ABSTRAK

Alkitab mengajarkan setiap orang percaya terus bertekun dalam iman kepada Kristus sepanjang hidupnya. Pengajaran ini sangat penting bagi orang percaya untuk menegaskan bahwa Allah menjamin keselamatan setiap orang percaya dalam Kristus dan meneguhkan iman orang percaya menghadapi berbagai realita hidup yang sangat kompleks. Pengajaran ini mengindikasikan bahwa Alkitab tidak mengajarkan bahwa kehidupan orang percaya berjalan dengan mulus atau tanpa masalah. Sebaliknya, orang percaya selalu berhadapan dengan berbagai pergumulan hidup yang sulit dan tidak bisa dihindari. Tulisan ini memberikan pengajaran Alkitab tentang ketekunan orang-orang kudus dan jaminan keselamatan dalam Kristus kepada setiap orang percaya sepanjang hidupnya.

Kata kunci: Ketekunan orang-orang kudus; jaminan keselamatan

Pendahuluan

Keselamatan dalam Kristus merupakan anugerah dari Tuhan yang luar biasa kepada orang-orang percaya. Keselamatan merupakan karya Allah Tritunggal dinyatakan kepada kaum pilihan. Allah akan tetap menjaga atau memelihara orang-orang percaya sepanjang hidupnya sampai kepada kekekalan. Alkitab menyatakan janji Allah bahwa di dalam Kristus setiap orang percaya menerima segala berkat rohani di dalam sorga (Efesus 1:3).

Teks ini memberikan keyakinan kepada orang percaya bahwa Allah selalu hadir dan menyertai umat-Nya dalam segala keadaan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Yohanes yaitu “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yohanes 10:28). Pertanyaan yang selalu disampaikan oleh sebagian orang Kristen ialah di manakah tanggung jawab manusia? Apakah orang-orang percaya dapat menjalankan hidup sesukanya jika Allah bertanggung jawab atas hidupnya? Apakah orang yang sudah mengaku percaya dapat kehilangan keselamatannya? (Hoekema, 2001, p. 326), dan masih banyak pertanyaan lain yang belum disebutkan di sini.

Pertanyaan ini semakin menguat ketika orangorang percaya menghadapi berbagai situasi yang sulit dalam hidupnya. Khususnya, jika orang percaya gagal atau jatuh ke dalam dosa tertentu dalam konteks tertentu. Dalam kondisi ini apakah orang percaya tersebut kehilangan keselamatannya? Faktanya, Allah tidak menjanjikan orang-orang percaya mengalami kenyamanan sepanjang hidupnya. Sebaliknya, orang-orang percaya sering menghadapi situasi yang sulit bahkan hidupnya tercancam bahaya.

Alkitab memberikan jawaban yang sangat jelas kepada orang percaya bahwa anugerah keselamatan dalam Kristus tidak akan hilang dalam kondisi bagaimana pun. Allah dengan kuasa mengalahkan kuasa dalam dunia ciptaan ini. Selain itu, Allah juga memberikan kekuatan dan kemampuan untuk orang-orang percaya untuk bertekun dalam Tuhan meskipun berada dalam pergumulan yang sangat berat. Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis akan memberikan argumentasi tentang konsep Alkitab tentang ketekunan orang-orang kudus. Tulisan ini bertujuan agar orangorang percaya memiliki pemahaman iman yang benar di dalam Kristus dan meyakini sepenuhnya janji Allah dalam Alkitab untuk kehidupannya.

Pengajaran Alkitab tentang Ketekunan Orang-Orang Kudus

Konsep ketekunan orang-orang kudus bersumber dari Alkitab. Orang percaya perlu sekali memahami pengajaran ini, karena sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini menegaskan, bahwa pada akhirnya setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak akan kehilangan imannya secara total (Hoekema, 2001, p. 326). Penjelasan ini juga terkait erat dengan pernyataan iman dalam Katekismus Westminster (XVII, 1) tentang ketekunan orang-orang kudus, yang dirumuskan sebagai “Mereka yang telah diterima Allah di dalam AnakNya, yang dipanggil secara efektif, dan dikuduskan oleh Roh-Nya, tidak akan bisa secara keseluruhan atau pada akhirnya terjatuh dari kondisi anugerah, sebaliknya, secara pasti akan bertekun di dalamnya sampai pada akhirnya dan diselamatkan secara kekal” (Williamson, 2012, 191). Pernyataan ini dilandasi prinsip Alkitab yang menyatakan, bahwa setiap orang yang percaya tidak akan binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16), bahwa setiap orang yang dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu (1 Petrus 1:3-5). Berkhof (1986) mengatakan, “The doctrine of the perseverance of the saints is to the effect that they whom God has regenerated and effectually called to a state of grace, can neither totally nor finally fall away from the state, but shall certainly persevere therein to the end and be eternally saved” (p. 545). Alkitab menegaskan, bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus mendapat jaminan hidup kekal, meskipun orang percaya mengalami berbagai cobaan atau tantangan dalam hidupnya. MacArthur (1993) selanjutnya mengatakan, “All true believers will be saved to the uttermost. Christ’s High Priestly ministry guarantees it. They have been justified, they are being sanctified, and they will be glorified” (p. 8). Prinsip ini juga ditegaskan oleh Williamson (2012) yang mengatakan, “Karena Allah sendiri yang menyelamatkan, kita mendapatkan keselamatan yang tidak akan gagal. Keselamatan yang bersandar kepada Allah dapat diandalkan. Dan inilah pengajaran dalam doktrin ketekunan”(p. 194).

Pengajaran tentang ketekunan orang-orang kudus tidak menyatakan, bahwa setiap orang percaya akan hidup tanpa pergumulan, tanpa kesulitan, tanpa tantangan, atau selalu berada dalam keadaan baik-baik saja. Alkitab menjelaskan, bahwa orang percaya tetap mengalami pergumulan, tantangan atau kesulitan berat dalam hidupnya di dunia ini. MacArthur (1993) mengatakan, “In order to place the doctrine of perseverance in proper light we need to know what it is not. It does not mean that everyone who professes faith in Christ and who is accepted as a believer in the fellowship of the saints is secure for eternity and may entertain the assurance of eternal salvation” (p.5). Pernyataan ini menegaskan bahwa setiap orang percaya harus terus setia kepada Tuhan dan bertekun dalam iman sesuai pengajaran Alkitab.

Pengajaran ini tidak mengindikasikan bahwa orang percaya dapat menjalankan kehidupan sesuka hatinya, atau menjalani hidup yang tidak berkenan kepada Allah, seperti yang dipikirkan oleh sebagian orang Kristen yang menolak pengajaran ini. Perlawanan terhadap pengajaran ini muncul karena kurangnya pemahaman yang komprehensif (utuh) dari pernyataan Alkitab. Akibatnya, tidak sedikit orang Kristen menganggap (atau memercayai) bahwa pengajaran ini membenarkan orang Kristen tetap hidup dalam dosa karena pasti akan diselamatkan oleh Allah. Sebaliknya, pengajaran ini menegaskan prinsip Alkitab, bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus (bukan sebatas beragama Kristen) harus mengalami pertumbuhan rohani, semakin serupa Kristus (Roma 8: 29), berkomitmen meninggalkan dosa, dan hidup berkenan kepada Allah atau berpadanan dengan Injil Kristus (band. Filipi 1:27; Kolose 2:6-7). Setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak hidup lagi di dalam dosa. Peterson (1991) mengatakan, “Professed Christians must continue to believe the Gospel, to love God and fellow-believers, and to live godly lives, if they are to see the Lord” (p. 112).

Ketekunan orang-orang percaya merupakan anugerah Tuhan. Kemampuan orang percaya untuk bertekun dalam iman bukan karena kemampuan diri sendiri. Tetapi Allah yang memampukan orang percaya untuk hidup bertekun dalam iman kepada Kristus. Hal ini juga dikatakan oleh Hoekema, bahwa poin penting doktrin ini, yaitu hanya karena Allah di dalam kasih-Nya yang tidak berubah, memampukan orang percaya untuk bertekun (Hoekema, 2001, 327). Prinsip ini sesuai dengan pernyataan Peterson, (1991) “Our study of perseverance thus confirms the fact that God preserves his saints (p. 112). Selanjutnya Bavinck (2011) mengatakan “Perseverance is not an activity of the human person but a gift from God. Among the Reformed the doctrine of perseverance is seen as a gift of God who assures that the work of grace is continued and completed, which he does through believers” (p. 584).

Ketekunan orang-orang kudus merupakan wujud dari keselamatan di dalam Kristus. Setiap orang percaya dipersatukan dengan Kristus (union with Christ) dan menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Allah di dalam Alkitab. Peterson (1991) mengatakan, “Since with Christ results in final perseverance in faith, perseverance is proof of union with Christ. Failure to persevere, therefore, indicates that one has not been joined to Christ” (112). Prinsip ini juga dikatakan oleh Sproul (2014), “Pada dasarnya doktrin ini mengajarkan, bahwa apabila saudara telah memiliki iman yang menyelamatkan, maka saudara tidak akan pernah kehilangan iman itu lagi. Dan, kalau kita sampai kehilangan, maka artinya sejak semula kita memang tidak pernah memilikinya” (p.265). Baik Peterson maupun Sproul menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan orang percaya ialah orang yang memiliki iman kepada Kristus yang menyelamatkan, atau pribadi yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus dan dipersatukan dengan Kristus. Allah akan terus memelihara imannya agar tidak jatuh. Berkhof (1986) mengatakan, “Perseverance may be defined as the continuous operation by the Holy Spirit in the believer, by which the work of divine grace that is begun in the heart, is continued and brought to completion” (p. 546).

Allah menyelamatkan orang percaya untuk memuliakan Dia dalam seluruh hidupnya secara utuh. Allah menghendaki setiap orang percaya tetap menjalankan hidup dan pekerjaannya untuk kemuliaan Dia. Orang percaya harus memiliki kualitas hidup yang menunjukkan sebagai pribadi yang mengasihi Kristus.

Makna Pengajaran “Ketekunan Orang-Orang Kudus” dalam Kehidupan Orang Percaya

Kekuatan Orang Percaya Bersumber dari Allah.

Pengajaran tentang ketekunan orang-orang kudus ini sangat penting maknanya dalam kehidupan orang percaya. Dunia di mana orang percaya berada semakin rusak, dan orang percaya ditempatkan di dalamnya untuk menjalani hidupnya. Tanpa kekuatan dan kedaulatan Allah, maka orang percaya tidak akan mampu menjalani hidupnya dengan benar. Alkitab mengajarkan, bahwa dalam berbagai situasi dunia ini, Allah tetap hadir dan menyertai hidup orang percaya, sebagaimana yang dijanjikan. Hal ini menegaskan, bahwa orang percaya tetap harus menunjukkan imannya kepada Kristus tanpa kompromi, tetap berkarya dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, setia beribadah kepada Tuhan, dan tetap mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Allah tidak akan mengecewakan orang percaya. Bavinck (2011) mengatakan, “God cannot and will not abandon his people. Faith will never disappoint us” (p. 586).

Penghiburan dan Tantangan bagi Orang Percaya

Orang percaya terus berhadapan dengan bebagai pergumulan dalam hidupnya, baik dari dalam diri maupun karena faktor luar dirinya. Pergumulan dan tantangan hidup sebagai bagian dari proses pertumbuhan iman orang percaya supaya semakin mengenal pribadi dan karya Allah Tritunggal dalam hidupnya. Allah menyediakan penghiburan kepada setiap orang percaya bahwa Allah tetap menyertai orang percaya meskipun berada dalam berbagai pergumulan. Allah akan menuntun dan menopang iman orang percaya sampai menuju kepada kekekalan. Orang percaya tetap bertekun dalam iman, pengajaran yang benar, menjauhkan diri dari keinginan dan perbuatan dosa, semakin mengasihi Allah. Orang-orang percaya dapat belajar dari tokoh-tokoh Alkitab (Abraham, Yakub, Daud, dan tokoh lainnya) bagaimana mereka bergumul dalam kesetiaan kepada Allah. Williamson (2012) mengatakan, “Jika orang-orang Kristen mau mempelajari bagaimana tokoh-tokoh Alkitab bangkit dari kejatuhan dan bergumul untuk sekali lagi kembali kepada Allah, maka orang-orang Kristen tidak akan tergoda oleh pandangan yang keliru dan meremehkan jaminan keselamatan, tetapi akan memegang doktrin ketekunan dengan benar” (p. 196).

Orang Percaya Terus Berkarya dalam Dunia dan Menjadi Berkat

Alkitab menghendaki setiap orang percaya untuk terus mengembangkan bakat, talenta, atau kemampuan dirinya yang dipercayakan Tuhan, dan menjadi berkat bagi orang lain. Kehadiran orang percaya memberikan berbagai inovasi hidup yang kreatif sebagai wujud tanggung jawabnya kepada Tuhan. Orang percaya terus berhadapan dengan dunia yang terus berubah, bahkan cenderung meninggalkan Sang Pencipta. Pandangan hidup orang percaya harus berbeda dengan yang ditawarkan dunia. Orang percaya hidup dalam dunia, tetapi tidak menjadi serupa dengan dunia (Roma 12:2).

Kesimpulan

Pengajaran tentang ketekunan orang-orang kudus sangat penting dipahami oleh setiap orang percaya. Pengajaran ini akan menolong setiap orang percaya untuk mengenali pribadi dan karya Allah Tritunggal dalam hidupnya. Selain itu pengajaran ini akan memotivasi setiap orang percaya untuk tekun beriman dan tetap setia kepada Alkitab, dan tidak ragu menjalami realita hidup yang sangat sulit. Kehidupan orang percaya terus berlanjut dan tidak dapat dihindari, bahkan orang percaya tidak bisa memilih sebuah kehidupan sesuai dengan kehendaknya. Pemahaman yang benar akan pengajaran ini memberikan keyakinan yang pasti tentang penyertaan Tuhan dalam hidupnya bahkan jaminan menuju hidup dalam kekekalan.

REFERENSI

Bavinck, H. (2011). Reformed Dogmatic: Abridged in One Volume. Grand Rapids: Baker Academic.

Berkhof, L. (n.d.). Systematic Theology. Grand Rapids: Eerdmans.

Hoekema, A. A. (2001). Diselamatkan oleh Anugerah (S. Yo (ed.)). Surabaya: Momentum.

MacArthur, J. F. (1993). Perseverance Of The Saints. The MAster’s Seminary Journal, 4/1(1993), 5–24. httpweb.a.ebscohost.comeh ostpdfviewerpdfviewervid=5 &sid=112234c5-4fe9-40bb81be-d307976e8e61%40sdc-vsessmgr02

Peterson, R. A. (1991). The Perseverance Of The Saints: A Theological Exegesis of Four Key New Testament Passages. Presbyterian, 17/2(1991), 95–112. httpweb.a.ebscohost.co mehostpdfviewerpdfviewervid =4&sid=112234c5-4fe9-40bb81be-d307976e8e61%40sdc-vsessmgr02

Sproul, R. C. (2014). KebenaranKebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara. Williamson, G. I. (2012). Pengakuan Iman Westminster. Surabaya: Momentum.

Williamson, G. I. (2012). Pengakuan Iman Westminster. Surabaya: Momentum.