Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 26 Januari 2025
Bacaan Alkitab: Efesus 4:1-16
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, Hari ini kita bersyukur atas perayaan hari ulang tahun GKI Gading Serpong. Di tengah sukacita ini, kita diingatkan kembali bahwa gereja bukan hanya tempat peribadahan, tetapi juga tubuh Kristus yang hidup. Tema kita, Eklesia Hospitalis, mengarahkan kita pada panggilan gereja sebagai komunitas yang menyembuhkan—tempat di mana kasih, penerimaan, dan pemulihan menjadi ciri khas hidup bersama.
Namun, dalam perjalanan hidup bergereja, ada tantangan yang harus kita hadapi bersama. Salah satu tantangan terbesar adalah iri hati—sebuah dosa yang sering kali tersembunyi namun berpotensi merusak komunitas. Dalam perikop Efesus 4:1-16, Rasul Paulus memberikan arahan yang sangat relevan bagi kita dalam membangun gereja yang sehat, terutama dalam menghadapi masalah iri hati.
Iri hati adalah perasaan tidak senang atas keberhasilan atau kelebihan orang lain. Dalam konteks bergereja, iri hati dapat muncul dalam berbagai bentuk: Iri terhadap talenta yang dimiliki orang lain, iri terhadap pelayanan yang terlihat lebih menonjol, iri terhadap pengakuan yang diterima oleh sesama anggota jemaat. Iri hati ini, jika tidak diatasi, dapat menciptakan persaingan yang tidak sehat, mengurangi keharmonisan, dan bahkan memecah tubuh Kristus. Paulus mengingatkan kita dalam ayat 3, "Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." Iri hati adalah lawan dari damai sejahtera dan menghambat terciptanya hospitalitas sejati di dalam gereja.
Paulus memulai perikop ini dengan menasihati jemaat untuk hidup sesuai dengan panggilan mereka sebagai orang percaya. Dalam ayat 2, ia menekankan pentingnya kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran sebagai dasar hidup bersama. Kerendahan hati adalah kunci untuk hidup bersama dalam berbagai kondisi. Ketika kita rendah hati, kita tidak lagi memusatkan perhatian pada diri sendiri, tetapi pada kebutuhan dan kesejahteraan orang lain. Kita mampu bersukacita atas keberhasilan saudara kita dan memberikan dukungan. Selain itu, Paulus juga menekankan kesatuan dalam tubuh Kristus. Ayat 4-6 mengingatkan bahwa kita adalah satu tubuh, satu Roh, satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan. Kesadaran ini menolong kita untuk melihat bahwa keberhasilan satu anggota adalah keberhasilan seluruh tubuh Kristus.
Dalam ayat 7, Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya menerima anugerah sesuai dengan ukuran pemberian Kristus. Karunia-karunia ini diberikan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk membangun tubuh Kristus. Paulus mengingatkan bahwa karunia yang diberikan kepada setiap orang adalah unik. Seperti tubuh memiliki banyak anggota dengan fungsi berbeda, demikian juga gereja. Tidak ada satu pun anggota yang lebih penting daripada yang lain. Kita dipanggil untuk memandang karunia orang lain bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai berkat yang memperkaya gereja. Dalam ayat 12-13, tujuan dari semua karunia ini adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan membangun tubuh Kristus hingga mencapai kesatuan iman.
HUT ke 21 GKI gading Serpong berdekatan dengan peayaan Imlek 2025, kita diingatkan akan tradisi yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap keluarga. Sama seperti kita merayakan Imlek dengan berbagi makanan, berkumpul dengan keluarga, dan saling memberi angpao sebagai simbol berkat, gereja juga dipanggil untuk menghadirkan kebersamaan dan berbagi berkat kepada sesama. Momen ini menjadi kesempatan untuk memperlihatkan bahwa gereja adalah tempat di mana tidak ada perbedaan suku, budaya, atau status sosial—semua diterima dalam kasih Allah. Kedewasaan relasi: kematangan hubungan sehingga berlangsung secara kekal.
Hospitalitas yang kita gumulkan dalam tahun pelayanan GKI Gading Serpong berarti kita belajar membuka hati bagi komunitas kita, seperti halnya terjalin hubungan keluarga, saling mendukung, memulihkan, dan membangun persekutuan yang lebih erat. Marilah kita terus berkomitmen untuk menjadi gereja yang memancarkan hospitalitas Kristus. Dengan kasih, kita tidak hanya membangun gedung fisik, tetapi juga membangun persekutuan yang hidup dan memulihkan bagi semua orang. Sebagaimana Rasul Paulus mengajarkan dalam Efesus 4:3: “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Inilah tugas kita sebagai Eklesia Hospitalis. Mari kita lakukan bersama, demi kemuliaan nama-Nya.