Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 19 November 2017

Ada orang suka mengeluh serta bertanya, “Mengapa aku begini?” atau “Mengapa aku mengalami hal itu?” Bahkan ada pula yang kemudian menyalahkan Allah, “Mengapa Allah membuatku seperti ini?”

Keluhan seperti itu rupanya bukan hanya terjadi pada saat ini, tetapi pada masa lalu orang Israel juga mengeluhkan hal yang sama. Oleh karena itu, TUHAN berkata kepada Yeremia, "Pergilah ke rumah tukang periuk; di sana akan Kusampaikan kepadamu pesan-Ku." Maka pergilah dia ke rumah tukang periuk dan dilihat seorang penjunan sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila periuk yang sedang dikerjakannya itu kurang sempurna, ia mengerjakannya kembali menjadi periuk yang lain sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Lalu TUHAN menyuruh Yeremia mengatakan kepada umat Israel, "Hai umat-Ku, masakan Aku tidak dapat berbuat kepadamu seperti yang dilakukan tukang itu dengan tanah liatnya? Seperti tanah liat dalam tangan tukang periuk, demikian juga kamu dalam tangan-Ku.” (Yer. 18:1-6, BIS).

Sesungguhnya kita seperti sebuah bejana di tangan Tuhan. Meskipun kita berasal dari tanah liat yang tidak berarti, namun karena anugerah-Nya kita dibentuk menjadi bejana yang berguna. Dia membersihkan kita yang berdosa, melembutkan hati kita yang keras, dan membentuk kita menjadi bejana yang dapat dipakai-Nya. Ketika proses pembentukan itu belum sempurna, maka dengan kasih Ia membentuk kembali diri kita untuk menjadi bejana seperti yang diinginkan-Nya.

Tukang periuk memiliki hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa (Rm. 9:21). Demikian juga Tuhan memiliki wewenang atas hidup kita serta membentuk kita bagi maksud tujuan-Nya. Tidak selayaknya kita bertanya kepada sang Penjunan: “Mengapa Engkau membentuk aku seperti ini?” Semestinya kita bersyukur karena Dia mau membentuk dan memakai kita.

Tugas kita adalah menjalankan kehendak-Nya dan menjadi bejana hidup yang berguna di tangan-Nya. Tidak ada gunanya mengeluh tentang mengapa kita begini atau begitu. Sebaliknya, berusahalah untuk mengerti kehendak-Nya atas hidup kita, dan menyerahkan diri sebagai bejana hidup untuk dipakai oleh-Nya.

AL