Pada 24 Desember 2020, GKI Gading Serpong tetap melaksanakan ibadah Malam Natal dengan menggunakan konsep tujuh ruang supaya tetap bisa menerapkan protokol kesehatan dengan tetap menjaga jarak. Pendeta, penatua, petugas pelayanan, dan jemaat diwajibkan untuk tetap memakai masker selama kebaktian berlangsung.

Dibawakan oleh Pdt. Santoni, dengan tema Pengharapan di Tengah Pandemi. Sebelum memulai ibadah, jemaat membaca Alkitab dari dua bagian Firman Yesaya 9:1-6 dan Yohanes 1:4-9. Bagaimana Tuhan selalu menyertai kita dalam setiap aspek kehidupan kita. Pada 9 November 1943, seorang bernama Dietrich Bonhoeffer yang akan dieksekusi oleh Hitler, menulis surat kepada orang tuanya yang berbunyi Kita harus bisa merayakan Natal meskipun kegelapan dan ancaman kematian menimpa kita. Kristus harus tetap di hati karena Ia sumber semangat dalam hati. Kemudian ia pun dieksekusi mati.

Dalam masa yang tidak menentu, kita harus tetap mengatakan “Immanuel!” dan “Haleluya!” sekalipun hidup kita tidak baik-baik saja. Pada tahun 700, suasana Israel sedang menderita karena diserang oleh bangsa Asyur dan banyak kota di Israel dijajah (2 Raja-raja 9:15). Sikap bangsa Israel saat itu juga tidak taat menyembah kepada Tuhan dan moralitas rusak. Terjadi penindasan ekonomi dan spiritual, kematian ribuan orang, kehilangan harta benda, sehingga mereka harus hidup tanpa harapan. Akibatnya, beberapa orang di Israel meragukan kebaikan dan kasih Tuhan. Nabi Yesaya berkata, bahwa tidak selamanya penindasan akan terjadi, memberikan pengharapan baru bagi Israel.

Tuhan menunjukkan kasih setiaNya yang besar kepada dunia melalui lahirnya seorang anak yang lahir dalam keadaan yang sangat sederhana. Namun Allah tidak salah memberikan janji, anak adalah lambang masa depan yang akan mengusir kegelapan segala bangsa. Anak adalah simbol kelembutan, kepolosan yang memberi gaya hidup alternatif baru. Berani mengalah bukan berarti kalah, rela berkorban bukanlah menjadi korban, kuasa untuk mencintai bukan cinta untuk menguasai. Sang Anak adalah Mesias yang memiliki identitas, berikut identitasnya:

1. Penasihat ajaib. Ajaib diambil dari kata pele yang berarti dipakai untuk Allah. Ia menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna.

2. Allah yang perkasa. Di dalam Mesias, seluruh ke-Allahan akan berdiam secara jasmaniah. Ungkapan gelar ini berlatar belakang pahlawan zaman dahulu yang mampu memimpin dan memenangkan peperangan sehingga disebut pahlawan perkasa. Mesias akan mampu memenangkan peperangan dengan lawan utama manusia yaitu kuasa dosa.

3. Bapa yang kekal. Sang Mesias memerintah sebagai Bapa dalam waktu yang tak terbatas dan selalu menyertai kita hingga akhir zaman. Umat bukanlah hamba di hadapanNya.

4. Raja Damai. Menciptakan damai sejahtera dan keselamatan yang utuh dengan Allah dan dengan sesama manusia, termasuk dengan dunia ini melalui pembebasan akan dosa dan kematian.

Natal bukanlah sekadar fakta seorang bayi lahir, melainkan merayakan Yesus Kristus yang telah bekerja menjadi penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. Yesus membawa terang dalam kegelapan, membawa sukacita dalam kesuraman dan memberikan pembebasan dalam penindasan. Merayakan Kristus yang telah berkarya mengalahkan kegelapan. Situasi yang dihadapi penuh kesulitan, hari-hari dilalui dengan terasa gelap, sangat mudah untuk merasa tertekan dan frustasi saat ini. Kita tidak bisa mempercayai semua sumber, namun kita bisa tetap bertanya pada Yesus melalui Firman-Nya.

Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”