Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 01 April 2012

Hosana adalah kata yang tidak asing di telinga kita pada umumnya, sebab sering kita ucapkan dalam pujian maupun bagian dari nyanyian respons jemaat pada saat setelah pembacaan Firman Tuhan maupun pada saat akhir ibadah dalam masa prapaskah. Kata Hosana sebenarnya berasal dari istilah Ibrani “hosyiana” yang berarti “tolonglah” dari akar kata “hosyia” yang berarti “menyelamatkan” merupakan aklamasi populer pada saat itu, berupa sorak sorai yang sering diucapkan dengan penuh sukacita dan nada penuh kemenangan, yang dipakai pada hari raya Pondok Daun atau pada waktu berlangsungnya perarakan. Selain itu hosana dapat berarti “pujian kepada yang berkuasa”. Kata inilah yang diserukan oleh masyarakat di kota Yerusalem, ketika Yesus memasuki kota itu.

Apakah sesungguhnya makna di balik kata hosana yang diserukan oleh penduduk Yerusalem dan para peziarah yang pada saat itu datang untuk merayakan hari Paskah di kota itu?

Pertama : Seruan itu bukanlah seruan biasa sebagai ucapan selamat datang, atau sorak sorai biasa pada saat keramaian atau kemenangan. Tetapi Hosana disini berarti “selamatkan kami sekarang!” ini seruan minta tolong dari orang-orang yang menderita kepada raja atau kepada Allah. Seperti seruan umat yang terdapat dalam Mazmur 118: 25: “Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan!” Mungkin banyak orang yang tidak memahami apa makna di balik seruan ini. Hosana adalah sebuah seruan yang sangat indah dari umat yang hatinya penuh pengharapan akan pertolongan Tuhan di masa kesukaran. Hosana adalah seruan dari orang-orang yang tertindas kepada Sang Juruselamat. Apapun persoalan yang kita hadapi di masa prapaskah ini marilah dengan penuh iman dan pengharapan kita tetap serukan Hosana! Hosana! Hosana! Dan Firman Tuhan berkata: “Sebab, barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”. (Roma 11:13).
Kedua : Seruan hosana disertai tindakan menghamparkan pakaian dan ranting-ranting hjiau di jalan sambil melambai-lambaikan dahan palem bukan sekedar tindakan spontan biasa, tetapi merupakan suatu rasa hormat yang begitu mendalam dan penerimaan terhadap Yesus sebagai Raja. Yang menarik, Yesus justru menunggangi seekor keledai. Yang lazim seorang raja menunggangi seekor kuda yang gagah. Keledai identik dengan pengangkat beban alias gerobak. Tetapi disanalah Yesus menunjukkan bahwa Dialah Raja yang lemah lembut dan rendah hati. Di prapaskah ini, marilah kita serukan hosana! dengan penuh syukur, disertai dengan hati yang tunduk dan taat kepada Kristus. Karena Dialah Raja yang lemah lembut dan rendah hati sehingga Ia rela mengangkat beban dosa kita dengan penuh kasih dan pengorbanan.

Hosana! Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Diberkatilah Kerajaan yang akan datang, Kerajaan Bapak kita Daud. Hosana di tempat yang maha tinggi!” Amin - RR -