Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 4 November 2018
Inti dari hukum Taurat adalah kasih. Ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Ia menjawabnya dengan tegas bahwa hukum yang pertama dan terutama adalah “kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Mat. 22:37-40). Inti hukum Taurat adalah kasih, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Pahamilah hukum Taurat dalam terang kasih Allah. Allah mengasihi kita (Rm. 5:5-10; Yoh.3:16). Kita mengasihi Allah karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Hati yang mengasihi Allah mendorong kita beribadah, bersekutu, berdoa, bertumbuh, melayani dan bersaksi. Kasih kepada Allah hendaklah kita wujudkan juga di dalam mengasihi sesama manusia. Kasih itu bukan kata-kata saja, namun juga terwujud dalam tindakan nyata.
Orang-orang Kristen telah bebas dan tidak lagi berada di bawah hukum Taurat dalam arti “Covenat of Work,” yaitu mengharapkan untuk diselamatkan dengan melakukan seluruh hukum Taurat. Namun orang-orang Kristen belum bebas dari Hukum Taurat jika yang dimaksud adalah hukum moral atau pernyataan ketaatannya kepada Allah.
Hukum Taurat adalah bagaikan cermin. Di dalamnya kita mengamati kelemahan kita, selanjutnya kejahatan yang timbul dari padanya, dan akhirnya kutuk yang datang dari keduanya. Tetapi tidak sampai di situ saja. Cermin itu memperlihatkan keadaan kita dan kemalangan kita, agar kita disadarkan untuk mencari jalan keselamatan. Tujuannya adalah untuk mengarahkan hati manusia kepada rahmat Allah di dalam Kristus dan menerima keselamatan yang dikaruniakan-Nya.
Hukum juga bagaikan jendela bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada Roh Allah, yang bertakhta dan memimpinnya. Bagi mereka hukum itu merupakan alat yang paling baik agar mereka makin hari makin mendalam belajar tentang kehendak Tuhan yang mereka cita-citakan, dan dapat berkarya sesuai dengan kehendak Allah di tengah-tengah dunia. Hukum itu bagaikan jendela, di mana mereka dapat melihat ke luar sesuai dengan kehendak Allah serta berkarya bagi dunia sesuai dengan kasih dan kehendak-Nya. Jadi, hukum Taurat itu, jika dipahami dengan benar, justru memberdayakan orang-orang percaya.
AL