Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 10 Juli 2011
Anthony de Mello bertutur tentang seorang petani yang selalu mendapatkan hadiah utama dalam Perlombaan Tani Nasional. Petani tersebut mempunyai kebiasaan membagi-bagikan biji jagung yang baik kepada petani-petani di sekitarnya. Pada suatu saat petani itu ditanya, "Mengapa engkau berbuat demikian?" Dengan berterus terang ia menjawab, "Sebenarnya saya melakukan hal itu untuk kepentingan diri saya sendiri. Angin menerbangkan serbuk-serbuk sari dan membawanya ke ladang-ladang. Maka kalau petani-petani di sekitar saya menanam jagung yang mutunya lebih rendah, penyerbukan silang akan menurunkan mutu jagung saya. Itulah sebabnya saya memikirkan supaya mereka hanya menanam jagung yang paling baik."
Petani itu melakukan sesuatu yang baik, meskipun mungkin Saudara dapat mempertanyakan motivasinya. Ia hanya petani biasa yang berusaha melakukan apa yang baik. Baik bagi dirinya maupun bagi orang-orang lain di sekitarnya. Apa yang dilakukannya jauh lebih baik dari pada orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang banyak tetapi tidak melakukan apa-apa.
Tuhan menghendaki agar orang-orang percaya melakukan pebuatan yang baik (Mat. 5:16; Fil. 4:5) dengan maksud yang baik (Mat. 5:16; 1 Kor. 10:31). Memang benar bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, melainkan karena anugrah Allah yang kita terima dengan iman (Ef. 2:8-9). Meskipun demikian, kita harus ingat bahwa sebagai orang yang diselamatkan, kita sudah diciptakan baru dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik (Ef. 2:10). Untuk itu Tuhan sudah memberikan firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab, serta memberikan Roh Kudus untuk menolong orang-orang percaya agar dapat memahami firman Tuhan serta melakukannya.
Tuhan sudah memberikan benih yang baik kepada orang-orang percaya, yaitu firman Tuhan (Lukas 8:11). Benih itu harus ditanam di tanah yang baik agar dapat tumbuh dan berbuah lebat. Tanah yang baik itu adalah kwalitas hati yang mau mendengar, memahami dan melakukan firman Tuhan.
Jangan biarkan hatimu seperti tanah yang dipinggir jalan, tanah yang berbatu-batu ataupun tanah yang dipenuhi semak duri (Mat. 13:1-9). Orang yang memiliki hati seperti tanah di pinggir jalan adalah orang-orang yang memiliki karakter yang gemar mengabaikan dan memandang remeh firman Tuhan, sehingga dia membiarkan begitu saja firman kebenaran itu diambil oleh kuasa dunia. Orang yang memiliki hati seperti tanah yang berbatu-batu adalah orang yang memiliki karakter keras kepala. Benih firman itu dapat tumbuh sebentar, tetapi kemudian mati, karena dia tidak mau menyingkirkan batu-batu yang keras dan kedegilan dari dalam hatinya. Orang yang memiliki hati seperti tanah yang bersemak duri adalah orang yang memiliki karakter yang dipenuhi oleh berbagai kekuatiran, kepahitan dan ketamakan. Di dalam hidupnya firman kebenaran itu tidak dapat tumbuh dan berbuah karena terhimpit oleh kekuatiran, kepahitan dan ketamakan dirinya.
Milikilah hati yang seperti tanah yang baik. Artinya ada karakter yang baik dan terbuka untuk ditransformasikan oleh firman Tuhan, sehingga dia senantiasa menghasilkan buah yang bermanfaat bagi banyak orang.
Bagi kita, sebagai orang-orang berdosa, untuk memiliki hati yang bagaikan tanah yang baik dan subur bagi firman Tuhan memang tidak mudah. Syukurlah kepada Tuhan yang telah menebus kita melalui pengorbanan Kristus serta memberikan Roh Kudus untuk menolong kita. Dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat memahami firman Tuhan dan dengan kuasa-Nya kita dimampukan untuk melakukannya.
Benih yang baik itu harus kita bagikan pula kepada orang-orang lain. Biarlah benih firman itu dapat diterima oleh orang-orang di sekitar kita, sehingga benih itu tumbuh dan berbuah juga dalam kehidupan mereka.
Untuk membagikan benih firman, tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi juga harus juga disertai dengan perbuatan. Oleh karena itu, jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1:22). Ingatlah pepatah lama yang mengatakan: "Perbuatan berbicara lebih keras dari perkataan" ("actions speak louder than words").- AL -