Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 11 April 2021

Ada sebuah ungkapan menyatakan “Padi semakin berisi semakin merunduk”. Inilah ilmu padi; padi yang terus tumbuh dan membuahkan hasil maka akan semakin merunduk. Ungkapan ini mau mengajarkan kepada kita untuk merunduk, selalu bersikap rendah hati dengan segala pencapaian, kecakapan, atau dengan ilmu yang telah dimiliki. Segala keberhasilan, ilmu, dan kecakapan nyatanya ialah karunia dari Allah, maka tidak ada ruang bagi kesombongan.

Kita harus terus rendah hati dengan segala yang dimiliki dan menyadari bahwa tanpa keterlibatan Tuhan, kita bukanlah siapa-siapa. Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada para murid dan kepada orang-orang banyak pengikut-Nya untuk bersikap rendah hati dalam setiap segi kehidupan. Ajaran Tuhan Yesus tersebut termuat dalam Matius 5 “Khotbah Yesus di Bukit”.

Matius 5:3, “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Kata berbahagia dalam bahasa Yunani menggunakan kata makarios menunjuk kepada keadaan terberkati karena dilimpahi berkat dan karunia Allah. Miskin di hadapan Allah dalam bahasa Yunani “hoi ptokhos to pneumati” dan bahasa Inggris menerjemahkan “poor in spirit” menunjukkan keadaan miskin secara roh. Maksudnya ialah menyadari bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, merasa tak berdaya tanpa Allah, selalu bersikap rendah hati karena sadar bahwa hidupnya membutuhkan Allah dan sepenuhnya mengandalkan Allah. Ibarat manusia yang kosong, yang ingin selalu diisi oleh Allah. Merekalah yang akan mengalami karunia dan berkat yang tak terpisahkan dari kerajaan atau pemerintahan Allah.

Kebahagiaan sejati bukanlah bergantung dari apa yang diberikan oleh dunia atau kepuasan duniawi semata. Melainkan, kebahagiaan sejati tercipta dari kesadaran bahwa hidup kita selalu terberkati, hidup kita melekat hanya kepada Allah, sepenuhnya mengandalkan Allah di dalam kehidupan, dan hidup dalam tuntunan pengasihan Allah.

Pnt. Erma Primastuti Kristiyono