Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 01 Juli 2012

Seorang ateis sedang memancing pada hari yang cerah ketika mendadak perahunya diserang oleh monster Loch Ness. Dalam suatu gerakan yang cepat makhluk legendaris yang buas itu melemparkan orang ateis itu ke udara. Kemudian ia membuka mulutnya untuk menelan orang ateis itu dengan perahunya. Ketika orang itu meluncur dengan kepala di bawah dan akan masuk ke mulut monster, ia menjerit, "Oh, Tuhan! Tolonglah saya!..." segera adegan serangan yang ganas itu berhenti dan orang itu tergantung di udara. Ada suara cukup keras keluar dari awan. "Kukira kamu tidak percaya kepada-Ku!.." "Ayolah Tuhan jangan begitu." Kata orang ateis itu memohon. "Dua menit yang lalu saya juga tidak percaya kepada monster Loch Ness itu!"

Apakah arti kepercayaan atau iman kita kepada Tuhan? Apakah iman yang kepepet seperti orang ateis itu? Kita beriman dan ingat akan Tuhan hanya ketika situasi yang genting saja? Atau sebaliknya, kita memuliakan Tuhan, berserah dan bersyukur kepadaNya, hanya ketika semua urusan kita lancar dan diberkati?

Yairus kepala rumah ibadat dan wanita yang sakit pendarahan memang sama-sama mengalami krisis. Yairus terancam kehilangan seorang anak perempuan yang sangat dikasihinya, namun mengalami sakit. Sementara wanita itu telah 12 tahun sakit pendarahan, telah menghabiskan harta untuk biaya pengobatan ke berbagai tabib. Tetapi keadaannya malah bertambah parah. Dalam keadaan krisis inilah kedua orang itu datang kepada Yesus. Yairus sujud menyembah dan memohon pertolongan Tuhan (ay 22-23) Sementara wanita itu diam-diam menjamah jubah Yesus dengan iman. "Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh." (ay 28). Iman dan pengharapan kedua orang yang luar biasa ini ternyata tidak salah alamat, karena mereka kemudian berhasil menemukan solusinya sebab Tuhan Yesus maha baik dan maha kuasa atas segala penyakit bahkan atas kematian sekali pun. (ay 29, 42). Dan Akhir dari kisah iman ini adalah happy ending….

Apa yang dilakukan oleh Yairus dan wanita yang sakit pendarahan itu menjadi teladan bagi kita untuk datang berserah kepada Kristus ketika krisis melanda. Namun yang sering menjadi persoalan tidak semua jawaban Tuhan sama. Bahkan yang seringkali terjadi seolah Tuhan diam untuk semua doa dan penyerahan kita, ketika kita sangat membutuhkan pertolonganNya. Disinilah iman kita diuji apakah apakah kita hanya sekedar memiliki iman yang kepepet atau iman yang memulihkan. Iman yang kepepet adalah iman pemula, iman yang instant, iman yang bergantung kepada situasi dan emosi semata. Sedangkan iman yang memulihkan adalah iman tetap tak berubah dan tidak tergoncangkan, sekali pun belum menemukan jawaban doa dan solusinya. Iman yang memulihkan adalah iman yang tetap teguh sekalipun antara harapan dan realita bertolak belakang. Iman yang memulihkan adalah iman yang tetap setia, tetap tenang dan bersyukur dan memulikan Tuhan dalam segala hal. Iman yang memulihkan adalah iman yang melihat melampaui mata manusiawi yang sangat terbatas. Iman yang memulihkan adalah iman yang sudah menang sekali pun masih dalam kesulitan, dan daftar ini masih bisa dilanjutkan lagi. Sebab begitu kaya dan dalamnya karya Tuhan dalam perjalanan iman yang memulihkan. Iman seperti inilah yang ditunjukkan oleh Yeremia dalam Ratapan 3:22-33. Dalam keadaan terpuruk dan dipermalukan oleh musuh….ia tetap memandang kepada kasih setia Tuhan dan kebaikan Tuhan yang tak berkesudahan. Bahkan berulangkali dalam beberapa ayat kata kasih setia dan kebaikan Tuhan dikumandangkan. Itulah iman yang menguatkan dan membawa pemulihan. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habis rahmatNya, selalu baru tiap pagi." (Rat 3:22-23). Amin. - AL -