GKI Gading Serpong mengadakan Kebaktian Tutup Tahun pada 31 Desember 2020, pukul 18.00 WIB secara online, dipimpin oleh Pdt. Santoni.

“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi, besar kasih setia-Mu, sungguh itulah kepribadian-Mu ya Tuhan, Engkau ada, Engkau hadir, Engkau pun ambil bagian dalam hidupku. Saat suka Engkau ada di sampingku, untuk menggandengku, saat duka melanda Engkau hadir menggendongku…” ucap Hebron Winter Pemasela, membuka kebaktian ini, yang dilanjutkan dengan persembahan pujian dari Vocal Group Sonitus Sanctus yang berjudul Give Thanks.

“Sejak di-PHK, pemasukan otomatis berhenti, sedangkan keperluan sehari-hari tetap berjalan, entah itu cicilan rumah, kendaraan, uang sekolah anak, apalagi kebutuhan dapur. Awal di-PHK dari tempat kerja, saya tetap masih bisa bersyukur kepada Tuhan, karena masih ada pekerjaan sampingan sebagai tukang ojek online, walaupun hasilnya hanya cukup untuk makan. Tetapi semenjak PSBB diberlakukan, keadaan semakin memburuk, pendapatan menurun secara drastis. Apalagi ketika seorang teman seperjuangan di ojol terkena COVID-19 dan sudah mengalami karantina selama dua minggu. Karena menyandang status sebagai ODP, dan pernah kontak secara langsung, saya pun ikut mengarantina diri.” Komisi Kesenian GKI Gading Serpong membawakan kisah seorang bapak yang menceritakan kehidupannya kisah yang mewakili kita semua dalam pandemi ini.

Cerita ini dilanjutkan bagaimana sang bapak mendapat telepon yang menjelaskan, bahwa dia mendapat bantuan sembako dan uang tunai dari tim GKI Gading Serpong. Dalam setiap kesulitan, Tuhan tidak pernah melepaskan tangan-Nya. Rencana Tuhan selalu indah, seperti lirik lagu Pelangi Kasih, bahwa jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat di balik duka menanti pelangi kasih Tuhanmu.

Refleksi di tahun 2020

Pandemi COVID-19 telah menguras banyak pikiran, tenaga, dan harta kita, tidak sedikit juga di antara kita yang merasakan banyak kehilangan; kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan dan peluang, kehilangan rasa aman dan ketenteraman. Kehilangan mimpi dan harapan, bahkan kehilangan orang-orang yang kita cintai. Di dalam kekecewaan dan kekurangan, apakah kita telah mencemarkan nama Allah? Jika kita mampu bertahan sampai saat ini, apakah kita telah menyangkal nama Tuhan?

Di hari terakhir di tahun 2020 ini, marilah kita mengenang dan memeriksa kembali setiap langkah kehidupan kita di hadapan Tuhan. Saat pandemi COVID-19 mulai melanda dunia ini, saat virus mulai menjangkiti orang demi orang, saat kesehatan berubah menjadi barang yang sangat mahal, sudahkah kita merendahkan diri di hadapan Allah, Sang Pemilik alam semesta ini?

Saat ciuman dan rangkulan berubah menjadi senjata yang mematikan, saat tidak lagi mengunjungi kerabat dan sahabat berubah menjadi tanda cinta dan sayang dari kita, saat ketidakhadiran diri di gedung gereja berubah menjadi bentuk ibadah yang sejati, sudahkah kita membuka diri, hati, dan pikiran untuk merasakan cinta dari Allah, Sang Maha Kasih?

Saat orang yang sangat kita cintai pergi untuk selamanya, saat kita tidak bisa lagi melihat wajah dan senyumannya, saat belaian cinta kepadanya tinggal menjadi sebuah kenangan, saat air mata menjadi ungkapan cinta kepadanya sudahkah kita menggantungkan diri kita kepada Sang Sumber Penghiburan yang sejati itu?

Saat kesehatan bergerak dalam segala pembatasan, saat arah kehidupan diliputi ketidakpastian, saat krisis menerpa segala bidang kehidupan, saat segala rencana dan mimpi menguap begitu saja sudahkah kita menyandarkan diri kepada Allah Sang Sumber Pengharapan? Saat sahabat dan kerabat membutuhkan pertolongan, saat banyak orang mengerang akibat keterhimpitan, saat dunia terus menantikan pemulihan, sudahkah kita meneladani Tuhan kita, Yesus Kristus, Sang Immanuel yang begitu peduli dan berbela rasa?

Dalam kebaktian ini, pembacaan Alkitab diambil dari 1 Raja-raja 3:5- 14 dan Amsal 2:6. Pendeta Santoni mengingatkan, bahwa malam tahun baru ini tidak sama seperti tahun-tahun yang lalu, karena pandemi COVID-19 bukan saja mengubah total dunia ini, tapi juga mengubah kehidupan keluarga kita pribadi lepas pribadi, kehidupan bangsa, bahkan seluruh kehidupan ini.

COVID-19 terus menyebar seperti api yang membakar hutan yang gersang tanpa padang bulu, membumihanguskan. Pandemi tidak memilih keberpihakan, semua bisa terpapar. Tahun ini rasarasanya adalah tahun yang lebih banyak dukanya ketimbang suka. Mungkin keluarga kita, saudara kita, tetangga kita, saudara kita, teman kita telah mendahului kita ke rumah Bapa di surga di tahun 2020 ini, dengan tidak terduga dan tidak terbayangkan oleh kita.

Pekerjaan dan usaha kita mengalami gangguan, bahkan terancam tidak berjalan dengan baik. Kehidupan seharihari setiap orang dicekam ketakutan dan ketidakpastian. Tapi apakah semua yang terjadi di tengah-tengah pandemi tidak ada yang baik? Tentu banyak hal yang baik, bahkan banyak anugerah Tuhan yang kita alami di tengah-tengah pandemi ini.

Ada orang yang usahanya tetap baik, memiliki pekerjaan dan usaha yang baru. Banyak umat yang sekarang semakin bergantung pada Tuhan, semakin takut akan Tuhan, dan kita bisa melihat banyak orang mengalami anugerah Tuhan, terselamatkan dari penyakit yang membahayakan. Banyak umat yang mengalami anugerah Tuhan dari 1 Januari 2020 sampai hari ini. Tapi di akhir tahun ini, marilah kita melakukan resolusi di hadapan Tuhan mengenai kehidupan kita sepanjang tahun ini.

Secara pribadi, apa yang selama ini kita kejar? Apa yang selama ini kita lakukan? Apa yang menjadi menjadi ambisi-ambisi kita, dan apa yang menjadi komitmen-komitmen dalam menjalani hidup kita di tahun yang baru nanti? Firman Tuhan malam ini diambil dari kitab 1 Raja-raja 3: 5-14 yang merupakan doa Salomo, doa yang sangat terkenal, di mana doa Salomo memohon berkat, memohon hikmat dari Tuhan, doa yang mengabarkan hikmat yang berpusat pada Tuhan Allah. Yang pertama, Salomo menaikkan syukur dalam doanya. Dia menaikkan doa dengan kerendahan hati. Salomo meminta berkat spiritual daripada materi, ini sebuah tindakan yang menyenangkan Tuhan dan bukan menyenangkan diri sendiri. Permintaannya akan menguntungkan bagi seluruh bangsanya, bukan hanya dirinya sendiri. Dia meminta kebijaksanaan, hikmat untuk memimpin dengan baik. Dia ingin menjalankan keadilan di Israel sesuai dengan hukum Tuhan.

Sikap Salomo menyenangkan hati Tuhan. Tuhan sangat terkesan. Meskipun Salomo masih sangat muda, dia menghargai spiritual daripada materi. Tuhan senang Salomo memilih hikmat, agar dia bisa melayani umat dan orang lain. Tuhan bukan hanya memberikan hikmat, tapi juga memperlengkapi Salomo. Dalam ayat 12 dan 13, “Maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu ini, sesungguhnya Aku memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun akan bangkit seperti engkau, dan setelah engkau tak akan ada seorangpun yang seperti engkau.” Semua dilengkapi oleh Tuhan, karena Salomo ingin menjadi hamba yang baik. Tuhan memberi lebih dari apa yang dia minta. Tuhan memberinya kekayaan, kehormatan, dalam kelimpahan.

“Dalam kegagalan maupun keberhasilan, bahkan peristiwa yang mendukakan kita, pada malam ini, mari kita berlutut di hadapan Tuhan, merenungkan semua yang terjadi, pasti baik dan indah. Malam ini adalah ibadah yang kita persembahkan bagi Tuhan. Malam ini kita perlu membangun komitmen hidup yang baru menurut cara yang ditunjukkan oleh Tuhan, mengikuti jalan Tuhan dan ketetapan-Nya,” Pdt. Santoni mengajak kita semua untuk merenungkan perjalanan hidup kita. “Malam ini, kita berkomitmen pada Tuhan. Tuhan aku bersyukur aku telah melewati tahun 2020 yang lalu dan beri aku masuk ke tahun yang baru. Di tahun yang baru, aku berjalan terus di jalan Tuhan, aku ingin berada dalam ketetapan-ketetapan Tuhan.”

“Mintalah hikmat untuk terus bersandar kepada Tuhan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, mulai besok di tahun 2021. Tapi yang penting, kita harus setia dan berjalan dalam ketetapan Tuhan. Banyak hal yang akan kita jalani di tahun depan. Kiranya kita dapat menjalaninya dengan setia kepada Tuhan, dan selamat menempuh tahun yang baru, Tuhan memberkati.”