Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 05 Juni 2011
Hal yang paling sering kita dengarkan, keluar dari mulut orang yang Kristen adalah; “Mengapa ketika hidup saya semakin dekat kepada Tuhan, justru semakin banyak tantangan yang harus saya hadapi.” Jika banyak orang Kristen masa kini saja dapat merasakan adanya tekanan dan pergumulan yang berat dalam hidupnya. Kita tentu dapat membayangkan tantangan seperti apa yang harus dihadapi para murid di awal pelayanan mereka, setelah menerima tongkat estafet dari Tuhan Yesus yang telah naik ke sorga.
Pertama, para murid hanyalah golongan minoritas yang sangat tertindas dengan agama Yahudi yang begitu ketat. Yang pada masa pelayanan Tuhan Yesus justru banyak berbenturan. Sebab banyak sekali aturan-aturan Taurat yang merupakan tambahan manusia, sehingga menyimpang dari apa yang dikehendaki Allah. Contohnya satu hukum Sabat mendapat tambahan sampai mencapai ratusan lebih aturan ‘tetek bengek’, yang akhirnya membelenggu umat. Itu sebabnya penyaliban Tuhan Yesus sebenarnya juga “diprovokatori” oleh para imam Yahudi yang menaruh kebencian dan iri hati terhadap Kristus yang sering menentang, mengoreksi sistem keagamaan yang telah sesat.
Kedua, para murid sebahagian besar hanyalah terdiri dari kalangan bawah, yang rata-rata kurang pendidikan. Bagaimana mungkin orang mau mendengarkan mereka. Apalagi ketika harus berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang sudah didoktrin ketat dengan agamanya. Terlebih ketika harus berhadapan dengan bangsa Romawi sebagai penjajah. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, Pemberitaan salib adalah batu sandungan bagi orang Yahudi dan sebagai suatu kebodohan bagi orang bukan Yahudi. (1 Kor. 2:23). Maka, wajar jika di awal pembentukan jemaat mula-mula diwarnai dengan penolakan dan banyak penganiayaan terhadap orang-orang percaya.
Ketiga, tantangan dari kuasa kegelapan yang tidak pernah “rela” menyaksikan orang-orang mendengarkan Injil dan diselamatkan. Untuk itu, Iblis tidak tinggal diam (1 Pet. 5:8), ia membutakan mata banyak orang terhadap kebenaran Injil (2 Kor. 4:3-4), ia menyesatkan banyak orang dan memakai penguasa untuk menghambat pekerjaan Tuhan, dll. Itu sebabnya Firman Tuhan mengatakan supaya kita kuat di dalam Tuhan, tinggal di dalam kekuatan kuasaNya, untuk menghadapi musuh sebenarnya yaitu iblis, yang mengerjakan berbagai macam tipu muslihat (Ef. 6:10-20).
Rasanya dari sekian banyak tantangan, ketiga tantangan ini saja sebenarnya sudah cukup mewakili kesulitan besar yang akan dihadapi para murid pasca kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Itu sebabnya untuk menghadapi tantangan yang sebesar itu. Tuhan telah mempersiapkan para murid selama tiga tahun lebih dan memperlengkapi mereka dengan kuasa yang tak terbatas yaitu kuasa Roh Kudus. Karena itu, 10 hari sebelum pencurahan Roh Kudus, ibarat latihan terakhir tingkat pemantapan, di mana mereka harus bersabar, berdoa, berserah penuh menantikan janji Tuhan digenapi. Di sinilah mereka belajar mengandalkan Tuhan, bekerja sama dengan Tuhan. Mereka mengerjakan bagian mereka yaitu berserah diri dan mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan, dan Tuhan yang akan bertindak serta berkarya melalui mereka. Dan hasilnya bukan hanya 3000 orang yang bertobat dan diselamatkan pada hari Pentakosta (Kis. 2), tetapi berita yang mereka saksikan berhasil mempengaruhi seluruh dunia. sehingga ada berjuta-juta orang yang percaya kepada Kristus dan diselamatkan. John Maxwell seorang hamba Tuhan sekaligus ahli management dan motivator kelas dunia, berkata: “Dunia diubahkan bukan dengan orang-orang dari lulusan terbaik dari universitas terbaik di dunia, dengan gelar-gelar master atau doktor. Tetapi dunia diubahkan hanyalah dengan nelayan-nelayan yang bau amis yang menyerahkan dirinya untuk pakai oleh Tuhan”.
Jika seluruh dunia ini bisa diubahkan, apakah yang kita kuatirkan dan takutkan sebagai pengikut Tuhan? Berserah dirilah dan nantikanlah Tuhan seperti para murid! Berserah diri berarti mengerjakan apa yang menjadi bahagian kita sebaik-baiknya dan biarkan Tuhan mengerjakan apa yang menjadi bahagianNya sebebas-bebasnya dalam kehidupan kita. Maka kita akan jadi pemenang, paling tidak, yang pertama untuk diri kita sendiri dalam semua pergumulannya dan tidak mustahil menjadi pemenang jiwa seperti para murid. Amin. - RR -