Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 30 October 2011
Drama yang kita saksikan bercerita tentang seorang Kristen yang bernama Pak Iman. Pak Iman adalah seorang penatua yang sibuk dalam pelayanan di Gereja. Meskipun begitu, ia dengan gampang menyalahgunakan uang kantor untuk kepentingan pribadinya. Ia bisa secara panjang lebar menasehati anak-anaknya untuk meneladani Tuhan Yesus yang membela orang lemah dan susah. Namun, ia sendiri sampai hati tidak mempedulikan kesusahan pegawai setianya, pak Ujang, yang butuh uang untuk mengobati ayahnya yang sakit jantung. Karena tidak bisa berobat, akhirnya ayah pak Ujang mati.
Istri pak Iman pun tidak jauh berbeda. Dari perkataan dan penampilan luarnya ibu Iman seperti orang saleh dan memperhatikan hal-hal rohani, tetapi ternyata hal itu hanyalah formalitas belaka. Hidup ibu Iman tiada bedanya dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mentang-mentang punya banyak uang, ia bertindak semena-mena terhadap pembantu rumah tangganya yang tidak berdaya. Tanpa belas kasihan ia melarang Iyem pulang kampung untuk mengunjungi ibunya yang sekarat dan kangen padanya.
Kisah itu memperlihatkan betapa ironisnya kehidupan sebagian orang Kristen. Mengaku mengenal Tuhan, tetapi hidupnya jauh dari Tuhan. Aktif beribadah dan sibuk melayani di gereja, tetapi kegiatan gerejanya tidak berdampak di hati dan hidupnya. Kehidupannya kacau, tidak menjadi berkat, dan tidak memuliakan Allah.
Kisah-kisah hidup orang-orang beriman yang telah diceritakan Alkitab justru menampakkan kehidupan yang berbeda. Kisah Abraham dalam Perjanjian Lama dan kisah Zakheus dalam Perjanjian Baru merupakan contohnya. Orang-orang yang beriman itu sungguh mengenal Tuhan dan taat kepada-Nya. Hubungan dengan Tuhan membawa pembaharuan dalam diri mereka. Mereka sungguh menyadari dan mensyukuri berkat-berkat Tuhan, sehingga mau menjadi berkat bagi sesamanya.
Kisah Abraham dan Zakheus tidak terlepas dari cerita terbesar yang pernah dikisahkan (The greatest story evertold), bahwa Tuhan mengasihi manusia. Ia datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Orang-orang yang percaya diberi hidup baru dalam relasi dengan Allah, diri sendiri dan sesama.
Kisah Abraham memperlihatkan betapa Allah mengasihi manusia. Allah berinisiatif datang kepada Abraham dan memanggilnya untuk meninggalkan sanak saudaranya dan pergi ke tanah yang akan ditunjukkan-Nya (Kej. 12:1), yaitu suatu tanah perjanjian yang berlimpah-limpah susu dan madunya (bd. Ulangan 6:3). Ia memanggil Abraham karena kasih dan anugerah-Nya semata, dan bukan karena kebaikan ataupun kelebihannya. Abraham dipanggil agar ia dapat menjadi saluran berkat di tengah-tengah dunia.
Allah memberikan suatu perjanjian kepada Abraham dan keturunannya. Dalam Kejadian 12:2-3 dan 17:4-8 tercantum perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya, bahwa: (a) Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat milik Allah sendiri; (b) Tanah Kanaan akan menjadi tempat kediaman mereka; (c) keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar; (d) melalui Abraham dan keturunannya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya itu disebut sebagai Perjanjian Lama. Di dalamnya ada berkat-berkat Tuhan, namun ada juga tanggung jawab manusia. Abraham dan keturunannya diberkati Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesamanya di muka bumi.
Abraham menjalankan perannya dengan baik, tetapi keturunannya gagal. Di kemudian hari, dalam berbagai cara bangsa Israel menolak anugrah Allah kepada mereka (Ul. 31:20b; Yer. 31:31-34). Mereka tidak setia kepada Allah, dan mulai menyembah dewa-dewi bangsa lain. Mereka tidak mentaati peraturan dan ketetapan-Nya. Mereka lupa bahwa kedudukan mereka di hadapan Allah hanyalah karena kasih karunia, dan menyalahgunakan perintah Allah untuk memaksa Allah memberkati mereka. Mereka melupakan tugas mereka untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Karena itu Allah mengadakan suatu perjanjian yang baru (Yer. 31:31).
Allah memberikan Perjanjian Baru melalui seorang yang lahir dari keturunan Abraham, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Perjanjian Baru itu diberikan kepada setiap orang dari semua bangsa yang percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Allah berjanji kepada mereka bahwa: (a) Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya; (b) dosa mereka diampuni dan hidup kekal dianugerahkan kepada mereka; (c) mereka menjadi anak-anak Allah dan ahli-ahli waris-Nya; (d) Allah mengutus Roh-Nya untuk tinggal dalam setiap orang percaya agar hidup mereka diperbaharui, sehingga mereka dapat menjadi saksi-saksi-Nya dan menjadi saluran berkat bagi sesamanya.
Kisah Zakheus adalah suatu contoh nyata tentang orang yang telah diberkati Tuhan dan mau menjadi saksi Kristus dan saluran berkat bagi sesamanya. Meskipun ia punya banyak kelemahan dan dosa, tetapi Tuhan mengasihinya dan peduli padanya. Tuhan Yesus berkenan menyapa Zakheus dan singgah ke rumahnya. Kasih dan perkataan Tuhan Yesus akhirnya memperbaharui hidupnya.
Zakheus, si pemungut cukai yang dipandang umat Yahudi sebagai orang berdosa dan pemeras rakyat itu, diubah menjadi manusia baru yang penuh kasih. Ia berkata kepada Tuhan Yesus bahwa separuh dari hartanya akan ia sedekahkan kepada orang miskin, dan kepada siapa saja yang pernah ia peras akan dibayarnya kembali empat kali lipat. Mendengar itu Tuhan Yesus berkata kepadanya, "Pada hari ini keselamatan telah datang ke dalam rumah ini. Orang ini adalah salah seorang anak Abraham yang telah hilang dan Aku, Mesias, telah datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Luk. 19:9-10, FAYH)
Cerita terbesar yang pernah dikisahkan adalah tentang Tuhan yang mengasihi manusia. Ia mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Setiap orang yang percaya kepada-Nya diberi hidup baru dan diberkati-Nya. Tetapi tidak berhenti sampai di situ saja. Ia menghendaki agar setiap orang yang telah mengalami berkat-Nya dapat menjadi saluran berkat bagi sesamanya. Itulah kisah nyata yang harus diperankan setiap orang percaya!. - AL -