Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 18 Desember 2022

Bacaan Alkitab: Matius 1 : 18-25

Ada sebuah ungkapan terkenal yang mengatakan, “satu hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian”. Kita menyadari bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan kita di masa mendatang. Apakah keluarga kita akan baik-baik saja? Apakah usaha kita akan lancar? Apakah saya masih bisa melanjutkan studi? Apakah orang tua atau anak saya masih akan selalu bersama-sama dengan saya? Apa lagi pergumulan yang harus saya dan keluarga saya alami? Apakah betul resesi akan terjadi? Mungkin masih banyak lagi hal yang membuat kita khawatir.

Kekhawatiran yang kita rasakan dapat menjadi salah satu alasan bagi kita untuk meragukan kuasa Tuhan di dalam kehidupan kita. Rasa ragu ini jugalah yang tampaknya dialami oleh Yusuf di dalam Injil Matius 1:18-25. Bagaimana tidak? Tunangannya tiba-tiba hamil padahal mereka belum berstatus suami-istri. Jika hal ini diketahui oleh masyarakat pada masa itu, Maria dapat dihukum dengan dirajam batu. Oleh karena itu, di dalam ayat 19 dicatat bahwa Yusuf bermaksud untuk menceraikan Maria dengan diam-diam.

Di tengah kebimbangannya, seorang malaikat Tuhan datang kepada Yusuf dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Mat. 1:20). Selain meneguhkan dan mendorong Yusuf untuk tetap mengambil Maria sebagai istrinya, Malaikat pun memberi tugas kepada Yusuf agar ia memberi nama Yesus kepada anak yang dikandung oleh Maria. Hal ini terjadi agar genaplah apa yang dinubuatkan.

Setelah Yusuf mendengar dan memahami rancangan keselamatan Allah, ia kemudian memperlihatkan ketaatannya untuk melakukan kehendak Tuhan. Tanpa banyak kata, ia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Kehadiran dan penyertaan Allah yang memampukan Yusuf untuk taat pada kehendak-Nya, meskipun jalan yang dilaluinya tidak selalu mudah.

Begitu pun dengan kehidupan kita saat ini. Memang tantangan dan pergumulan kehidupan tidak akan pernah hilang dari hidup kita. Namun percayalah, janji penyertaan Allah akan selalu ada bagi kita dan memampukan kita untuk dapat menjalani setiap langkah kehidupan kita dengan sukacita asal kita berpegang dan beriman teguh kepada-Nya.

Pertanyaan Refleksi:
1. Apa yang menjadi pergumulan Anda saat ini?
2. Bagaimana Anda merefleksikan dan mengaplikasikan perenungan pada hari ini ke dalam kehidupan Anda dan keluarga?
Doakanlah orang-orang yang saat ini terlintas di pikiran Anda, agar mereka terus beriman di dalam Tuhan dan mendapatkan sukacita dari Sang Sumber Sukacita yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Pnt. Devina Erlin Minerva