Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 20 Mei 2012

Keluarga adalah basis kegiatan pewarisan iman Kristen. Tetapi kenyataannya, pada masa sekarang banyak orang yang kurang tanggap terhadap hal yang penting. Kemajuan jaman membawa dampak positif, seperti kemakmuran, kehidupan yang serba mudah dsb. Tetapi tidak bisa dipungkiri ada dampak negatif bahkan membahayakan, seperti pergaulan anak yang sukar dikendalikan dan pada pihak lain orang tua kurang memberi perhatian dan waktu untuk keluarga.

Sebagai orang tua apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita? Sering jawabannya adalah orang tua akan mewariskan harta benda. Banyak orang tidak usah berlelah-lelah bekerja telah menerima warisan dari orang tuanya secara otomatis. Tetapi pengetahuan dan kelakuan baik serta iman tidak otomatis dapat diwariskan. Itu sebabnya pewarisan iman sangat penting dalam keluarga.

Ulangan 6:4–9 menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orang tua untuk mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Bagaimana caranya?

1. Mendengar Firman Tuhan
Keluarga (Orang tua) yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Pembelajaran ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari firman Tuhan, yaitu Alkitab, dengan pertolongan Roh Kudus sehingga firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita dan menuntun keluarga.

2. Mematuhi
Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orang tua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orang tua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orang tua mereka.

3. Mengajar
Bagaimana mengajarnya??

  • Dengan rajin
    Meskipun mengasuh anak bukanlah satu-satunya tugas orang tua dalam hidup ini, tetapi ini menjadi tanggung jawab yang penting yang tidak dapat diremehkan. Harus dengan rajin mendidik anak, dan tidak diserahkan saja kepada gereja, sekolah ... padahal sekian jam lebih banyak di rumah.
  • Dengan berulang-ulang.
    Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orang tua dengan berulang-ulang siang dan malam. Berulang-ulang berarti tidak bosan bosannya, bukan sekali-kali, tetapi terus-menerus, tak pernah berhenti, tak pernah bosan mengajarnya kepada anak anak.
  • Dalam kehidupan sehari hari.
    Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Kata kerja "duduk, berjalan, berbaring, dan bangun" adalah aktivitas sehari-hari manusia. Bangun tidur, duduk lalu berjalan melakukan aktivitas lalu berbaring untuk beristirahat .. artinya mendidik dengan aktivitas sehari-hari, dengan teladan hidup yang nyata sehari-hari.

Teladan hidup:

  • Haruslah engkau mengikatnya sebagai lambang di tanganmu
    Orang orang Yahudi memakai sepuluh Firman Tuhan dengan diikatkan pada tangannya, artinya mereka ingin tangannya melakukan pekerjaan dan usaha sesuai Firman Tuhan. Demikian juga dalam mendidik anak-anak, orang tua Yahudi tidak memukul anak anaknya, artinya menggunakan tangan dengan sebaik-baiknya. Hati-hati dengan tanganmu sebagai orang tua.
  • Menjadi lambang di dahimu Teladan hidup
    Dahi digambarkan sebagai vision, memandang ke depan, artinya Firman Tuhan dijadikan pandu dalam memimpin keluarga dalam mendidik anak anak.
  • Menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
    Tiang rumah adalah penyanggah ketegaran dan kekuatan sebuah rumah, artinya keluarga-keluarga harus menjadikan Firman Tuhan menyanggak, dasar dalam seluruh kehidupan berkeluarga. Pada tiang pintu rumahmu" juga bisa diartikan "seluruh isi rumah ini mengasihi TUHAN".
  • Menuliskannya pada pintu gerbangmu
    Pintu gerbang adalah tempat keluar masuk semua anggota keluarga, artinya seluruh kehidupan keluarga, didasarkan pada Firman Tuhan, keluarga yang hidup di dalam terang Firman Tuhan sehingga menjadi teladan.
  • - SO -