Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 24 Maret 2013
Apa yang ditekankan Lukas dalam kisah Lukas 19:28–40??? Apa yang Lukas inginkan untuk kita pelajari dan teladani dari apa yang dialami Yesus??? Yang pasti dari beberapa Injil kisah Yesus masuk kota Yerusalem memberi gambaran bahwa Yesus bukan seorang yang takut mati. Ia berani mati, padahal ada kemungkinan untuk melepaskan diri, tetapi demi ketaatanNya kepada Allah, dengan sadar dan bebas memilih memikul salib. Bukan karena terpaksa. Bukan karena dipaksa “kehendakMu Bapa, bukan kehendakKu yang terjadi”. Tetapi dari gambaran Lukas, Lukas mau mengatakan bahwa walaupun Yesus tidak takut mati, Ia tidak mau mati konyol. Bahwa walaupun Ia seorang pemberani, itu tidak berarti bahwa Ia lalu nekad, sembrono, serampangan, sembarangan. Tidak??
Coba perhatikan karakter Yesus selain berani, maka dapat kita perhatikan bahwa Ia memiliki :
1. Yesus merencanakan segala sesuatu dengan cermat, tidak gegabah.
Lukas 19:28 mengatakan “bahwa Yesus berjalan mendahului murid-muridNya ke Yerusalem (dengan diam-diam) untuk apa??? Untuk mempersiapkan segala sesuatu. Misalnya :
- Ia telah menghubungi sipemilik keledai yang akan ditungangiNya sehingga nanti bila murid-muridNya datang mengambil maka sipemilik sudah maklum. Bahkan sudah dipersiapkan bahasa sandinya : Tuhan memerlukannya.
- Kita perlu belajar dari Yesus untuk merencanakan sesuatu dengan baik. Tidak asal jadi, tidak asal jalan. Yesus bukan orang yang berpendapat ,”persiapan dan perencanaan tidak perlu.
2. Yesus mengatur strategi dan taktik yang tepat, cerdik seperti ular.
Yesus tahu bahwa musuh-musuhNya sedang mencari kesempatan untuk membunuh Dia. Ia tidak takut. Tetapi ia tidak mau ditikam dari belakang. Musuh-musuhNya tentu ingin membunuhNya diam-diam. Dengan begitu mereka tidak perlu berurusan dengan pemerintah atau dengan pengikut-pengikut Yesus.
Yesus tidak mau begitu, oleh karena itu begitu Yesus masuk kota, Ia mengatur agar murid-muridNya ramai-ramai mengiringiNya. Dengan demikian, kalau toh mereka mau membunuh Yesus, mereka harus membunuhNya di tengah keramaian, disaksikan banyak orang dan dengan resiko berhadapan dengan pengikut Yesus.
Kita juga berhadapan dengan banyak musuh-musuh yang ingin menghancurkan kekristenan. Untuk menghadapi kehidupan ini : jangan takut, tapi jangan nekat. Kita harus memiliki strategi dan taktik yang tepat.
Apa makna Yesus masuk dengan baik keledai???
1. Yang menarik dari kisah ini adalah cara Yesus masuk ke Yerusalem. Yesus masuk kota Yerusalem dengan memilih cara dan gaya seperti Raja. Tetapi bukan raja yang pergi berperang. Oleh karena itu Ia tidak menunggang kuda, tetapi keledai. Binatang lambang perdamaian dan kasih sayang. Yesus seakan-akan berkata kepada orang-orang Yerusalem bahwa ia datang bukan dengan kekerasan, Aku datang bukan dengan pedang di tangan. Aku naik keledai. Aku datang menawarkan perdamaian dan kasih sayang. Meneladan pada Yesus berarti kehadiran kita di rumah, di sekolah, di gereja datang dengan membawa perdamaian dan kasih sayang bukan menjadi perusak, pecundang atau pembawa pertikaian dan pertengkaran.
2. Dengan naik keledai yang masih mudah bukan hanya sebagai tanda Ia datang membawa kedamaian dan kasih sayang, tetapi Yesus naik keledai betina, sebagai transportasi rakyat jelata. Tak ada kegagahan, tak ada keperkasaan, tak ada kecemerlangan, yang ada ialah kesederhanaan, tepatnya : kerendahan dan kehinaan. Naik keledai sebagai kendaraan rakyat jelata berarti Yesus merasakan bagaimana berada di tempat rakyat jelata, mendengar ratapan rakyat, mengenali keluh-kesah dan kebutuhan rakyat. Hatinya peka terhadap kebutuhan rakyat, ingin berbuat demi rakyat, bersama rakyat. Pelayan Tuhan turunlah dari ketinggianmu dengar apa yang diharapkan anggota jemaat. SO