Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 12 Maret 2023

Bacaan Alkitab: Keluaran 17:1-7; Mazmur 95; Roma 5:1-11; Yohanes 4:5-21,34-42.

Perempuan Samaria itu mengatakan bahwa, "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air". Permintaan yang memperlihatkan betapa kecilnya ia di hadapan Tuhan Yang Maha Besar. Permintaan yang menunjukkan betapa berharap dan berserahnya kepada Tuhan Yesus.

Kisah ini dimulai ketika Yesus sedang berjalan dari Yudea ke Galilea dan melewati daerah Samaria. Karena itu, la singgah di sebuah sumur di dekat kota Sykhar untuk beristirahat dan minum air. Ketika la tiba di sana, la bertemu dengan perempuan Samaria yang sedang mengambil air dari sumur tersebut. Sekilas, pertemuan ini tampak biasa-biasa saja. Tapi, jika kita lihat lebih dalam, ada banyak pesan dan nilai yang bisa kita pelajari dari kisah ini.

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa pada saat itu, orang Yahudi dan Samaria tidak saling bersahabat. Sejak zaman pembuangan ke Babel, orang Samaria dan Yahudi hidup terpisah dan tidak saling bercampur. Dan pada masa itu, seorang rabbi Yahudi tidak seharusnya berbicara dengan seorang perempuan Samaria. Namun, Yesus mengabaikan perbedaan dan batasan tersebut, dan bertanya kepada perempuan Samaria, "Berilah aku minum."

Kedua, perempuan Samaria yang ditemui Yesus adalah seorang perempuan yang tidak terhormat. la telah menikah dengan lima orang laki-laki dan saat ini ia hidup bersama dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya. Namun, Yesus tidak menghakimi atau menolaknya. la justru menawarkan air yang memberikan hidup kekal, yaitu iman kepada Yesus Kristus.

Ketiga, kisah ini mengajarkan kita bahwa Yesus datang untuk semua orang, tanpa terkecuali. Baik orang Samaria atau Yahudi, baik orang yang terhormat atau tidak terhormat, semua orang dipanggil untuk datang kepada-Nya dan menerima air hidup yang la tawarkan.

Dalam hidup ini, seringkali kita memandang orang berdasarkan status, latar belakang, atau bahkan penampilannya. Namun, kisah ini mengajarkan kita untuk melihat setiap orang sebagai saudara atau saudari yang sama, dan untuk mengasihi mereka tanpa syarat. Dalam hal ini, marilah kita mengikuti contoh Yesus, yang mampu melihat jauh melampaui perbedaan-perbedaan tersebut dan memandang hati setiap orang. Marilah kita juga membuka hati dan pikiran kita untuk menerima air hidup yang ditawarkan oleh Yesus Kristus, yang akan memberikan hidup yang kekal dan memuaskan hati kita yang haus akan kebenaran dan kasih-Nya.

Minggu PraPaskah Ill ini kita berpantang bagi mereka yang kita tidak sukai ataupun sebaliknya. Juga bagi mereka yang bertolakbelakang sehingga ide-ide selalu saja berbenturan. Kita berpantang menahan segala kemarahan kita, membungkusnya dengan lembaran-lembaran kesabaran. Kita ingat satu hal semua sudah diberikanNya air hidup. Maka bersatulah.

Pdt. Pramudya Hidayat