Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 24 Juli 2011

Perhatikan dengan seksama, bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif

Hidup ini penuh dengan pilihan. Sejak lahir hingga ajal tiba, kita senantiasa diperhadapkan dengan pilihan. Ketika kanak-kanak, kita memilih mainan yang kita sukai. Ketika remaja, kita memilih teman-teman yang akan masuk dalam kelompok kita. Lulus SMA kita memilih perguruan tinggi mana dan jurusan apa yang akan kita tempuh. Setelah lulus kuliah, kita memilih pekerjaan apa yang kita tekuni. Lalu memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita. Ya, kita terus menjalani hidup ini dengan pilihan. Bahkan pada saat mati, ketika kita sendiri tidak bisa apa-apa lagi, orang lain harus memilihkan peti mati dan cara kita dikebumikan atau dikremasikan.

Hidup ini penuh dengan pilihan. Kita bisa memilih hidup yang bermakna atau memilih menjalani hidup yang sia-sia. Kita bisa memilih hidup memuliakan Allah atau memilih hidup yang mempermalukan nama-Nya.

Pada saat memilih, kita bisa mengandalkan diri sendiri dan hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kita juga bisa memilih mengandalkan hikmat Allah dan memuliakan Allah. Orang bebal hanya mengandalkan diri dan melakukan sesuatu untuk kepuasan dirinya, tetapi orang yang bijaksana akan senantiasa mengandalkan Allah dan mau menjalani hidup yang penuh makna untuk kemuliaan-Nya.

Bila diberi kesempatan untuk memilih, Saudara mau menjadi orang arif atau orangbebal? Menurut rasul Paulus, ciri-ciri orang arif bijaksana adalah memperhatikan hidupnya dengan seksama, mempergunakan waktunya dengan baik, dan berusaha mengerti kehendak Tuhan. Biarlah dengan hikmat Allah kita memilih untuk menerapkannya dalam kehidupan kita.

Pertama, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Saudara hidup (ay.15). Orang bebal biasanya tidak mau memperhatikan bagaimana dia hidup. Ia hidup dengan sembrono dan tanpa tujuan. Kesenangan diri dan kepuasan jasmani yang dia kejar. Tetapi kalau Saudara mau jadi orang arif, janganlah seperti orang bebal itu. Orang bijak akan memilih menjalani kehidupan dengan hikmat Allah. Jadi, dengan hikmat Allah perhatikanlah dengan seksama bagaimana Saudara hidup: Bagaimana kehidupan jasmani, rohani, moral, relasi, pendidikan dan sebagainya? Bagaimana kehidupan Saudara di dalam keluarga, gereja, tempat kerja, masyarakat dan dunia ini? Apa yang sudah sangat baik, pertahankanlah. Apa yang kurang baik, tingkatkanlah. Apa yang tidak baik, perbaikilah.

Kedua, pergunakanlah waktu yang ada (ay.16). Istilah waktu yang dipakai di sini bukalah kronos , yaitu kronologi waktu yang terus berjalan dari detik ke detik dan dari hari ke hari. Kata waktu yang digunakan adalah kairos, yaitu suatu momentun atau kesempatan tertentu. Orang bodoh membiarkan kesempatan berlalu sia-sia, tetapi orang arif akan mempergunakan setiap kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, bahkan menciptakan kesempatan untuk dipergunakan. Pergunakan setiap waktu yang ada dengan hikmat Tuhan. Biarlah setiap waktu yang Saudara lalui memberikan makna dalam kehidupan Saudara maupun orang-orang lain di sekitarmu.

Ketiga, usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan (ay. 17). Kehendak Tuhan memang melampaui rancangan dan jalan manusia (Yes 55:8-9). Tetapi kita harus taat pada kehendak-Nya, karena memahami bahwa semua yang Ia kerjakan adalah baik (Rom 8:28; 9:16-23). Berusaha mengerti kehendak Tuhan dengan membaca, merenungkan, memperlajari dan melakukan firman Tuhan. Dengan demikian hidupmu akan berhasil di hadapan Allah dan sesama.

Marilah kita senantiasa memilih dengan hikmat Allah. Dengan hikmat Allah memperhatikanlah dengan seksama bagaimana kita hidup, mempergunakanlah waktu yang ada pada kita dengan sebaik-baiknya, dan senantiasa berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan. - RR -