Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 07 April 2013

Suatu ketika ada seorang pemain organ yang sangat handal menggelar acara konser. Di masa itu, organ harus dipompa oleh orang lain dari belakang panggung supaya tabung-tabungnya terisi udara sehingga dapat menghasilkan bunyi. Setiap satu lagu berakhir, para penonton bertepuk tangan meriah. Sebelum membawakan lagu terakhir, sang pemain organ berdiri dan berkata, "Sekarang saya akan memainkan ...", lalu ia mengumumkan judul lagunya. Ia duduk kembali dan bersiap untuk memainkan organ. Dengan kaki menginjak pedal dan tangan menekan tuts, ia memulainya dengan chord yang sangat megah. Namun, organ itu tidak berbunyi. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang panggung, "Jangan cuma ‘saya’, tetapi katakan ‘kita’."  

Keegoisan, kesombongan, merasa diri sendiri paling hebat, memandang remeh bantuan dan kehadiran orang lain, dapat menghancurkan sebuah kebersamaan yang indah. Itulah pemandangan sehari-hari, yang sudah biasa terjadi di berbagai tempat. Kesetiakawanan, ketulusan dan kejujuran adalah sikap yang sudah lama ditanggalkan. Sebaliknya konspirasi, pengkhianatan dan pementingan diri, itulah sikap yang terus bertumbuh subur di mana-mana. Wajar jika yang dituai pada akhirnya adalah perpecahan dan krisis kepercayaan. Apakah murid-murid Tuhan Yesus juga mengalami krisis kepercayaan? Jawabannya tentu saja ya! Hal itu disebabkan oleh peristiwa penyaliban dan kematian Kristus yang membuat iman mereka tergoncang. Belum lagi faktor Yudas salah seorang murid yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri. Tetapi ternyata justru berkomplot dengan pihak “musuh” melakukan pengkhianatan yang keji itu. 

Wajar jika para murid  bersembunyi mengunci diri ketakutan. Harapan dan cita-cita mereka telah mati terkubur bersama dengan kematian Kristus. Kesedihan dan keputusasaan mereka begitu dalam sehingga menghalangi   mata iman mereka untuk dapat melihat Kristus yang bangkit. Makanya sikap Tomas yang tidak mau percaya kepada kebangkitan Tuhan Yesus, bukan hanya sekedar menunjukkan sifatnya yang memang tidak mudah percaya sebelum ada bukti. Tetapi banyak juga dipengaruhi oleh krisis kepercayaan terhadap murid-murid yang lain. Sehingga walau telah diyakinkan “bahwa murid-murid telah melihat Tuhan dengan mata kepala sendiri.” Bukan mimpi atau halusinasi!! Tomas tetap tak bergeming! Ia membutuhkan bukti, karena kini ia mengalami krisis kepercayaan terhadap  sesama di dalam komunitasnya.    

Kita patut bersyukur karena Kristus sangat memahami kegalauan yang ada di hati para murid sehingga Dia selalu hadir dengan pendekatan untuk memulihkan krisis kepercayaan para murid. Menarik untuk menyimak apa yang Kristus lakukan untuk memulihkan dari keadaan krisis ini?

- YESUS SELALU MENGHADIRKAN BUKTI KEBANGKITANNYA.  
“Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka.  Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. (ay 20,27). Dalam konteks kebangkitanNya pada ayat 29b Yesus memang berkata: “....Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.”  Tetapi kalau Yesus harus menghadirkan bukti saat itu, ialah karena Yesus memahami krisis yang sedang ada di hati para muridNya. Sehingga dengan fakta itu, tentu saja membuat murid-murid lebih diyakinkan bahwa  Tuhan Yesus benar-benar hidup. Dengan demikian   memulihkan kembali  iman murid-muridNya. (Kis 1:3).  

- YESUS SELALU MENGHADIRKAN SAPAAN YANG LEMAH LEMBUT DAN MENGUATKAN

.......Pada waktu itu datanglah Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay 19).  .......Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay 26). “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (ay 27). Yang menarik di sini Yesus selalu mengucapkan salamNya yang meneduhkan hati murid-murid yang sedang gelisah dan ketakutan.  Walau pun itu salam yang biasa sehari-hari diucapkan di kalangan mereka. Tetapi salam itu lebih bersifat menguatkan. Bahkan Tuhan Yesus sama sekali tidak menunjukkan sikap yang marah apalagi menghukum Tomas karena ketidakpercayaannya.  
Sebaliknya Ia malah memenuhi keinginan Tomas untuk mencucukkan jari kepada luka-luka bekas paku dan tombak pada tangan dan lambungNya.  Tentu saja hal itu membuat Tomas tertegun, terharu dan menyesal sehingga keluarlah sebuah pengakuan dari mulutnya yang luar biasa: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Cara Yesus menyikapi ketidakpercayaan Tomas, membuat Tomas yang angkuh menjadi Tomas yang tersungkur sujud sembah di hadapan Tuhan.  
Pada akhirnya, iman murid-murid dipulihkan oleh fakta kebangkitan Kristus. Seiring dengan itu, sikap mereka pun mulai juga diubahkan. Di mana Ketakutan mereka, kini diubahkan menjadi sukacita (ay 20). Tomas yang angkuh menjadi Tomas yang sujud menyembah (ay 28).
Demikian  pula halnya dengan relasi para murid, yang sebelumnya tersekat-sekat dengan berbagai pertanyaan, perasaan curiga, ketidakpercayaan, dll. Kini dipulihkan oleh Tuhan. Dalam bangunan komunitas yang “saling” inilah Tuhan kemudian mempercayakan misiNya; Ia memperbaharui, Ia memperlengkapi, mengutus dan memberi kuasaNya  (ay 21-23).
Dengan demikian, kita harus belajar meneladani apa yang diperbuat oleh Tuhan Yesus Kristus, ketika Dia membangun komunitas yang saling percaya.  Apakah yang dilakukan Kristus?  :

- Dia selalu menghadirkan kebenaran, kejujuran, ketulusan, keterbukaan seperti pada waktu Ia berusaha membuktikan kebangkitanNya.
- Dia menghargai dan menerima setiap orang apa adanya, seperti ketika berhadapan dengan Tomas yang lemah imannya.
- Dia bersikap rendah hati ketika  kuasa  kebangkitanNya diragukan
- Dia menunjukkan kasih setia yang sangat besar seperti ketika Ia mencari murid-murid yang bersembunyi karena ketakutan.  Dia adalah sahabat yang sejati
- Dia memiliki kerinduan untuk mengubah dan melihat orang lain menjadi lebih baik. Bukan malah menghakimi dan menjatuhkan orang lain, senang kalau melihat orang lain susah.
- Dia mengampuni murid-murid yang tidak setia, lari meninggalkanNya, menyangkaliNya,...
- Dia mempercayai para murid itu sebabnya Ia mengutusNya, mempercayakan misiNya
- Dia membangun komunikasi yang baik, yang lemah lembut dan menguatkan.

Marilah kita saling membangun dan menguatkan untuk kemuliaan nama Tuhan.....Amin

 

RR