Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 14 Juli 2019
Tuhan Yesus menceritakan tentang orang Samaria yang murah hati yang menunjukkan belas kasihan kepada sesamanya. Ia menceritakan tentang seorang Yahudi yang dirampok habis-habisan dan ditinggalkan terkapar setengah mati di jalan. Seorang imam dan kemudian seorang Lewi melalui jalan itu dan melihat orang yang malang tersebut, tetapi mereka melewatinya dari seberang jalan dan mengabaikan orang itu (Luk. 10:31-32). Berbeda dengan orang Samaria itu. Walaupun ia sedang dalam perjalanan, tetapi ketika ia melalui tempat itu dan melihat orang yang terkapar tersebut, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Luk. 10:33). Ia pergi kepadanya lalu mengobatinya dengan minyak dan anggur serta membalut luka-lukanya. Kemudian ia menaikkan orang itu ke keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan uang dalam jumlah yang cukup kepada pemilik penginapan, dan berkata: “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali” (Luk. 10:34).
Tuhan Yesus menghendaki agar kita belajar dari orang Samaria yang murah hati itu, yang menyatakan belas kasihan dan bukan mengabaikan. Ingatlah firman yang disampaikan-Nya: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati” (Luk 6:36). Ia juga menekankan firman Allah yang berkata: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan…” (Mat. 9:13; 12:7).
Kemurahan hati dan belas kasihan itu membawa manfaat bagi orang lain, memuliakan Allah Bapa di surga, serta membahagiakan orang yang melakukannya. Perbuatan orang Samaria yang murah hati dan berbelas-kasihan itu mendatangkan manfaat bagi sesamanya dan memuliakan Allah (Luk. 10:33-37). Selain itu, kemurahan hati itu juga mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi orang yang melakukannya (Amsal 11:17; 14;21). Camkanlah apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:7).
AL