Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 22 Juli 2012

Michael Greenberg adalah seorang pekerja kantoran yang tinggal di kota New York. Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya terutama ketika tiba musim dingin. Jika biasanya orang berjalan cepat menghindari cuaca dingin, Michael justru berlama-lama menyusuri jalanan di udara terbuka. Tasnya selalu berisi beberapa pasang sarung tangan, yang akan ia bagikan kepada tunawisma di pinggir jalan. Sehingga banyak tunawisma yang tertolong dari cuaca yang sangat dingin. Itu sebabnya kaum tunawisma di New York menyebut Michael dengan "Bapak Sarung Tangan Kasih", karena kasih dan kepeduliannya terhadap sesama.

Kasih dan kepedulian inilah, yang juga dimiliki oleh Tuhan Yesus ketika berusaha menyepi ke seberang danau Galilea bersama murid-muridNya. Ternyata orang banyak berbondong-bondong tetap mengikutiNya. Walau mereka harus menempuh perjalanan darat sejauh kurang lebih 15 Km, dengan tanpa persiapan bekal apapun. Kondisi itu memperlihatkan bahwasanya orang banyak itu dalam keadaan haus secara rohani, juga lelah dan lapar secara jasmani. Dan ketika Yesus melihat orang banyak itu "….tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan…karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala…." Kata "belas kasihan" berasal dari kata Yunani "esplagkhnisthe" yang berarti "bela rasa", "rahim" pengertian bela rasa melebihi dari simpati atau empati. Simpati berkaitan dengan perasaan kasihan kepada yang menderita. Sedangkan empati lebih kepada pikiran. Yaitu kemampuan menempatkan diri pada posisi orang yang menderita. Sedangkan bela rasa adalah belas kasihan yang begitu dalam yang menggerakkan dan mendorong seseorang untuk segera melakukan tindakan pertolongan. Itu sebabnya diterjemahkan juga dengan "rahim" seperti kasih yang tulus dari seorang ibu kepada anaknya. Sehingga rela berkorban apa saja demi kebutuhan dan kebaikan anaknya. Itulah bela rasa Tuhan bagi kita yang lemah.

Sehingga melalui kisah dalam Markus 6:30-56, ada beberapa kebenaran yang dapat menjadi berkat bagi kita:
1. Kristus memiliki "bela rasa" kepada umatNya. Ia mengerti persoalan apa yang kita alami. Bahkan Ia rindu untuk menolong dan mengatasi persoalan yang kita hadapi. KasihNya adalah kasih yang diwujudkan dalam perbuatan. (ay 30-34).
2. Kristus memiliki "kuasa" untuk mengatasi apa pun persoalan yang kita hadapi. Ia punya segala kuasa dan cara untuk menolong umatNya. Sehingga cukup dengan 5 ketul roti 2 ekor ikan menjadi mujizat yang dapat memberi makan lebih dari 5000 orang. (ay 35-41), menyembuhkan banyak orang yang menderita sakit.(ay 53-56)
3. Kristus memberikan yang "terbaik" perhatikan kata-kata: "mereka makan sampai kenyang" memakai kata "khortzesthai" artinya "kekenyangan" atau sampai puas sekali. Dan masih ada sisa, yaitu dua belas bakul penuh! Selain dari sisa-sisa ikan. (ay 42-43). Tuhan tidak pernah setengah-setengah, ketika mengasihi kita. Ia bahkan memberi nyawaNya untuk menebus dosa kita (Roma 5:8).

Sesungguhnya "kitalah orang-orang yang tak bergembala itu", yang haus, lelah dan lapar. Kita adalah domba yang lemah dan tidak berdaya. Bekal yang ada, hanyalah 5 ketul roti 2 ekor ikan diantara 5000 orang yang sementara kelaparan! Belum lagi ancaman dari pencuri, srigala dan binatang buas mengintai di sekitar kita. Syukur kepada Kristus! Sebab Dia mau berbela rasa dengan kita. Sehingga Ia mau menjadi Gembala yang baik bagi kita. (Yoh. 10:1-21). Bahkan Ia mau menerima dan menjamu dengan penuh keramahtamahan di rumahNya, Yang terbaik Ia berikan bagi kita… (Maz 23) Bagaimana dengan saudara? Marilah kita belajar memiliki bela rasa terhadap sesama. Hidup kita, perlu kita bangun sebagai jembatan menuju orang lain yang membutuhkan. Jika Michael dengan sarung tangan kasihnya. Apa yang dapat kita berikan terhadap sesama? Ibu Theresia mengatakan: "Kita mungkin bukan orang yang besar. Yang dapat kita lakukan mungkin hanya hal yang kecil. Tetapi lakukanlah hal yang kecil dengan kasih yang besar." Kasih Kristen bukanlah teori tetapi dalam perbuatan dan kebenaran (1 Yoh 3:18). Amin ……… - RR -