Apa itu berpuasa?
Secara sederhana, puasa adalah suatu bentuk disiplin rohani dimana seseorang berpantang makan/minum secara sukarela. Berpuasa bukanlah 'barang baru' di Alkitab. Praktek berpuasa telah dikenal secara luas di lingkungan umat Tuhan, baik di Perjanjian Lama maupn Perjanjian Baru. Kristus sendiri berpuasa (Mat 4:2 dst) serta memberi petunjuk tentang bagaimana sikap seseorang seharusnya ketika berpuasa (Mat 6:16-18). Jemaat mula-mulapun mempraktekkan puasa (Kis 9:9; 13:2; 14:23)

Mengapa berpuasa?
Dalam pemahaman orang Kristen sekarang, puasa seringkali dianggap penting ketika kita memohon sesuatu permintaan pada Tuhan.

Di dalam Alkitab, puasa biasanya dilakukan ketika memohon petunjuk Tuhan (Hak 20; Kis 14:23), ketika memohon kelepasan atau perlindungan (2 Taw 20:3-4; Ezr 8:21-23; Neh 1:3-4; Est 4:15-16; Dan 9:3), untuk mengungkapkan perkabungan (1 Sam 31:13; 2 Sam 1:11-12; 20-34), untuk mengungkapkan pertobatan kita kepada Tuhan (1 Sam 7:6; Yoel 2:12; Yun 3:5-8), dan untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan (1 Raj 21;27-29).

Dalam puasa, orang memusatkan diri kepada Allah, merendahkan diri dan mencari kehendakNya (Yes 58:2-6). Dengan melakukan disiplin DOA puasa, kita mengasah kepekaan kita akan kehadiran Tuhan dan orang lain. Puasa juga merupakan alat untuk mendidik kita mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengalahkan kedagingan kita. Jadi janganlah berpuasa semata-mata hanya agar permohonan kita dikabulkan Tuhan.

Keunikan puasa Kristen
Dalam ajaran agama lain juga terdapat disiplin berpuasa. Namun puasa yang kita terapkan memiliki keunikan sebagai berikut:

  • Kita berpuasa bukan untuk menebus dosa-dosa; bukan sebagai tindakan amal. Dosa kita ditebus hanya oleh pengorbanan Kristus yang sifatnya anugerah. Segala amal ibadah, termasuk berpuasa, tidak bisa menebus dosa atau menambah pahala. Kita diselamatkan bukan berdasarkan perbuatan dan amal baik kita, melainkan hanya lewat anugerah dan iman pada Yesus Kristus
  • Puasa bukanlah kewajiban agama yang bersifat legalistik/wajib hukumnya. Oleh sebab itu, berpuasa harus kita lakukan dengan kesadaran kita sendiri, tanpa paksaan dan dengan sukacita. Juga cara berpuasa kita bisa saja berbeda dengan cara berpuasa rekan lainnya. Tidak ada aturan baku. Semuanya berpulang pada tekad kita sendiri.
  • Berpuasa tidak menjadikan kita orang Kristen yang lebih hebat/saleh daripada orang lain. Maka janganlah puasa dijadikan cara untuk mengukur kerohanian kita, lalu merendahkan orang Kristen yang tidak ikut berpuasa. Janganlah berpuasa hanya untuk menonjolkan diri di depan orang lain (Mat 6:16-18)

Praktek berpuasa
Karena puasa bukanlah kewajiban, melainkan muncul dari kesadaran diri, maka tidak ada aturan baku tentang pelaksanaannya. Setiap kita hendaklah melakukan puasa menurut kemampuan dan pergumulan masing-masing.

  • Pada umumnya orang yang berpuasa mengurangi makan dan minum
    • Pilihan Pertama: tidak makan dan minum pada siang hari (skip lunch). Puasa dimulai pada pagi hari dan baru makan pada petang/malam harinya.
    • Pilihan Kedua: hanya makan satu kali sehari. Misalnya, hanya makan pagi saja, namun dalam porsi yang cukup.
    • Pilihan Ketiga: berpuasa makan namun tidak berpuasa minum.
    • Pilihan Keempat: berpuasa dengan mengurangi makanan tertentu. Misalnya hanya makan sayuran.
    • Bentuk-bentuk lainnya sesuai dengan kesepakatan yang sudah dipergumulkan antara kita dengan Tuhan.
  • Ada juga orang yang berpuasa dalam bentuk menahan diri dari menonton TV (terutama jika kita begitu sering menonton TV), dan lain-lain. Intinya, kita mengalihkan kegiatan atau dorongan manusiawi yang biasanya kita lakukan, ke arah hal-hal yang merupakan disiplin rohani.
  • Berpuasa bukan hanya tidak melakukan hal-hal tertentu, namun juga melakukan apa yang selama ini lalai kita lakukan. Misalnya:
    • Ketika kita tidak makan pada siang hari, maka jatah uang makan kita dapat dialihkan untuk memberi makan anak jalanan atau dipersembahkan untuk pelayanan gereja.
    • Ketika waktu makan siang tiba, kita menggunakan waktu itu untuk merenungkan firman Tuhan atau berdoa atau membaca buku-buku rohani yang dapat mendekatkan hati kepadaNya

Dengan berpuasa, kita dapat mengasahkan kepekaan kita akan kehadiran Tuhan dan orang lain.

Pada rangkaian acara seri doa menjelang Pentakosta 2015, khususnya pada hari Jumat dan Sabtu, 15 dan 16 Mei 2015 yang akan datang, kita akan melakukan puasa bersama di rumah masing-masing sebagai bagian dari perenungan kita akan arti/makna penantian pencurahan Roh Kudus pada hari raya Pentakosta. Mari kita bersama-sama mengikuti puasa di rumah masing-masing ini. Semoga kita mendapatkan pengalaman iman yang indah pada masa penghayatan menjelang Pentakosta tahun ini!