Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 29 Januari 2023

Bacaan Alkitab: Matius 5:1-12

Kita diundang untuk bahagia. Tetapi undangan itu bukan untuk bahagia menurut cara dunia, melainkan bahagia menurut ajaran Tuhan Yesus, Bahagia menurut cara dunia memang berbeda dengan bahagia menurut cara Tuhan Yesus.

Dalam tulisan ini, penulis mengajak pembaca melihat perbandingan kedelapan ucapan bahagia yang diajarkan Tuhan Yesus dengan kebahagiaan menurut cara dunia. Setelah itu, penulis hanya menguraikan tiga di antaranya, karena keterbatasan ruang untuk artikel ini.

Menurut cara dunia, berbahagialah orang yang:

Menurut ajaran Tuhan Yesus, berbahagialah orang yang:

1.     Kaya

1.     Miskin di hadapan Allah

2.     Bersenang-senang

3.     Berdukacita

3.     Kuat dan berkuasa

3.     Lemah-lembut

4.   Kenyang dan serba berkecukupan

4.     Haus dan lapar akan kebenaran

5.     Untung besar

5.     Murah hati

6.     Namanya terkenal

6.     Suci hati

7.     Mendapat kemenangan

7.     Membawa damai

8.     Hidup aman dan nyaman

8.     Dianiaya oleh sebab kebenaran

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3). Kerajaan Sorga itu adalah karunia Allah, dan tidak dapat dibeli atau diusahakan manusia (Ef. 2:8-9). Orang yang merasa diri mampu cenderung mau mengandalkan dirinya sendiri mendapatkan selamat, sehingga semakin jauh dari Kerajaan Sorga. Sebaliknya, orang yang miskin di hadapan Allah, akan datang ke hadirat Allah dengan rendah hati, mengakui dosa-dosanya, serta memohon belas kasihan-Nya. Mereka itulah yang beroleh kasih karunia Allah dan yang empunya Kerajaan Sorga.

“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” (Mat. 5:4). Ini adalah dukacita terhadap dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan, baik dosa-dosanya sendiri ataupun dosa orang lain. Ini adalah dukacita terhadap ketidak-adilan, kefasikan dan kelaliman manusia. Petrus berdukacita dan menangis karena dosa dan kesalahannya (Mrk. 14:72). Ia beroleh pengampunan dan penghiburan dari Tuhan. Paulus berdukacita dan menangis karena melihat banyaknya patung-patung sesembahan orang-orang Atena, lalu dengan penuh semangat memberitakan Injil kepada mereka. Akhirnya ia mendapatkan penghiburan, karena banyak orang-orang Atena yang bertobat dan percaya kepada Tuhan (Kis 17:16-17, 33-34).

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat. 5:5). Lemah lembut (meekness) bukanlah lemah gemulai atau lemah (weak). Tuhan Yesus adalah orang yang lemah lembut (Mat. 11:29), tetapi Ia dengan tegas mengusir para pedagang yang mengotori bait Allah dan mengganggu ibadah. Orang yang lemah lembut (meekness) tidak hanya menuntut hak-hak dirinya, tetapi hidup untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Orang yang lemah lembut memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan dan kebutuhan manusia. Contohnya adalah Bunda Teresa (Maria Teresa Bojaxhiu, 1910-1997).

Pdt. Andreas Loanka