Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 21 April 2013

Ray Kurzweil adalah seorang ilmuwan dan penemu yang luar biasa. Dalam bukunya, Fantastic Voyage: Live Long Enough To Live Forever [Perjalanan yang Luar Biasa: Hidup Cukup Lama untuk Hidup Selamanya], ia berpendapat  bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting untuk mencapai hidup kekal. Untuk itu, Kurzweil menjalani diet ketat dan mengkonsumsi sejumlah suplemen. Ia sangat yakin akan tetap hidup dengan membuat terobosan melalui cara hidup dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebenarnya Kurzweil bukan orang sembarangan, melainkan seorang anggota komunitas bisnis dan ilmuwan yang sangat dihormati. Namun optimismenya tentang memperoleh hidup kekal sangat ngawur dan menyesatkan! Sebab  realitanya usia hidup manusia sangat terbatas. Alkitab mengatakan bahwa masa hidup manusia itu 70 tahun atau 80 tahun saja, jika kuat mungkin bisa lebih. Tetapi bila dibandingkan dengan kekekalan semua itu hanya seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu. (Maz 90:5-6, 10).   

Kita harus kembali kepada perspektif Alkitab, sebagai sumber kebenaran. Alkitab menegaskan bahwa, satu-satunya cara memperoleh hidup kekal hanyalah anugerah Allah (Ef 2:8), melalui persekutuan dengan Kristus. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Dengan demikian hanya dalam persekutuan dengan Yesus Kristus kita dapat memperoleh hidup kekal. Dialah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6; Kis 4:12).

Mengapa demikian? Sebab semua manusia sudah berbuat dosa (Rom 3:23), dan upah dosa adalah maut atau kematian kekal (Rom 6:23). Tetapi  Allah maha kasih, Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa (2 Pet 3:9). Itu sebabnya Allah sendiri yang berinisiatif untuk datang ke dalam dunia untuk menyelesaikan dosa manusia dengan mengutus anakNya yang tunggal. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal ” (Yoh 3:16).  

Kita patut bersyukur melalui karya pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib, dosa kita telah ditebus. Dan pada hari ketiga, Kristus bangkit  dari antara orang mati (1 Kor 15:20),  Ia menang atas kuasa maut, sekaligus juga mematahkan kuasa iblis dan kutuk dosa            (1 Kor 15:54-58). Sehingga kebangkitan Kristus menjadi jaminan kemenangan setiap orang yang percaya kepadaNya. Selamanya kita tidak lagi dibelenggu oleh kuasa maut, iblis dan dosa. Kini kita sudah dimerdekakan dan hidup penuh dengan pengharapan akan memperoleh hidup kekal dan mewarisi segala yang Allah janjikan (1 Pet 1:3-5). Dan untuk itu, Allah telah mengaruniakan Roh Kudus sebagai jaminan (arrhabon) untuk segala sesuatu yang telah disediakanNya bagi kita yang percaya di sorga kelak. (2 Kor 5:5). Itulah alasan mengapa kita dapat bersukacita senatiasa, dapat bersyukur dalam segala hal, dan tabah menghadapi pergumulan hidup, sebab masa depan kita bukanlah berakhir dalam kematian tetapi kehidupan dan persekutuan dengan Kristus selama-lamanya! (Yoh 14:1-3; Rom 8:31-39; 1 Tes 4:13-18).

Namun yang harus dipahami juga bahwa hidup yang kekal bukan dimulai nanti, tetapi diawali semenjak kita berbalik dari dosa dan percaya kepada Kristus. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “.....Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia memperoleh hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh 5:24). Sehingga sebagai orang percaya, kita bukan hanya sekedar menanti pemenuhan kerajaan Allah yang mulia itu dengan pasif. Tetapi mengisi anugerah hidup yang kekal itu dengan cara hidup yang baru,  sesuai dengan status yang baru “manusia baru”  dan habitatnya yang baru yaitu “kerajaan Allah”. Dan untuk itu Allah mengaruniakan Roh Kudus sebagai penolong yang berperan menyucikan dan menuntun kita ke dalam kebenaran. Selain itu, Allah juga menyatakan kehendakNya melalui Firman Tuhan yang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16). Dengan demikan kita diperlengkapi oleh Allah sendiri untuk setiap perbuatan baik yang memuliakan namaNya sehingga kita bukan lagi anak-anak yang dipermainkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang menyesatkan, kita tidak lagi berjalan menurut nasehat orang fasik yang membuahkan perbuatan daging (Gal 5:19-21). Melainkan Allah memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita, sehingga hidup kita semakin hari semakin diproses menghasilkan buah Roh (Gal 5: 22-23) supaya menjadi serupa dengan gambar AnakNya (Rom 8:28-30). Sehingga akhirnya  kita dapat dipakai oleh Allah menjadi alat kerajaanNya, menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16; 1 Pet 2:9).

Dalam pembacaan Firman Tuhan, Kisah Para rasul 9:36-43, dikisahkan tentang seorang yang bernama Tabita atau Dorkas. Nama ini melambangkan rahmat dan keindahan. Dan yang menarik Tabita hidup sesuai dengan namanya. Di mana dia memiliki karakter yang baik dan banyak menjadi berkat bagi orang lain. Itu sebabnya kematiannya diratapi oleh banyak orang. Melalui Petrus, akhirnya Tuhan membangkitkannya kembali. Betapa indahnya kisah Tabita. Namanya indah, perbuatannya indah, matinya banyak meninggalkan keindahan dan kebangkitannya pun indah, karena banyak orang yang percaya kepada Tuhan. Tabita adalah contoh seorang murid Tuhan yang mengasihi Tuhan dan sesamanya. Ia adalah sosok yang mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidupnya yang telah diperbaharui oleh Kristus. Sebagai orang percaya kita harus belajar dari Tabita, menghargai anugerah hidup kekal yang Allah berikan, dengan menghadirkan  keindahan dalam perbuatan kasih kita. Sehingga melaluinya nama Tuhan dipermuliakan dan semakin banyak orang yang percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus!  Amin.

RR