Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 24 September 2017

Dalam setiap pertemuan ibadah (kebaktian) diadakan pengumpulan persembahan. Dalam ibadah pemuda, remaja dan anak-anak yang belum berpenghasilan pun sudah diajarkan untuk memberi persembahan. Kita memberikan persembahan sebagai bagian dari ibadah kita untuk meresponi kasih dan anugerah Allah yang begitu besar kepada kita.

Mengapa kita memberikan persembahan? Kita memberikan persembahan karena iman dan pengakuan bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia (Rm. 11:36a) dan untuk memuliakan-Nya (Rm. 11:36b). Allah adalah pemilik seluruh kehidupan ini: bumi serta segala isinya adalah milik-Nya (1Kor. 10:26). Diri kita adalah milik-Nya (1Kor. 3:23) karena kita adalah ciptaan-Nya (Kej. 1:26-27; Yak. 1:18) dan kita tahu bahwa kita sudah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus (1Ptr. 1:18-19). Segala yang kita miliki juga berasal dari Allah (2Kor. 4:7; Mat. 6:31-33). Kita memberikan persembahan sebagai pengakuan bahwa diri kita dan segala yang kita miliki adalah kepunyaan Allah dan kita mengembalikan sebagian kepada-Nya sebagai ungkapan kasih dan syukur untuk memuliakan-Nya.

Apa yang kita berikan sebagai persembahan? Pertama-tama hendaklah kita mempersembahkan diri kita. Alkitab mengatakan: “Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1). Hal itu memang tidak gampang! Tetapi hal itu bisa terjadi kalau kita sudah sungguh-sungguh mengalami serta menyadari kasih cinta dan anugerah Tuhan. Setelah kita dapat mempersembahkan diri kita, maka tidak susah bagi kita untuk mempersembahkan waktu, pikiran, tenaga, talenta dan uang kita sebagai persembahan kepada-Nya.

Bagaimana kita memberikan persembahan? Hendaklah kita memberikan persembahan dengan hati yang mengasihi Allah dan mengucapkan syukur kepada-Nya. Persembahan itu kita berikan dengan kerelaan hati dan sukacita, bukan dengan sedih hati atau karena terpaksa. Alkitab menyatakan: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor. 9:7).   

AL