Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 19 Mei 2024
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2:1-21; Mazmur 104:24-35; Roma 8:22-27; Yohanes 15:26-27; 16:4-15
“Pentakosta” berasal dari bahasa Yunani, “Pentekoste” yang artinya hari yang kelima puluh. Karena itu pelaksanaan hari raya Pentakosta adalah dihitung 50 hari sejak hari raya Paskah, baik Paskah dalam Perjanjian Lama (merayakan keluarnya bangsa Israel dari Mesir) maupun dalam Perjanjian Baru (merayakan kebangkitan Kristus yang berarti keluarnya umat manusia dari jerat dosa dan kuasa maut).
Pentakosta dalam Perjanjian Lama dirayakan sebagai hari raya umat Israel yang disebut sebagai hari raya Shavuot. Semula umat Israel merayakan hari raya Pentakosta untuk memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai. Kemudian Pentakosta dirayakan oleh umat Israel sebagai pengucapan syukur atas hasil panen gandum; yang dirayakan selama tujuh minggu. Jadi dalam Perjanjian Lama, umat Israel menghayati hari raya Pentakosta sebagai “pencurahan” berkat-berkat Allah di dalam kehidupan mereka, yang mana berkat-berkat Allah tersebut dinyatakan secara spiritual dalam bentuk firman Allah yaitu Taurat, dan berkat Allah secara jasmaniah berupa makanan yang ditumbuhkan oleh Allah melalui hasil panen.
Bagi umat Kristen di Perjanjian Baru, hari raya Pentakosta dirayakan setelah 50 hari atau tujuh minggu sesudah hari raya Paskah yang bertepatan dengan hari kebangkitan Kristus. Selaku umat percaya, gereja mengenang karya Allah yang telah membangkitkan Kristus pada hari Paskah, dan kini mereka menunggu janji Kristus setelah Dia naik ke surga bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus. Dalam pemahaman iman umat Kristen, pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari raya Pentakosta dihayati sebagai buah sulung dari karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Dalam rangka itulah Allah di dalam Kristus menganugerahkan dan mencurahkan Roh Kudus agar umat percaya makin diteguhkan, dikuatkan dan dibimbing oleh Roh Kudus di tengah-tengah dunia ini.
Dalam Yohanes 15:26 disebutkan Roh Kudus adalah Penolong. Dalam bahasa Yunaninya digunakan kata parakletos yang secara harfiah memiliki banyak arti: pembela, pengantara, pendamping, pendorong, penguat, pelindung, penghibur dan penolong. Semuanya disimpulkan LAI dalam kata “Penolong”.
Sebagai Penolong, kehadiran Roh Kudus banyak berdampak pada hidup pengikut Kristus. Yesus Kristus, Sang Guru, telah naik ke sorga, 40 hari sesudah Ia bangkit. Namun karya-Nya tidak berhenti, karena para murid melanjutkan karya-Nya di tengah dunia ini. Mereka menjadi saksi kebangkitan-Nya dan karya kasih-Nya yang menyelamatkan. Untuk itulah Roh Kudus hadir memampukan kita menjadi saksi-saksi Kristus: para rasul dimampukan untuk mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan bahasa-bahasa lain yang dimengerti mereka. Mereka yang semula ketakutan dan tak berani keluar rumah, digerakkan untuk berani berkata-kata dengan pimpin Roh, bahkan berkhotbah dengan penuh kuasa sehingga pada hari itu, 3000 orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus dan memberi diri dibaptis.
Menjalani hidup sebagai pengikut Kristus dan mengerjakan tugas menjadi saksi-saksi-Nya, bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan dan rintangan. Puji syukur kita tidak sendiri. Ada Roh Kudus sebagai parakletos yang menolong kita. Ia memampukan kita untuk terus melanjutkan misi Kristus di tengah dunia: membagikan kasih dan kabar keselamatan.
Hari ini kita memperingati hari Pentakosta. Kalau umat Israel di Perjanjian Lama memperingati turunnya firman Tuhan dalam bentuk Taurat dan mensyukuri hasil panen dengan memberikan buah sulung; maka kita sebagai umat Tuhan sesudah Perjanjian Baru memperingati turunnya Roh Kudus dan mensyukuri karunia-karunia Roh yang memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah dan saksi-saksi Kristus, terutama kita bisa berkata-kata dengan penuh keberanian dan kebenaran dalam pimpinan Roh.
Karenanya kita hari ini juga mau mempersembahkan persembahan syukur tahunan kita, sebagai persembahan yang terbaik. Eka Darmaputera mengatakan: “Landasan pemberian bukan pada seberapa yang kamu mau berikan tapi seberapa yang mampu kamu persembahkan. Bukan seberapa yang kita suka tetapi seberapa berkat yang kita rasa. Besar kecilnya persembahan kita memang tidak menjadi ukuran besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan. Tapi sebaliknya besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Tuhan akan tampak melalui apa yang kita persembahkan kepada-Nya!”
Selamat merayakan Pentakosta, selamat merasakan kehadiran Roh Kudus sebagai Penolong dan selamat mempersembahkan pengucapan syukur tahunan.
Pdt. Danny Purnama