Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 13 Maret 2016
Pada saat Tuhan Yesus disalibkan di bukit Golgota, gelap gulita meliputi seluruh daerah itu. Dari jam dua belas siang sampai jam tiga, selama tiga jam, matahari menyembunyikan wajahnya. Di tengah kegelapan itu pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Banyak orang Kristen yang sulit memahami perkataan Tuhan Yesus tersebut. Mengapa Allah Bapa meninggalkan Allah Anak? Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Namun itulah realita yang terjadi sebagaimana dicatat dalam Kitab Suci.
Allah Bapa meninggalkan Yesus karena pada saat itu Ia sedang menanggung hukuman bagi segenap dosa umat manusia di atas kayu salib. Ia yang tidak berdosa menjadi orang yang paling berdosa karena Ia sedang memikul dosa-dosa semua manusia. Ia harus menanggung murka Allah yang seharusnya ditujukan terhadap manusia yang berdosa. Oleh karena semua dosa umat manusia dipikul-Nya, maka Allah Bapa yang Mahakudus memalingkan muka dari-Nya dan meninggalkan-Nya.
Ditinggalkan Allah Bapa merupakan penderitaan Kristus yang terbesar. Ketika Dia ditinggalkan murid-murid-Nya, Ia tidak berkata, “Mengapa kalian meninggalkan Aku?” Ketika disesah, diludahi, dan dipaku di kayu salib, Ia pun tidak mengeluh. Tetapi pada saat pribadi Allah Bapa menjauhkan diri dari-Nya, Ia berseru dengan suara nyaring, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Seruan doa yang nyaring itu menunjukkan penderitaan Kristus yang begitu besar. Bukan hanya penderitaan fisik dan mental yang dialami-Nya, tetapi juga penderitaan spritual yang begitu mendalam. Seperti yang dikatakan Mattew Henry, “Kenyataan bahwa Yesus ditinggalkan oleh Bapa-Nya merupakan hal yang paling menyedihkan dan yang paling dikeluhkan oleh-Nya di antara semua penderitaan yang dialami-Nya.”
Tuhan Yesus mengasihi kita dan rela memikul dosa-dosa kita agar kita mendapatkan pengampunan. Ia rela terkutuk karena dosa agar kita beroleh anugrah keselamatan. Ia rela ditinggalkan Bapa-Nya agar kita dapat diperdamaikan dengan Sang Bapa. Betapa besar kasih Tuhan Yesus kepada kita, bagaimana kasih kita kepada-Nya?
AL