Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 21 Oktober 2012
Bu Ima Terror dengan marah mengejar suaminya di antara kerumunan orang di kebun binatang sambil mengacung-acungkan payungnya dan mengumpat-umpat. Dengan ketakutan sang suami yang berkeringat dan kehabisan napas itu tiba-tiba justru berlari ke sebuah kandang singa yang tidak terkunci. Ia segera membuka pintunya, masuk ke dalam kandang, mengempaskan pintu cepat-cepat, kemudian mendorong singa yang masih keheranan disitu dengan sekuat tenaga agar singa itu menutupi pintu kandang. Lalu ia bersembunyi di balik punggung si singa yang buas. Istrinya yang frustrasi terus-menerus mengacungkan payung di luar kandang, dan akhirnya dengan penuh kemarahan ia berteriak: "Ralph, keluar kau pengecut!"
Ralph dalam kisah fiksi ini tak ubahnya seperti orang-orang Israel yang tercatat dalam kitab Bilangan. Mereka bingung, kepada siapa sesungguhnya mereka harus takut. Mereka melihat diri mereka seperti belalang jika dibandingkan dengan raksasa-raksasa yang ada di tanah yang ditunjukkan Allah (13:32,33).
Jika kita begitu takut kepada orang sehingga tidak lagi mengikuti Tuhan, berarti kita sudah tidak mempercayai-Nya. Itu juga berarti kita telah meragukan rencana-Nya, kuasa-Nya, dan janji-janji-Nya. Kita lupa bahwa Dia yang di atas segalanya adalah satu-satunya Pribadi yang mesti ditakuti-artinya yang harus dihormati, dipercayai, dikasihi dan ditaati.
Perintah yang paling sering diberikan dalam PL adalah “takutlah akan Allah.” Takut akan Tuhan adalah kesadaran akan kebesaran, kekudusan, keadilan dan kebenaran Allah. Takut akan Tuhan, berarti memandang Dia dengan penuh kekaguman dalam penghormatan yang kudus. Bilamanakah kita menjadi orang yang takut akan Tuhan? Pertama, Ketika kita memiliki keasadaran akan kemuliaan dan kebesaran Allah. Seperti pemazmur yang kagum ketika memandang Allah sebagai Pencipta. “Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman maka semuanya jadi, Dia memberi perintah maka semuanya ada.” (Maz 33:8-9). Kedua, kita juga belajar bahwa takut akan Tuhan ada dalam kehidupan kita, jika kita telah mengalami berkat keselamatan yang dari Allah. Dalam Kel 14:31, mengisahkan bagaimana respon bangsa Israel pada saat terluput dari maut. “Ketika dilihat orang Israel betapa besar perbuatan yang telah dilakukan Tuhan…..maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN….” Penyelamatan Allah menyebabkan orang percaya menaruh iman dan harapannya hanya kepada Allah. Ketiga, takut akan Allah karena kesadaran bahwa ialah yang menghukum dosa dan Dia maha adil yang akan menghakimi dan menuntut pembalasan atas setiap perbuatan. Firman Tuhan berkata: “Ngeri benar jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.” (Ibrani 10:31). Selain itu, yang keempat, takut akan Tuhan melanda hidup kita, ketika kita menyadari berkat yang kita alami terus menerus dalam hidup kita, berupa kelimpahan, pengampunan dosa, pemeliharaan, dll. Semuanya itu seharusnya membawa kita semakin takut akan Tuhan dan mengasihiNya dengan sepenuh hati. Implikasinya hidup kita semakin taat dan menjauhi dosa serta yang terpenting seperti Yosua mengajar serta mendidik anak-anak menjadi takut akan Tuhan (Ul 4:10, 6:1-2 ; Yos 24:14-15). Amin