sebelum kita meminta kepada-Nya. “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”