Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 3 September 2017
Selesai ibadah Amin berkata, “Dalam ibadah hari ini saya tidak mendapat apa-apa. Saya tidak merasakan berkat Tuhan.” Budi meresponinya dan berkata, “Yang penting kita sudah ikut beribadah. Kita sudah penuhi kewajiban kita.”
Amin dan Budi memiliki pemahaman dan motivasi yang berbeda tentang beribadah. Pemahaman ibadah Amin adalah datang menyembah Tuhan untuk mendapatkan berkat. Motivasinya dalam beribadah adalah mau mencari berkat Tuhan, bukan mencari Tuhan sang Pemberi Berkat. Dalam pemahaman Budi, beribadah itu adalah suatu kewajiban bagi orang Kristen. Dia datang beribadah dengan motivasi menjalankan kewajiban semata.
Pemahaman Amin dan Budi tentang ibadah masih belum tepat, sehingga motivasi mereka dalam beribadah menjadi keliru. Ibadah bukanlah sekedar kewajiban ataupun untuk mendapatkan berkat. Dalam beribadah yang benar, titik pusatnya bukan diri kita melainkan Allah. Pemahaman ibadah dalam Alkitab sangat luas, tetapi konsep dasarnya, baik dalam PL maupun PB, ialah “melayani” atau ”berbakti.” Kata ibadah yang dipakai dalam PL dan PB, ”avoda” (Ibrani) dan ”latreia” (Yunani), pada mulanya menyatakan pekerjaan budak atau hamba upahan. Dan dalam rangka mempersembahkan ”ibadah” kepada Allah, maka para hamba-Nya harus meniarap - hisytakhawa (Ibrani) atau proskuneo (Yunani) – dan dengan demikian mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja pada Allah. Tujuan utama dari ibadah adalah untuk berbakti kepada Allah dan menyenangkan-Nya. Dalam ibadah, yang dicari umat adalah Allah sendiri, sehingga umat dapat mengalami perjumpaan dengan-Nya.
Ibadah yang menyenangkan Allah dilaksanakan sesuai dengan firman-Nya. Firman Allah adalah sumber umat mengenal Allah dan karya-Nya di dalam Kristus. Firman Allah yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Ibadah Kristen yang menyenangkan Allah bersifat dialogis, karena kita percaya bahwa Allah berfirman dan Allah mendengarkan. Dengan kuasa Roh Kudus dan melalui firman-Nya, Ia menegur kita, menantang kita, menghibur kita, dan membangunkan kita. Dan dengan pertolongan Roh Kudus kita mendengarkan dan meresponi Allah yang berfirman dengan pujian, pengakuan iman, pertobatan, permohonan, kesaksian, dan pelayanan.
Ibadah yang menyenangkan Allah itu ditujukan kepada Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus, satu Allah dalam tiga Pribadi yang Mahakudus, Mahakasih, Mahakuasa, dan Mahaesa. Di dalam ibadah kita menjalin persekutuan dengan Allah (Bapa) melalui Allah (Anak) dan dengan pertolongan Allah (Roh Kudus).
AL