Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 20 Januari 2013

Semua orang di gereja pasti setuju dengan pasangan yang baru menikah itu. Sebab keduanya nampak serasi dalam segala hal. Mulai dari wajah, pekerjaan, hobi, dll. Termasuk juga dalam hal pelayanan di gereja. Keduanya giat melayani Tuhan di gereja. Suami sebagai pelatih paduan suara yang handal, sedangkan istri sebagai salah satu andalan anggota choir. Namun setelah beberapa lama membangun rumah tangga ternyata, pasangan ini selalu terlibat cekcok hebat. Sampai suatu ketika sang istri pun meninggalkan pelayanan. Persoalannya, suami sebagai orang yang ahli musik selalu mengkritik suara dan tehnik bernyanyi sang istri yang tak pernah pas di telinganya. Dan ternyata rumah tangga ini tak berumur panjang, karena suami mendadak meninggal dunia. Akhirnya ia pun hidup menjanda sambil membesarkan anak semata wayang. Sampai suatu saat Tuhan mempertemukannya dengan seorang pria yang sangat mencintainya, yang akhirnya melamar dan menikahinya.

Jika suami terdahulu seorang ahli musik, kali ini  hanya sebagai seorang tukang ledeng! Meskipun demikian, ternyata hidup mereka sangat berbahagia. Dan yang sangat indah sang  suami, alias si tukang ledeng ternyata sangat senang mendengar suara nyanyian sang istri. Rasa capek bekerja seharian serasa hilang begitu mendengar nyanyian sang istri. Itulah yang selalu mewarnai dan menjadi keceriaan dalam rumah tangga itu.

 Sang suami selalu merindukan, memuji dan mendorong sang istri untuk bernyanyi dan mengembangkan bakatnya. Sampai akhirnya sang istri kemudian kembali melayani Tuhan lagi melalui suaranya merdu. Dan akhirnya ia pun menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Hebatnya dari kisah ini adalah, sang istri bisa kembali melayani Tuhan dan menjadi penyanyi terkenal bukan ketika suami seorang ahli musik, tetapi justru ketika bersuamikan seorang tukang ledeng!      

Kisah di atas sebenarnya menggambarkan bagaimana keadaan jemaat di Korintus yang merasa hebat dengan karunianya masing-masing. Sehingga menganggap karunianyalah yang paling utama, akhirnya mengkritik, mengecilkan dan membungkam karunia-karunia yang lain. Jika hal demikian terus-menerus terjadi, dampaknya jemaat malah akan terpecah belah. Padahal tujuan utama karunia diberikan oleh Allah supaya untuk membangun, menjadi berkat yang memuliakan nama Tuhan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan jemaat bagaimana memaknai dan memanfaatkan karunia dengan baik. Sebab Allah memperlengkapi umatNya dengan karuniaNya untuk menyatakan karyaNya. Untuk itu karunia harus dijalankan sesuai kehendak Allah, yakni:
1.    Dasar menggunakan karunia adalah kasih. “... Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku mempunyai iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna ...  Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu; Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong ...” (1 Kor 13 : 2, 4).

2. Tujuan Allah memberi karunia adalah supaya jemaat saling membangun dan memperlengkapi sebagai anggota tubuh Kristus, sehingga Allah saja yang dipermuliakan. Sebab pada dasarnya Dialah yang berkarya melalui kita (1 Kor 12:6-7; 14:12).  

3. Kedudukan karunia sama di mata Tuhan, walaupun ada berbagai macam karunia, namun semua berguna dan penting, karena memiliki fungsinya sendiri. Paulus mengibaratkan seperti anggota-anggota tubuh kita. Yang walaupun berbeda-beda namun harus bekerja sama, bersatu secara harmonis supaya menjadi baik dan mencapai tujuan   (1 Kor 12: 7, 12–26).

4. Respon kita terhadap karunia pemberian Allah, pertama, harus saling menghargai karunia yang dimiliki oleh setiap orang dan mendorongnya untuk semakin berkembang secara maksimal. Jangan sampai mengkritik habis-habisan dan membungkam karunia yang dimiliki oleh sesama (1 Kor 12:25–26). Kedua, mau menjalankan dan mengembangkan karunia yang ada pada kita serta mempersembahkannya untuk kemuliaan Allah. (Mat 25:14–30).

Kita patut bersyukur sebab Allah mau memanggil dan memakai kita dalam pekerjaanNya. Dan anugerahNya yang luar biasa, Allah ternyata mau memperlengkapi kita dengan karuniaNya, sehingga kita dimampukan untuk melayani dan membangun umat Tuhan melalui karunia yang diberikan! Menyadari hal itu, sekaligus menghindarkan diri dari kesombongan pribadi dan perpecahan dalam jemaat. Dalam                1 Korintus 3:6–7, Rasul Paulus berkata: “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, ... Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” Sebab itu mari menjalankan dan mengembangkan karunia yang Allah berikan dengan penuh rasa syukur, dalam kasih dan kerendahan hati supaya Allah saja yang dipermuliakan, dan membangun jemaatNya. Amin

RR