Kebanyakan kita umumnya dengan enteng mengatakan bahwa kita melayani dan bekerja keras dalam pelayanan karena panggilan dari Tuhan. Kata "panggilan" dari Tuhan kemudian menjadi kata yang enteng dan mudah diucapkan namun kehilangan kedalaman makna. Apa itu panggilan atau vocation? Vocation punya akar kata dalam bahasa Latin, vox yang berarti voice atau suara. Karenanya pertama-tama kalau bicara soal ‘panggilan’ pastilah berkaitan dengan mendengarkan suara.
Tema Kebaktian Minggu hari ini adalah “Berani Menjawab Panggilan-Nya”. Kita belajar beberapa hal berkait panggilan Tuhan lewat pengalaman hidup nabi Yeremia (Yeremia. 1:4-10). Pertama, berani menjawab panggilan dimulai dengan mengenal diri dengan segala potensi dan talenta yang Tuhan berikan. Yeremia mengenal dirinya, terutama kekurangan yang ada, yaitu tidak pandai bicara dan masih muda. Karena itu ia mula-mula menolak panggilan dan pengutusan Tuhan. Kekurangannya membuat ia minder dan menolak panggilan Allah untuk menjadi utusan-Nya di tengah bangsa-bangsa. Orang yang mengenal diri adalah orang yang bukan hanya tahu betul kelebihan dan kekuatan dirinya, tetapi juga bisa menerima kekurangan yang ada pada dirinya. Kelebihan itu tidak dipakai untuk merendahkan yang lain, melainkan justru digunakan untuk kebaikan bersama; sebaliknya kekurangan tidak menjadi halangan untuk terus maju dan memperbaiki diri.
Kedua, menyambut panggilan Tuhan dengan penuh syukur. Tuhan memanggil seseorang pasti bukan dengan asal-asalan. Ia menyiapkan dan merancang dengan amat baik pribadi yang akan dipanggil untuk menjadi rekan sekerja-Nya. Yer. 1:5 menegaskan bahwa Yeremia sudah dipersiapkan sebelum ia ada dalam rahim ibunya, ia sudah Tuhan kuduskan untuk menjadi nabi. Tuhan masih terus berkarya sampai saat ini bagi kebaikan dunia. Dia bekerja mengikutsertakan kita. Dia memanggil kita. Ketika Dia memanggil kita, Dia mempersiapkan segala sesuatunya dengan terencana. Pemilihan dan pemanggilan Tuhan terhadap seseorang bukanlah sesuatu yang tanpa perhitungan dan asal-asalan, melainkan sesuatu yang sudah Tuhan persiapkan matang-matang. Bagian kita adalah menerima panggilan itu dengan penuh syukur dan memperlengkapi diri untuk optimal dalam berkarya memenuhi panggilan Tuhan.
Ketiga, yakin Tuhan menyertai dan melengkapi kita dalam memenuhi panggilan-Nya. Yeremia diutus Tuhan ke tengah bangsa Israel yang saat itu penuh dosa karena ketidaksetiaan dan kekurangpercayaan kepada Allah. Yeremia merasa tidak sanggup. Di ayat 6 ia mengatakan,”Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” Tuhan tahu kelemahan dan kekurangan itu. Karenanya saat memanggil seseorang, Tuhan juga akan melengkapi dan menolongnya. Ayat 9: Allah menolong Yeremia untuk mengatasi kelemahannya: Ia menjamah mulut Yeremia dan menaruh perkataan-perkataan Allah di dalamnya sehingga Yeremia tidak perlu minder lagi karena kini ia tidak lagi susah bicara. Allah juga berjanji menyertai atau mengiring langkah Yeremia.
Yohanes Calvin mengatakan,“Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan-Nya panggilan. Tidak ada pekerjaan apapun betapapun kecil dan hinanya yang tidak akan bersinar-sinar dan dinilai berharga di mata Tuhan.” Mari jawab panggilan Tuhan untuk menjadi kepanjangan tangan-Nya di tengah keluarga, kerja, usaha, pelayanan, dan kehidupan sosial di lingkungan kita berada.
Kita pasti punya kelemahan dan kekurangan. Tapi itu tidak menghalangi kita untuk memenuhi panggilan Tuhan menjadi rekan sekerja-Nya. Kita yakin Tuhan yang memanggil, Tuhan juga yang akan menyertai dan melengkapi dengan berbagai kemampuan supaya kita bisa memenuhi tugas panggilan kita. Yang diperlukan dari kita adalah terus mendengar suara, vocation-vocare, panggilan dalam diri kita dan tidak memadamkan suara itu, sebaliknya memakai suara itu sebagai pengingat dan sumber kekuatan dalam menjalani tiap tugas yang Tuhan percaya. Soli Deo gloria.