Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 23 September 2012
Doa adalah salah satu sarana manusia (yang percaya) untuk berhubungan dengan Tuhan. Orang yang berdoa tentu sudah memiliki iman bahwa Tuhan akan mengabulkan atau dapat memberikan apa yang dimintanya. Namun, demikian, dalam kenyataan ada banyak orang yang mengalami bahwa tidak atau belum dijawab: yang sakit belum dapat kesembuhan, kesuksesan dalam usaha atau karier, mendapatkan jodoh tak kunjung dialami. Dan banyak hal lain yang senada bahwa doanya tidak atau belum dijawab Tuhan.
Dalam Markus 11:20-26 Tuhan Yesus memberikan pengajaran mengenai doa atau permintaan kepada Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa percaya kepada Allah, iman yang teguh dan tidak bimbang, memiliki peranan besar dalam terpenuhinya permintaan; tidak hanya membuat pohon menjadi kering, melainkan bisa memindahkan gunung dan mencampakkannya ke laut.
Iman atau percaya yang menuntut penyerahan diri, bahwa apapun yang terjadi pada diri seseorang menyangkut doa atau permintaannya adalah jawaban Tuhan atau menyerahkan sepenuhnya apa yang dimintanya kepada Tuhan. Sebagai konsekuensinya, orang tersebut memahami bahwa Tuhan menjawab doanya, apa saja yang dialami; apakah sesuai dengan keinginannya atau tidak. Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan manusia. Yang perlu dilakukan orang adalah menyerahkan segala permintaannya kepada Tuhan, sebagaimana yang dikatakan Yesus di ayat 24, ‘… percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.’
Dalam konteks Yakobus 5:16 doa itu besar kuasaNya. Sudahkah doa-doa kita selama ini menjadi doa efektif ~ doa yang berkesan, berdampak, berpengaruh, manjur, mujarab, membawa hasil atau berhasil guna.
Dalam Yakobus, diberi contoh Elia orang yang biasa biasa saja dipakai Tuhan dengan luar biasa, yaitu ketika Dia percaya pada Tuhan dan bersungguh-sungguh berdoa atau tidak jemu-jemu Yak. 5:17a; 1 Rj.18:41-44 Setelah Elia mengetahui kehendak Tuhan secara pasti dan telah percaya akan apa yang dikatakan Tuhan, maka yang ia lakukan selanjutnya adalah bersungguh-sungguh berdoa. Dalam bahasa Yunani kata ini berarti “dan ia berdoa di dalam doa” ~ hati yang turut berdoa atau memiliki kehidupan doa. Tidak berdoa di dalam doa artinya ~ seseorang yang dengan malas mengucapkan kata-kata yang dirumuskan/dihafalkan di dalam keagamaan atau melakukan doa sebagai suatu tradisi keagaan saja.
Elia berdoa di dalam iman ~ doa yang dipanjatkan karena mengenal kehendak Allah. Robert Law berkata, “doa bukannya melaksanakan kehendak manusia di sorga, melainkan melaksanakan kehendak Allah di dunia
Doa dalam penyerahan diri dan ketaatan juga harus disertai sikap hidup yang baik, yaitu mengampuni orang lain yang berbuat salah. Setiap orang tidak ada yang luput dari dosa. Ia membutuhkan pengampunan Tuhan dan sebelum ia datang memohon pengampunan Tuhan, Ia sudah terlebih dahulu mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Pengampunan kesalahan orang lain bahkan dijadikan syarat menerima pengampunan Tuhan (ayat 26). Jadi di dalam berdoa, orang perlu memiliki iman yang teguh, tidak bimbang disertai semangat / kesediaan mengampuni dan menjaga kekudusan hidup / tidak berbuat dosa lagi.
Itu sebabnya dalam Mazmur 24:3 Pemazmur mengatakan "siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan ?" Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus ? Pemazmur memberikan 4 (empat) syarat yang sangat penting kalau mau melihat doa-doa kita di jawab Tuhan.
1. Orang yang bersih tangannya – Mazmur 24:4. Orang yang dapat menerima jawaban doa-doa mereka adalah orang yang tidak melakukan kejahatan. Tangan yang bersih adalah orang yang tidak melukai hati orang lain, dan sesamanya, suami/istri dsb. Orang yang bersih tangannya hidup seperti yang Tuhan harapkan. Orang seperti inilah yang dapat datang ke hadirat Tuhan dan memohon kepada Tuhan. Tingkah laku, sikap kita bersih dan benar.
2. Hati yang murni/suci – Mazmur 24:4. Hati yang suci adalah hati yang tidak menyimpan kemarahan, hati yang memaafkan. Jangan bermain dengan dosa. Bila kita melayani Yesus Kristus, memberi persembahan, bila kita memberkati satu sama lain dalam Yesus, apakah motif kita? Apa isi hati kita? Apakah karena kita mengasihi atau karena orang tersebut akan memberkati kita atau akan memberi peluang untuk melayani? Hati yang murni bebas dari motif yang salah.
3. Yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan (=berhala). Mereka adalah orang yang tidak meletakkan benda/perkara manusia jauh lebih penting dari Tuhan Yesus dalam hidupnya (Matius 6:33). Kita harus menempatkan Tuhan Yesus Kristus sebagai yang terutama dalam hidup kita, maka Dia akan melindungi, memelihara dan mencukupkan segala keperluan kita. Dia akan menjaga hal-hal yang penting dalam hidup kita. Banyak kali seseorang/ pekerjaan/ kemewahan/ uang kita jauh lebih penting daripada Tuhan Yesus. Kita harus memeriksa hidup kita sebab banyak kali doa kita tidak dijawab karena Tuhan Yesus tidak ditempatkan di tempat yang pertama dalam hidup kita.
4. Yang tidak bersumpah palsu. Ada kalanya kita berkata: "kalau Tuhan…… saya akan …….", tetapi kita tidak melakukan janji itu. Jangan mengatakan sumpah palsu. Jangan mengatakan sesuatu kepada Tuhan yang tidak dapat kita lakukan.
SO