Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 15 November 2015

Kalau kita berdoa, apakah yang kita harapkan? Sudah tentu kita mengharapkan agar doa kita dikabulkan. Itu adalah hal yang wajar. Tetapi sebagai orang beriman, hendaklah kita senantiasa menyadari bahwa Allah yang Mahakasih, Mahatahu, dan Mahakuasa “dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20).

Hana berdoa kepada Allah untuk memohon agar ia mendapatkan anak (1 Sam. 1:9-13). Doanya didengar dan dikabulkan oleh Allah (1 Sam. 1:19). Hana segera mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki, yang diberinya nama Samuel (1 Sam. 1:20).

Abraham juga berdoa kepada Allah untuk memohon agar ia mendapatkan anak. Allah mendengar doa Abraham.  Waktu Abraham berumur 75 tahun, Allah telah memberikan janji-Nya (Kej. 12:1-3). Tetapi Abraham mendapatkan anak laki-laki dari Sarah pada waktu ia berumur 100 tahun (Kej. 21:1-5). Jadi, Abraham harus menunggu selama 25 tahun.

Paulus pun berdoa kepada Allah.  Ia berdoa agar Tuhan mengangkat “duri dalam dagingnya.” Doanya didengar oleh Allah, tetapi jawaban doa yang diberikan-Nya melampaui apa yang dipikirkan Paulus. Tuhan berkata kepadanya: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor. 12:7-9).  Hal itu diresponi Paulus dengan hati yang senang dan rela. Ia berkata: “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor. 12:9-10).

 Allah mendengar doa orang-orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi Ia mengabulkan doa sesuai dengan hikmat dan kehendak-Nya. Ia bisa menjawab doa dengan: “Ya!” atau “Tunggu.”  Tetapi ada kalanya Ia menjawab : “Tidak, Aku memberikan yang lebih baik.”

 AL