Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 20 November 2016
“Jadilah kehendak-Mu…” Itulah yang senantiasa kita katakan pada saat menaikkan Doa Bapa Kami (Mat. 6:10). Tuhan Yesus mengajar kita berdoa agar kehendak Allah terjadi di bumi seperti di surga, termasuk di dalam kehidupan kita.
Allah kita Mahakasih, Mahakuasa dan Mahatahu, tetapi itu bukan berarti segala sesuatu terjadi atas inisiatif-Nya atau Ia yang menjadi penyebab-Nya. Ada hal yang terjadi sesuai dengan rancangan (Yes. 51:1; 55:8-9; Yer. 29:11) dan seturut dengan kehendak-Nya (Mzm. 143:10; Ef. 1:9). Tetapi ada juga hal-hal yang terjadi karena diijinkan Allah, bukan atas inisiatif-Nya, misalnya peristiwa Iblis mencobai Ayub (Ayb. 1:8-12; 2:3-8). Ada juga hal-hal dibiarkan-Nya terjadi karena kedegilan hati manusia. Misalnya orang-orang di kota Roma dibiarkan Allah untuk saling mencemarkan, karena begitu kerasnya keinginan hati mereka terhadap hawa nafsu mereka yang memalukan (Rm. 1:24, 26, 28).
Allah memiliki rancangan yang terbaik bagi kita (Yer. 29:11), kendatipun rancangan-Nya seringkali tidak sama dengan rancangan kita (Yes. 55:8-9). Sebagai umat-Nya kita harus berusaha untuk mengerti kehendak Allah dan berjalan di dalam rancangan-Nya.
Kehendak Allah dinyatakan kepada kita melalui firman-Nya. Kita bisa memperoleh-Nya melalui pembacaan Alkitab, khotbah, pembelajaran Alkitab, dan saat teduh pribadi. Untuk memahami kehendak Allah diperlukan keteraturan, kedisiplinan dan waktu untuk merenungkan firman-Nya. Tidak mungkin mencapai kehendak Allah, bila firman Tuhan hanya didengarkan sambil lalu saja. Selain melalui firman-Nya, Allah juga dapat menyatakan kehendak-Nya melalui suara anak-anak-Nya yang ada di dalam persekutuan orang beriman dimana kita termasuk di dalamnya, perjalanan hidup atau giringan situasi yang diciptakan-Nya, atau melalui cara yang tidak biasa seperti mimpi, visi dan sebagainya. Namun semuanya itu haruslah sejalan dengan firman-Nya.
AL