“Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini,” demikian dikatakan Ketua Majelis GKI Gading Serpong, Pnt. Hendri Thamrin dalam pembukaan Vision Nite 40 DOP di aula lantai 6, SMAK Penabur Gading Serpong, Tangerang, pada Sabtu, 15 Agustus 2015, pukul 17.00 WIB. Dengan mengambil kisah kematian Raja Ahab dalam 1 Raja-Raja 22 karena kehabisan darah oleh panah yang ditembakkan dengan sembarangan dalam peperangan dengan Aram, Pnt. Hendri Thamrin mengatakan, “Kebetulan sekali, panah itu pas mengenai sambungan baju zirahnya, padahal Raja Ahab sudah mengenakan baju zirah. Dia juga sudah memerintahkan pengemudi keretanya untuk keluar dari ajang pertempuran, tapi kebetulan juga pertempuran bertambah seru sehingga dia terjebak di sana, dan mati karena kehabisan darah. Tetapi sebenarnya itu semua sudah dikatakan oleh Nabi Mikha. Jadi tidak ada yang kebetulan dengan semuanya. Demikian juga dengan kehadiran kita saat ini.”
40 Days of Purpose merupakan kegiatan yang diadaptasi dari program yang dibuat oleh Dr. Rick Warren, gembala gereja Saddleback, California. Dalam program itu, selama 40 hari jemaat akan dituntun dalam Kelompok Kecil yang bertujuan menjawab pertanyaan mendasar, “Untuk apakah aku hidup?” Peserta yang mengikuti kegiatan ini sekitar 1000 orang dari GKI Gading Serpong dan juga ada perwakilan dari GKI Pondok Makmur, terdiri dari para fasilitator yang menjadi pemimpin kelompok, host yang menyediakan tempat untuk berkumpul, dan para anggota kelompok. Setiap peserta mendapatkan buku “The Purpose Driven Life, Panduan Studi Kelompok Kecil dan gantungan kunci. Buku “The Purpose Driven Life” karangan Rick Warren yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia wajib dibaca oleh tiap peserta. Selama 40 hari, peserta akan membaca satu bab tiap hari dari buku tersebut. Panduan Studi Kelompok Kecil berisi topik-topik yang akan dibahas dalam Kelompok Kecil, yang idealnya terdiri dari 5-10 orang per-kelompok. Dalam setiap pertemuan, Kelompok Kecil akan membahas satu bab dari Panduan Studi Kelompok Kecil. Ada pun gantungan kunci berisi ayat-ayat hafalan yang berkenaan dengan program 40 DOP.
Acara 40 DOP 2015 adalah yang kedua kalinya setelah sebelumnya GKI Gading Serpong pernah pula mengadakannya pada tahun 2009. Pada kesempatan ini, Bp. Alfred dan istrinya, Pnt. Junita, memberikan kesaksian bagaimana DOP 2009 yang diikutinya telah mengubah hidup mereka. “Saya lahir dari keluarga Kristen, disidi pada usia 17 tahun, menikah dengan istri yang cantik, dikaruniai anak yang pintar, sukses dalam karir. Apakah Tuhan tersenyum dengan semua itu? Apakah Tuhan tersenyum saat saya melakukan pelayanan di gereja, main musik, menjadi guru sekolah minggu?” Melalui DOP 2009, berlanjut dalam Kelompok Kecil yang masih tetap ada sampai saat ini, Bp. Alfred merasakan semakin mendapatkan Firman Tuhan, “Semakin tahu Firman Tuhan, saya semakin haus.” Dan itulah yang mengubahnya.
Pdt. Andreas Loanka, pada kesempatan ini juga memberikan penjelasan tentang kegiatan 40 DOP. “Mendorong kebangunan rohani dan pemberdayaan jemaat untuk mencapai tujuan Allah bagi gereja-Nya dan dunia ini. Dan mengarahkan jemaat untuk mengerti jawaban mendasar yang sering terlintas dalam pikiran, untuk apakah saya hidup di dunia ini?”
“Worship (penyembahan), fellowship (persekutuan), discipleship (pemuridan), ministry (pelayanan), evangelism (penginjilan). Dan hasil yang diharapkan adalah membantu peserta untuk 5 C (center, connect, cultivate, contribute, communicate), yaitu berpusat pada Allah, mempunyai hubungan dengan Allah dan sesama, bertumbuh secara rohani menjadi saleh, melayani Tuhan dan sesama, menyaksikan iman ke seluruh dunia.”
Kegiatan 40 DOP yang berlangsung selama 40 hari, dibuka pada Vision Nite 15 Agustus 2015 dengan penyalaan api secara seremonial oleh Pdt. Andreas Loanka, Pdt. Santoni, dan Pnt. Hendri Thamrin. Api yang akan menyala terang selama 40 hari itu merupakan simbol nyala hati jemaat yang tetap semangat BGA (baca, gali Alkitab) demi menemukan jawaban, “Untuk apakah aku hidup di dunia?”
Pada kesempatan ini, Teater Etrog juga menampilkan drama yang mengisahkan pertanyaan mendasar dari mahasiswa, pedagang koran, seorang pekerja, ibu rumah tangga, tentang apakah tujuan hidup di dunia. Apakah hanya menjalankan rutinitas atau ada hal lain dibaliknya.
Acara ini ditutup dengan pembacaan prosa dan doa oleh Pdt. Santoni, yang berisi bahwa hidup manusia yang singkat itu hanyalah seperti gladi kotor untuk masuk dalam hidup yang kekal.