Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 23 Februari 2025
Bacaan Alkitab: Kejadian 45:3-11, 15; Mazmur 37:1-11, 39-40; 1 Korintus 15:35-50; Lukas 6:27-38
Pada umumnya musuh adalah orang yang pantas dibenci, karena telah menyebabkan kerugian, menimbulkan rasa kecewa dan menjadi ancaman bagi diri. Karena itu musuh tidak layak untuk diampuni, apalagi dikasihi. Bisa kita bayangkan, musuh yang kita benci mengalami masalah, malapetaka atau setidaknya problema, tidakkah hal itu akan memuaskan hati kita? Banyak orang akan sangat menikmati hal tersebut, bahkan mungkin sampai memanjatkan syukur pada Tuhan ketika musuhnya sedang menderita.
Yesus mengajak kita mengasihi sesama sampai ketahap yang tidak umum. Ajakan Yesus ini tidak sangat radikal, jauh dari yang biasa berlaku karena yang berlaku adalah balas dendam gigi ganti gigi. Bagi Yesus, Kasih bukan hanya terbatas kepada keluarga, bukan hanya terbatas kepada sahabat, bukan hanya terbatas pada yang segolongan atau seide tetapi mencapai musuh.
Kata “kasihilah” dapat juga diartikan memperhatikan kebutuhannya, memedulikannya, memerhatikan dengan penuh perasaan atau berbaiklah atau berbaik hatilah. Jadi kita diajak memerdulikan, memerhatikan, berbuat baik dengan perasaan dan hati kepada musuh (yang tidak menyukai) dan orang yang membenci (muntah melihat kita) dan mencaci (jahat terhadapmu dengan mengunakan kata-kata atau memperlakukan dengan cara yang buruk.
Bahkan “mintalah berkat bagi yang mengutuk kamu”, ada dua kata yang berlawanan berkat dan kutuk. Minta berkat berarti berdoa kepada Allah agar Allah memberikan yang baik kepada yang mengutuk kita. Sedangkan mengutuk adalah orang yang berdoa agar orang mendapat celaka. Jadi berdoalah kepada Allah bagi orang yang ingin kita celaka agar Tuhan memberikan hal-hal yang baik kepadanya.
Pdt. Santoni