Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 27 September 2020

Bersaksi hanya melalui kehidupan yang baik, pelayanan kasih dan kepedulian kepada sesama saja masih belum cukup. Kita juga harus bersaksi melalui memberitakan Injil.

Memberitakan Injil adalah amanat dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri melakukan pemberitaan Injil pada saat Ia datang dan melayani di dunia (Mat. 4:23; 9:35). Ia juga memberikan amanat kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil. Pada saat Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama, Ia berkata: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat. 4:19). Setelah mati dan bangkit, sebelum terangkat ke surga Ia pun memberikan amanat: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:18-20).

Memberitakan Injil adalah suatu amanat dari Tuhan Yesus yang tidak boleh diabaikan. Sebagai orang yang telah menerima kasih dan anugerah Allah (Yoh. 3:16), hendaklah setiap murid Kristus memberitakan kasih dan anugerah Allah kepada sesama, agar mereka pun bisa mengetahui dan menerima kasih dan anugerah Allah itu. Orang-orang percaya yang telah menerima kasih Allah, hendaklah memiliki kasih dan membagikan kasih itu.

Paulus memberitakan Injil dengan motivasi kasih. Kasih Kristus yang menguasainya dan menggerakkannya untuk menjadi utusan Injil (2 Kor. 2:14, 19). Selain itu, kasihnya kepada sesama manusia membuatnya giat untuk mengabarkan Injil kepada mereka (bd. Kis. 17:16-17; 1 Kor. 13:1-6).

Karena kasihnya kepada Tuhan dan sesama, ia mengganggap memberitakan Injil adalah suatu keharusan baginya. Ia menuliskan, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Kor. 9:16). Paulus menyadari bahwa memberitakan Injil adalah tugas yang diberikan Tuhan Yesus untuk dikerjakannya dengan baik dan setia (1 Kor. 9:17). Sungguhpun Paulus adalah orang bebas, tetapi ia rela mengabdikan diri untuk melayani Tuhan dan sesama, serta mau cepat beradaptasi dengan orang-orang yang dilayani, agar dapat memenangkan sebanyak mungkin orang (1 Kor. 9:19-22). Apa upahnya? Ia mengatakan bahwa upahnya adalah ini: bahwa ia boleh memberitakan Injil tanpa upah (1 Kor. 9:18).

AL