Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 16 Oktober 2016

Bacaan kita merupakan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa kepada Tuhan. Bagaimana cara orang Farisi berdoa? Orang Farisi ini sebenarnya tidak membutuhkan Tuhan, karena doa hanya menjadi rutinitas yang lebih banyak menekankan kesombongan atas keagamaannya. Dengan kata lain ingin dikatakan orang yang saleh. Doanya seakan-akan adalah ucapan syukur tetapi kenyataan hanya memuji diri sendiri, bahkan dia tidak menganggap sesamanya terbukti menghina sesamanya yang berdoa kepada Allah. Akhirnya tidak mendapatkan belas kasihan Tuhan, karena dia telah mendapatkan dari manusia yang memujinya.

Sedangkan pemungut cukai mendekatkan diri kepada Tuhan dengan kerendahan hati yaitu dengan mengakui keterbatasannya dan ketidakmampuan atau kemiskinannya. Bahkan dia tidak berani menengadahkan kepalanya, karena menyadari bahwa dia membutuhkan Tuhan dan hanya memohon belas kasihan dari Tuhan. Tuhan memberi belas kasihan dan menilai doanya berkenan di hadapan Tuhan.

Belas kasihan Tuhan akan diberikan kepada setiap orang yang bukan hanya percaya kepada-Nya, tetapi sungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama. Sebagai orang Kristen kita sering tergoda untuk memamerkan kerendahan hatinya, bahwa dia saleh dan lebih baik dari sesamanya. Seorang teolog mengatakan “Rendah hati adalah sebuah kebajikan yang sangat unik. Sebuah kebajikan yang hanya bisa dilakukan tanpa perlu dibicarakan sebab ketika membicarakannya maka orang itu berubah menjadi sombong”.

SO