Hari ke-1 Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, ...

Seri Doa Prapentakosta 2021 GKI Gading Serpong masih diadakan secara virtual via Zoom. Diadakan mulai 17 Mei hingga 22 Mei 2021, tepat pukul 19.00 WIB. Tema yang dibahas selama 6 hari adalah mengenai Doa Bapa Kami.

Pdt. Santoni, M. Th melayani pemberitaan firman di hari pertama, dibantu Ibu Ratna, S.Si. Teol sebagai pemimpin acara dan Bp. Pudjo sebagai operator multimedia.

Lagu Doa Bapa Kami mengantar kita pada pembukaan acara. Dilanjutkan doa pembukaan firman oleh Pdt. Santoni.

Firman yang dibawakan diambil dari Matius 6:9-13. Hal berdoa termasuk salah satu bagian tentang khotbah di bukit, seperti halnya saat ini sedang menjadi bagian yang didalami di GKI Gading Serpong.

Dalam pemberitaan firman yang dibawakannya, Pdt. Santoni mengatakan, “Nah itulah sebabnya Yesus mengatakan kalau kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu. Ada terjemahan lain dari bahasa Yunani, masuklah ke dalam kamar batinmu, jadi berbicaralah dari hatimu kepada Tuhan. Tutuplah pintu agar sungguh-sungguh berada di tempat yang hanya berdua dengan Tuhan. "

Ternyata ada yang menarik dari Doa Bapa Kami ini, sebab doa ini benarbenar berpusat bahwa Allah adalah Alfa dan Omega, seperti yang di ayat 9 “Bapa kami yang di sorga” dan diakhiri dengan “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya” (13), yang berarti melihat bahwa hanya Bapa yang memiliki Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan itu.

Doa Bapa Kami menyatakan sesungguhnya Allah mengetahui setiap kebutuhan kita, Dia mau kita berserah seturut kehendak-Nya (10b). Sayangnya, ketika apa yang kita inginkan tidak seturut kehendak-Nya, seringkali secara tidak sadar kita kecewa, marah, dan sebagainya.

Kemudian, “Doa Bapa Kami ingin menyatakan jika Allah merupakan Allah semua orang, tidak melihat apakah orang sudah percaya Yesus atau belum," lanjut Pdt. Santoni. Sungguh menyedihkan ketika banyak orang/pihak mengatasnamakan Allah untuk mencela, bertengkar, maupun hal lainnya, padahal Allah kita merupakan Allah yang sama.

Dijelaskan oleh Pdt. Santoni, Doa Bapa Kami berisi 3 unsur. Pertama tentang ungkapan syukur (ay. 9-10). Dilanjutkan yang kedua berisi segala permohonan kita, baik jasmani maupun rohani (ay. 11-13). Lalu, yang ketiga ialah harapan datangnya Kerajaan Allah dan pujian bagi-Nya (ay. 14-15).

“Bapa yang di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Apa artinya saudara-saudara?” kata Pdt. Santoni. Disini sebutan Bapa berarti datang kepada Bapa dengan iman seperti seorang anak kecil. Ingin diungkapkan kalau kita memiliki hubungan yang intim dengan Bapa, yang memiliki kasih tanpa pamrih dan tanpa syarat, mau bertanggung jawab dan mau berkorban bagi anak-Nya. Jika hubungan kita dengan Bapa terjalin baik, maka selalu akan ada kerinduan untuk berdoa kepada Bapa.

Pada akhir pemberitaan firman, Pdt. Santoni menambahkan, “Dikuduskanlah nama-Mu berarti nama Bapa dikuduskan dan dimuliakan, bukan hanya dengan kata-kata doa kita, tapi juga harus berimplikasi dengan tindakan dan perbuatan kita.”

Pemberitaan firman selesai, kemudian Ibu Ratna membuka sesi tanya jawab, dan setiap pertanyaannya dijawab oleh Pdt. Santoni. Setelah itu Ibu Ratna kembali mengajak menaikkan satu pujian KJ 26 - Mampirlah, Dengar Doaku. Dilanjutkan dengan doa syafaat dan doa penutup yang dipimpin oleh Ibu Ratna, serta penyampaian berkat oleh Pdt. Santoni. Demikian Seri Bina Prapentakosta hari pertama usai. 

Hari ke-2 ..datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga...

Pnt. Devina E Minerva, S.Si. Teol menjadi pembicara di hari kedua Seri Bina Prapentakosta. Dimulai pukul 19.00 WIB, acara dipandu oleh Ibu Fina dan Bapak Fery sebagai operator multimedia.

Acara dibuka dengan doa yang dipimpin oleh Pnt. Lamsudin. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Doa Bapa Kami yang mengantar pada pemberitaan firman Tuhan.

Dibuka dalam doa, Pnt. Devina kemudian mengajak untuk membuka firman Tuhan dari Matius 6:10. “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga,” demikian Pnt. Devina membacakannya.

“Kerajaan Allah ini isinya sangat sentral. Dapat dikatakan ini menjadi jantung sekaligus otak dari keseluruhan Doa Bapa Kami, sebab Kerajaan Allah ini tema yang paling sentral dari seluruh pemberitaan Yesus dan yang paling vital dari seluruh pekerjaan misi Yesus”, ungkap Pnt. Devina diawal pembawaan firman-Nya. 

Lalu, apa itu Kerajaan Allah? Alkitab dalam Perjanjian Baru memang tidak menjelaskan secara gamblang. Kerajaan Allah memang sering dibicarakan Yesus dalam bentuk kiasan, analogi, dan perumpamaan, tetapi tidak pernah dijelaskan secara baku.

Berbicara mengenai Kerajaan Allah, Pnt. Devina menyatakan ada sebuah lagu dalam buku Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) 103, yang diambil dari Matius 6:33-34. “Carilah dahulu Kerajaan Allah beserta kebenaran-Nya, maka semua ditambahkan kepadamu. Haleluya, Haleluya!”

Demikian Pnt. Devina menyanyikannya. Selanjutnya dikatakan, “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Dalam doa-doa yang diucapkan, mungkin kita sering mengucapkan agar semua terjadi kehendak Tuhan, namun sering pula dibalik itu kita tetap memiliki keinginan agar kiranya apa yang kita ingin dapat dikabulkan-Nya. “Tapi, bagi Yesus, jadilah kehendak-Mu ini bukan sekedar kalimat doa. Bagi Yesus, jadilah kehendak-Mu ini sebuah prinsip hidup. Karena kehendak Bapa, Dia lahir. Untuk memenuhi kehendak Bapa, Dia hidup. Dan untuk menjadikan kehendak Bapa, Dia mati,” Pnt. Devina menyampaikan.

Yesus Kristus menunjukkan kepada kita teladan bagaimana seharusnya kita hidup. Sebagaimana seseorang yang disegarkan dengan memakan makanan, Yesus Kristus juga disegarkan dengan melakukan kehendak Allah. Kehendak Allah itu dipenuhi secara sempurna di dalam diri Tuhan Yesus Kristus, karena Dia datang dari Sorga untuk melakukan kehendak-Nya.

Pnt. Devina mengutarakan, “Pedoman Tuhan Yesus Kristus ialah melakukan kehendak Allah, bukan kehendak sendiri... Kita perlu mengubah hati, pikiran, dan tubuh kita sebagai sebuah ibadah yang mengungkapkan bagaimana Allah itu berharga didalam kehidupan kita.”

Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah? Dikatakan Pnt. Devina bahwa kita dapat mengetahui kehendak Allah yang dinyatakan dalam perintah-Nya dengan terus membangun hubungan yang akrab dengan Yesus Kristus. Relasi yang akrab ini dapat terjalin melalui doa dan di dalam doa, kita mohon agar Roh Kudus membimbing kita supaya kita dapat mempelajari dan merenungkan isi Alkitab dengan hati dan pikiran yang baru, dan buahnya kita percaya bagaimana firman Allah dapat menuntun kita kepada kehendak-Nya.”

Pemberitaan firman selesai, dilanjutkan sesi tanya jawab. Sebelum dinaikkan doa syafaat, Ibu Fina mengajak untuk memujikan lagu “Jika Jiwaku Berdoa”. Doa syafaat, Pnt. Devina menyampaikan berkat bagi Jemaat dan Partisipan yang hadir, sekaligus mengakhiri acara virtual ini.

Hari ke-3 ...berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya...

Seri Bina Prapentakosta pada 19 Mei 2021 memasuki hari yang ketiga, dibawakan oleh Pdt. Hendra G Mulia.

Pkl. 19.00 WIB, Bp. Hadi, S.Si. Teol mengajak kita bersaat teduh untuk mempersiapkan hati dan pikiran dalam mendengarkan serta merenungi firman Tuhan yang akan dibahas, dilanjutkan oleh Pnt. Marina yang membuka sesi di dalam doa. Setelah itu, sebagai operator di hari itu, Bp. Fery membantu menampilkan video lagu “Doa Bapa Kami”, yang sekaligus mengantar pada pembukaan pemberitaan firman Tuhan.

Injil Matius 6:11 menjadi dasar pembahasan Doa Bapa Kami kali ini. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,” Pdt. Hendra membacakannya, dan membuka sesi di dalam doa.

Dalam membuka sesi pemberitaan firman-Nya, Pdt. Hendra mengatakan, “Doa Bapa Kami ini mengajarkan kita memberi tempat kepada Tuhan terlebih dahulu. Setelah kita memberi tempat bagi Tuhan, barulah ada tempat bagi kita untuk meminta bagi diri kita sendiri. Dalam hal ini, kita mulai meminta berikanlah pada hari ini makanan yang secukupnya.”

Jika dalam bahasa Inggris, ayat ini dikatakan give us today our daily bread, mungkin hal inilah yang sering mengganjal bagi kita. Bagi kita yang terbiasa makan nasi, kita mungkin berpikir bahwa roti tidaklah cukup, terlebih disini hanya meminta untuk hari ini. Apakah Tuhan mengajarkan bahwa orang Kristen tidak boleh memiliki simpanan/tabungan? “Tentu tidak.” kata Pdt. Hendra. Kita hanya meminta makanan untuk hari ini kepada Tuhan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok.

Lalu, apa yang sebenarnya yang disampaikan dengan “berikanlah pada hari ini makanan yang secukupnya”? “Maksudnya, meskipun kita memiliki simpanan yang cukup, namun hal ini dimaksudkan supaya kita dapat mengakui bahwa setiap apapun yang kita terima pada hari ini adalah berkat, pemeliharaan, dan persediaan yang diberikan dari Tuhan,” jelas Pdt. Hendra.

“Kita juga dapat melihat dalam Yohanes 6:35, 48, 51, dan 58 dikatakan bahwa Yesus adalah Roti Yang Hidup, pun dalam Doa Bapa Kami versi bahasa Inggris dikatakan our daily bread. Oleh karena itu, selain roti jasmani/fisik, kita juga perlu Roti Yang Hidup, yaitu Yesus. Jika kita makan roti jasmani mungkin akan lapar lagi, namun Yesus mengatakan barangsiapa yang makan Roti Yang Hidup itu, maka ia akan hidup selama-lamanya (kehidupan kekal).”

Setiap kita menaikkan Doa Bapa Kami, ada 2 hal yang harus kita ingat. Pertama, apakah ketika berdoa, kita sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan, seperti halnya ketika kita mengucapkan “berikanlah pada hari ini makanan yang secukupnya?” Kedua, mengapa kita terus meminta roti fisik dan tidak meminta Roti Yang Hidup itu? “Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, biarlah dalam kehidupan, terutama kehidupan beragama, kita ingat apa yang Tuhan ajarkan give us today our daily bread,” demikian Pdt. Hendra mengakhiri pembahasannya, mengajak kita merenungkan pemberitaan firman Tuhan yang telah dibahas, serta menutup sesinya dalam doa.

Sesi dilanjutkan oleh Bp. Hadi yang membacakan rangkuman pembahasan dari Pdt. Hendra, dan selanjutnya dibuka sesi tanya jawab. Kemudian, lagu Allah Peduli dinyanyikan sebagai pengantar memasuki doa syafaat, dan dilanjutkan penyampaian berkat oleh Pdt. Hendra. Dengan demikian, acara di hari ketiga telah selesai.

Hari ke-4 ...dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami..

Tanggal 20 Mei 2021 adalah hari keempat Seri Bina Prapentakosta, dengan pembawa firman ialah Pdt. Andreas Loanka, D. Min.

Waktu menunjukkan pkl. 19.00 WIB, Bp. Hery Tandiari mengajak bersaat teduh dan membuka acara di dalam doa. Dilanjutkan video lagu Doa Bapa Kami yang ditayangkan Sdri. Regina Megumi sebagai operator di hari tersebut.

Firman Tuhan yang melandasi pembahasan Doa Bapa Kami kali ini adalah Matius 6:12, 14-15, serta dikaitkan Pdt. Andreas dengan pengampunan, yang didasari dari Kolose 3:12-17. Sebelum memulai pembahasannya, beliau membukanya dalam doa.

Dosa membuat iri hati, panas hati, ingin mencelakakan dan membunuh. Semua menjadikan relasi diwarnai dengan sikap egoisme, kesombongan, dan serakah. Pdt. Andreas menuturkan, “Tapi kita bersyukur, karena karya Kristus di kayu salib tidak hanya menebus dosa dan menyelamatkan, tetapi juga memberikan pengampunan dan memulihkan relasi.” Pdt. Andreas mengatakan, “Dalam Doa Bapa Kami, kita juga diingatkan mengenai pengampunan, yaitu tertera pada Matius 6:12, 14-15.”

Di ayat 12 mengatakan, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” jadi sebelum kita ingin memohon pengampunan bagi orang lain, kita harus dapat mengampuni sesama kita terlebih dulu. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk dapat saling mengampuni, tidak hanya kepada orang-orang terdekat kita saja, tetapi juga mengampuni musuh-musuh kita.

“Bapa kita adalah Maha Pengampun. Dia juga mau mengampuni kita dalam kehidupan sehari-hari, namun Bapa juga ingin kita dapat mengampuni sesama. Jika kita dapat mengampuni, Bapa di Sorga juga akan mengampuni kita," pemaparan Pdt. Andreas di ayat 14. Sebab, ayat 15 menyatakan, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Kolose 3:12-13 mengajarkan kepada kita untuk memiliki pembaharuan dalam hidup. Pada bagian ini, dikatakan jelas agar kita dapat mengenakan manusia baru dalam kehidupan kita. Tutur Pdt. Andreas, “Kita dapat mengalami pembaharuan hidup, yang dapat berwujud dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan kita.”

Kita harus mendasari dengan kasih, sebab kasih itu sabar, murah hati, lemah lembut, dan dapat mengajarkan kita untuk saling mengampuni serta menepis segala kesalahan orang. Dalam firmanNya yang tertulis di Alkitab, Tuhan mengajarkan kita untuk dapat saling menerima dan mengampuni (Kolose 3:13). Tuhan mau kita melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan kita (Kolose 3:15-17).

Di akhir pemberitaan firman-Nya, Pdt. Andreas menyampaikan agar jika terjadi konflik, segeralah selesaikan pada waktu dan suasana yang tepat. Jangan hanya lihat kesalahan sesama, tapi akuilah kesalahan kita, jangan keras kepala dan keras hati, serta mencari penyelesaian terbaik bagi semua pihak. Tuhan sudah menerima dan mengampuni kita, maka berbuatlah demikian kepada sesama kita sebagai Keluarga Allah.

Sesi pembahasan firman selesai, Bp. Hery membuka sesi tanya jawab. Sampai sesi tanya jawab ditutup, satu pujian berjudul Mengampuni mengantar pada doa syafaat dan penyampaian berkat yang dipimpin oleh Pdt. Andreas, yang sekaligus menutup acara kali ini.

Hari ke-5 ...dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat...

Waktu menunjukkan pkl. 19.00 WIB, Pnt. Devina E Minerva, S.Si. Teol mengajak untuk membuka Seri Bina Prapentakosta dengan doa. Untuk memulai sesi, Pnt. Devina memutarkan video Doa Bapa Kami sambil mengajak menyanyikannya dalam hati dan merenungi setiap kalimatnya dengan sungguh.

Selanjutnya sesi diserahkan kepada Pnt. Erma P Kristitono, S.Si. Teol sebagai pembawa firman Tuhan kali ini. Pnt. Erma membuka sesinya dengan doa.

Pembahasan Doa Bapa Kami kali ini dilandasi dari Matius 6:13a, dengan firman-Nya yang berbunyi, “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” Bagian ini merupakan permohonan kita kepada Bapa agar dilepaskan dari pencobaan.

Dibalik itu, selain mengandung unsur permohonan, “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” ini juga membawa kita pada kesadaran diri bahwa sebagai manusia, kita adalah makhluk yang lemah, sehingga rentan jatuh dalam pencobaan. Pnt. Erma mengatakan, “Pilihannya adalah, apakah kita akan menyerah pada keinginan jahat tersebut atau kita memilih bertahan pada firman Tuhan?”

“Pengenalan akan firman Tuhan membuat kita semakin berakar,” jelas Pnt. Erma. Kunci utamanya ialah ketaatan, karena ketaatan akan menjadikan kita berakar kuat dalam menghadapi berbagai pencobaan.

Pnt. Erma memaparkan, “Orang yang dicobai, bukan berarti dirinya menjadi dosa. Pencobaan menjadi dosa, ketika kita menyerah terhadapnya.” Kenalilah kelemahan kita, jangan sampai situasi dan kondisi yang tidak kondusif, membuat si jahat mudah menggoda kita terjerumus dalam dosa dengan kelemahan kita.

Jika Allah memberikan pencobaan kepada kita, apakah berarti Allah tidak sayang dengan kita? Tentu tidak. Kata Pnt. Erma, “Satu hal yang perlu kita ingat bahwa kita dipelihara dalam kekuatan Allah. Dia turut hadir bersama dengan kita. Allah ingin kita murni, kuat, tahan uji sampai hari-Nya tiba.”

Selanjutnya adalah, “lepaskanlah kami dari pada yang jahat,” berarti kita memohon agar dilepaskan dari kuasa iblis, untuk kemudian kita dapat ditaklukkan dalam kuasa Allah. Si jahat itu dapat meliputi kemarahan, iri hati, kemalasan, dsb, maka ketika kita hidup dalam hal tersebut, berarti kita menjadi si jahat itu. Oleh karena itu, kita berdoa kepada Tuhan untuk dilepaskan dari si jahat.

Terakhir Pnt. Erma menyampaikan, “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Kita harus mengingat bahwa kita adalah manusia yang terbatas, tidak mungkin melampaui Allah yang tidak terbatas, maka mari kita bersikap rendah hati, mengandalkan dan bersandar pada Tuhan, bukan pada kekuatan kita sendiri. Selain itu yang terakhir, terus berjaga-jaga dan berhati-hatilah, ujilah dan koreksilah hati kita. jangan sampai kita kehilangan makna Doa Bapa Kami. Teruslah memohon pertolongan Roh Kudus dalam kehidupan kita.”

Sesi kembali pada Pnt. Devina yang melanjutkan dengan membuka sesi tanya jawab, yang akan dijawab oleh Pnt. Erma. Seusai sesi tanya jawab, Pnt. Erma mengajak para hadirin yang hadir untuk mendoakan pokokpokok doa syafaat bersama dari rumah masing-masing. Pada doa syafaat kali ini, di setiap pergantian pokok doa, Pnt. Erma akan mengucapkan, “Tuhan, dengarkanlah doa kami,” yang kemudian disambut sebuah pujian, “Ya Tuhan, Dengarkanlah Doa Kami,” sambil diiringi gitar oleh Pnt. Devina. Acara selesai dengan ditutup dengan doa penutup dan penyampaian berkat oleh Pnt. Erma. 

Hari ke-6 ...karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”

Sabtu, 22 Mei 2021 menjadi hari terakhir dari Rangkaian Seri Doa Prapentakosta 2021. Dipandu oleh Ibu Duma, acara ini dimulai pkl. 19.00 WIB, dengan Ibu Hilda Pelawi, S.Th sebagai pembawa firman Tuhan.

Pnt. Marina membukanya didalam doa. Lalu Ibu Duma memandu kita menyanyikan sambil merenungkan lagu Doa Bapa Kami yang videonya ditayangkan oleh Bp. Fery.

Matius 6:13b menjadi dasar pembahasan firman kali ini. Bagian ini merupakan penutup dari Doa Bapa Kami. Diawal pembahasannya, Ibu Hilda mengatakan, “Bagian doksologi ini dicantumkan sebagai penutup, karena jemaat mula-mula menganggap ini bagian yang penting, dimana ketika kita menaikkan doa, kita mengakui siapa Tuhan yang kita sembah, maka kita menutupnya dengan kalimat penutup yang dimunculkan menjadi pengakuan orang percaya.”

Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. Bagian ini serupa dengan yang terdapat di awal Doa Bapa Kami. Bagian ini kembali menegaskan bahwa hanya Bapa yang memiliki Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan yang kekal. Lewat bagian ini memberi kita pemahaman bahwa ketika kita tinggal di negara, segala aturan maupun ketetapan yang ada itu semua karena Tuhan yang memberi dan memerintah. “Inilah yang membawa kita pada suatu ketaatan untuk melakukannya,” inti yang disampaikan Ibu Hilda.

Selain ketaatan, jelas sekali bagian ini mengungkapkan adanya kerinduan dan antusiasme atas apa yang menjadi kehendak dan aturan-Nya. Adanya kerinduan dan antusiasme ini, memberi kita pengertian untuk memahami mengapa kita harus melakukannya.

Hal ini membawa kita untuk bersikap kritis. Seringkali sikap kritis ini menakutkan dan membebani kita, namun ini merupakan suatu panggilan bagi kita untuk mengkritisi segala sesuatunya seturut dengan kebenaran firman Tuhan.

Lanjut Ibu Hilda, “Selanjutnya, di setiap kesempatan, Tuhan memberikan kita peran. Dalam peran itulah kita mewakili kesaksian bahwa kita punya Raja yang berkuasa ditengah-tengah kehidupan ini.” Ketika kita ingin mempermuliakan Tuhan, kita harus bersikap rendah hati.

Lewat Doa Bapa Kami ini kita juga dapat mengalami perjumpaan dengan Allah Tritunggal. Di sini kita juga mengakui Trinitas Allah. Di akhir pembahasannya, Ibu Hilda mengatakan, “Dalam perjalanan hidup kita, Tuhan yang memelihara, menyelamatkan, dan mendampingi kita, sehingga kita menutupnya dengan kata sampai selama-lamanya, yang berarti kuasa dan kemuliaan-Nya tidak dapat terukur sampai kapan pun.”

Sesi pembahasan berakhir, Ibu Duma membuka sesi tanya jawab bagi yang ingin bertanya pada Ibu Hilda. Setelah sesi tanya jawab berakhir, Ibu Duma mengajak untuk menaikkan pujian KJ 460 - Jika Jiwaku Berdoa, yang dilanjutkan doa syarat dan penyampaian berkat oleh Ibu Hilda.

Demikianlah malam itu menjadi penutup Rangkaian Seri Bina Prapentakosta 2021. Selamat berjumpa di Rangkaian Seri Bina Prapentakosta tahun depan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua