Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 6 Oktober 2013

Beberapa hari yang lalu, salah satu TV swasta menayangkan sebuah acara yang menarik, yaitu “Angka Bicara”. Melalui acara ini, terungkap dari hasil survey, bahwa 75% pasutri tidak lagi memiliki rasa saling percaya, bahkan kedua belah pihak mengaku telah melakukan banyak kebohongan kepada pasangannya. Kita berharap hasil survey ini keliru, sebab jika sebaliknya, maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga seperti itu. Namun ada sebuah keprihatinan jika hal itu benar, sebab akhir-akhir ini memang kenakalan remaja cenderung meningkat. Tawuran, kekerasan, kriminalitas, dan pelanggaran-pelanggaran etika dan moral dari ABG menjadi tontonan sehari-hari. Keadaan ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena generasi penerus, justru terbentuk menjadi generasi pemberontak yang tak terkendalikan. Mengapa semua ini terjadi? Tentu saja karena anak-anak telah kehilangan figur orang tua, sebagai contoh atau teladan yang dapat mengayomi dan mengarahkan kehidupan mereka.

Bulan keluarga tahun ini, diawali dengan tema “Keluarga Beriman”, atau jika ingin dipertajam lagi “Orang Tua Yang Beriman”. Hal ini mengacu dari konteks bacaan, yang mengungkapkan peranan Yosua sebagai pemimpin umat Israel, sekaligus sebagai pemimpin keluarganya. Jadi melalui Firman Tuhan ini, kita akan belajar bagaimanakah teladan dari orang tua yang beriman. Orang tua yang beriman adalah:

1. Orang Tua yang Mengutamakan Tuhan (ay 14-15)
Mengutamakan Tuhan dalam hal ini berarti, memprioritaskan Tuhan lebih dari apa pun, sehingga tercermin dalam tindakan ketaatan kepada Allah. Seruan Yosua dalam ayat 14-15 menegaskan hal ini. Sebab kemampuan meletakkan prioritas dalam urutan yang benar merupakan kunci keberhasilan dalam hidup. Israel pun berhasil memasuki tanah Kanaan, karena mengutamakan kehendak Tuhan. Hal ini juga selaras dengan sabda Tuhan Yesus, bahwa kita harus menjadikan Allah yang utama dalam hidup ini. “…..Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33).

2. Orang Tua yang Mendidik Anak-Anaknya untuk Hormat akan Tuhan
Sepanjang pasal 24 sebenarnya Yosua sedang bersaksi, menasehati, mengajar, dan mendidik bangsa Israel untuk takut dan hormat kepada Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Yosua untuk mengingatkan bangsanya, supaya mereka jangan sampai lupa kepada kebaikan dan anugerah Tuhan yang begitu luar biasa, yang telah menuntun mereka memasuki tanah Kanaan. Soalnya selama ini mereka hidup sebagai pengembara, namun di tanah Kanaan mereka hidup dalam kelimpahan. Itu sebabnya Yosua kuatir, bahwa kenyamanan hidup bisa saja membuat mereka lupa bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan.

3. Orang Tua yang Membawa Keluarganya untuk Memiliki Komitmen Setia Beribadah dan Melayani Tuhan (ay 14-15)
Yosua membuktikan bahwa dia telah memulai kesetiaan untuk menyembah dan melayani Tuhan mulai dari keluarganya. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa Yosua menjadi sosok yang betul-betul bertanggungjawab membawa keluarganya kepada Tuhan. Setelah itu ia juga mengajak seluruh umat untuk setia hanya kepada Allah.  

4. Orang Tua yang Memberi Teladan dalam Takut akan Tuhan (ay 15)
Akhirnya teladanlah yang paling diperlukan oleh anak-anak kita sebagai khotbah yang hidup. Tanpa teladan hidup dari orang tua, semua nasehat, didikan, hanya menjadi teori yang tidak berguna malah menjadi batu sandungan. Sebab pada dasarnya teladan hidup itu berbicara lebih kuat dan berdampak lebih besar dari pada sekedar sebuah nasehat yang bagus. Dalam hal ini pun, nyata bahwa Yosua adalah sosok yang selalu memberi teladan, ketika ia berkata: “….Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”  

RR