Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 10 September 2023

Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:8

Pemahaman yang paling mendasar ketika kita akan berbicara mengenai misi Allah adalah bahwa misi tersebut berjalan bukan dengan kekuatan manusia. Dan bukan juga misi yang sarat dengan kepentingan ego manusia. Misi Allah berarti bicara tentang Kuasa Roh Kudus melanjutkan misi Kristus dengan memampukan umat manusia untuk mengambil bagian didalamnya. Bahwa kita mendengar kisah tentang perjalanan misi yang terbilang berhasil menjangkau, maka itu semua terjadi hanya oleh karena Kuasa Roh Kudus. Itu berarti mereka yang berperan serta dalam mengerjakan misi Allah diberikanNya karunia, bahkan diberikanNya kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. Maka berperan serta mengerjakan misi Allah sesungguhnya selayaknya Kuasa Roh Kudus bersama kita yang “to breath together” yaitu bernafas bersama.

Bacaan Kisah Para Rasul 1:8 memperlihatkan bahwa Kristus membentuk satu kawanan jemaat yang terdiri dari bangsa Yahudi dan bangsa- bangsa non-Yahudi yang percaya kepada-Nya untuk mewartakan ajaran-Nya ke seluruh bangsa. Dalam kepelbagaian inilah setiap murid Kristus memiliki kesempatan untuk memperkaya dirinya sehingga ia akan menjadi semakin maksimal dalam berkarya. Ia mengalami banyak perbedaan, yang ia tidak temukan dalam dirinya, ia juga mengalami pembatasan karena menghargai keberadaan mereka yang berbeda dengan dirinya. Komunitas yang kaya akan kepelbagaian ini menjadi “tanda kehadiran Allah di dunia”. Mereka menghayati sebagai kawanan domba Kristus yang selalu bersatu dalam satu gembala, menjadi pemersatu bagi semua bangsa.

Dalam rangka menggumulkan bermisi sebagai keluarga, gereja dan masyarakat maka beberapa poin patut kita renungkan:
• Sebagai Keluarga Kristen : Dalam kehidupan keluarga kita senantiasa menyadarkan diri dan anggota keluarga bahwa manusia tak dapat hidup tanpa cinta. Ia tetap menjadi sosok yang tidak dapat dipahami oleh dirinya sendiri, dan hidupnya tidak berarti, jika cinta tidak dinyatakan kepadanya. Maka marilah hidupi cinta agar tantangan tiap insan keluarga yang diperhadapkan pada situasi kemerosotan moral terjawab dengan baik.
• Sebagai Gereja dan Masyarakat: mengenang apa yang pernah diutarakan Mother Teresa, “Love… and love until it hurts.” Dalam hal ini marilah kita melihat dan mewujudnyatakan kesempurnaan kasih Allah. Allah menciptakan kita menurut gambaran-Nya. Pembaharuan iman membawa kita untuk lebih menghayati makna ‘hidup bersama Kristus’ dan bertumbuh dalam kekudusan dalam setiap pelayanan yang kita ambil maupun peran di kerja dan masyarakat yang dipercayakan kepada kita.

Pdt. Pramudya Hidayat