Warta Jemaat Minggu, 19 Februari 2023

Bacaan Alkitab: Keluaran 24:12-18; Mazmur 2; 2 Petrus 1:16-21; Matius 17:1-9

Minggu ini adalah Minggu Transfigurasi. Transfigurasi adalah Perubahan bentuk atau rupa, metamorfosis; penjelmaan. (transfiguration: Kata trans (berubah atau memberi) dan Figurare (bentuk). Transfigurasi: peringatan peristiwa perubahan bentuk atau rupa Tuhan Yesus yang terjadi di atas sebuah gunung yang tinggi. Tuhan Yesus berubah rupa yaitu wajah-Nya bercahaya seperti Matahari (Mat. 17:2), dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat (Mark.9:3). Dalam Matius 17:1-9 transfigurasi Yesus di Gunung Tabor. Peristiwa ini menyampaikan pesan serta peneguhan untuk menghayati hidup secara nyata.

Peristiwa Transfigurasi Yesus di Gunung Tabor memberi pesan dua hal, yaitu :
1. Kemuliaan Yesus di atas Gunung Tabor adalah tujuan akhir dari orang yang sudah berjuang seperti Musa dan Elia, yang hidup mereka di dunia telah mengusahakan berbagai kebaikan bagi orang-orang lain, meskipun dengan berbagai kesulitan, jatuh bangun, dan penderitaan yang hebat.

Kemuliaan Yesus di Gunung Tabor direnungkan oleh kita untuk memasuki minggu prapaskah minggu depan. Bukan kah kita harusnya mempersiapkan bagaimana merenungkan misteri salib Yesus dengan mengikuti jalan salibNya?? Perikop ini mau mengatakan bahwa kemuliaan atau kemenangan sejati tidak didapat Musa dan Elia dengan mudah tapi membutuhkan pengorbanan, apalagi Yesus harus merelakan tubuhNya disalib dan menyerahkan nyawaNya bagi manusia. Belajar dan menaati Kristus yang mulia berarti belajar melakukan penyangkalan diri, kesediaan untuk mematikan keakuan dan pementingan diri sendiri.

2. Kemuliaan Yesus di Gunung Tabor juga meneguhkan umat beriman untuk tidak memimpikan kebahagiaan hidup yang instan, mudah, gampang dan cepat. Manusia harus berjuang, harus turun dari dunia cita-cita dan angan-angan serta melumuri tangan dan tubuhnya dengan perjuangan hidup dan melihat bahwa penderitaan hidup ini adalah sesuatu yang perlu.

Dunia modern sekarang ini cenderung mengoda orang untuk menikmati hidup yang gampang dan enak, tanpa memberitahu bagaimana caranya untuk sampai kesitu. Gaya hidup sinetron sudah mewarnai kehidupan manusia sekitar kita, lewat gaya hidup. Membuat manusia tidak mau lagi berjuang.

Pdt. Santoni