Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 11 November 2018

Seorang janda miskin datang ke bait Allah dan mendekati peti persembahan yang ada di pelataran. Ia memasukkan uang persembahan dua peser(Mrk. 12:41b), yaitu mata uang tembaga Yahudi yang paling kecil. Jumlah yang diberikannya tidak banyak, tetapi persembahan yang diberikannya itu berkenan di hati Tuhan Yesus. Ia memuji janda miskin tersebut di hadapan murid-murid-Nya (Mrk. 12:43-44).

Tuhan bukan melihat jumlah yang diberikan untuk persembahan, melainkan proporsi yang diberikan. Jumlah persembahan yang diberikan orang-orang kaya tentu lebih banyak dari pada jumlahpersembahan yang diberikan janda miskin itu. Tetapi dalam hal proporsi yang dipersembahkandibanding apa yang dimiliki, persembahan mereka lebih kecil dari janda miskin itu. Itu sebabnya TuhanYesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin inimemberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Mrk. 12:43-44).

Tuhan tidak hanya melihat luar, tetapi melihat hati janda miskin itu yang memberikanpersembahan dengan hati yang bersyukur, sukacita, sukarela dan mau berkorban. Janda itu memberikan persembahan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang dikasihi-Nya. Tidak ada yang memaksanya, tetapi ia melakukannya dengan sukarela. Ia memiliki uang dua peser untuk kebutuhan hidupnya, tetapi seluruh nafkahnya itu diberikannya kepada Tuhan sebagai persembahan. Ia memberikannya dengan hati yang sukacita dan mau berkorban.

Ingatlah firman Tuhan: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor. 9:7).

AL