Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 07 Agustus 2011
"Dimana pun engkau berada letakkanlah hatimu di sana. Jalanilah sepenuhnya keadaan yang engkau yakini sebagai kehendak Allah." (Jim Elliot)
Jim Elliot adalah seorang yang melayani sebagai misionari suku Indian Aucas, di Ekuador. Semenjak kuliah di Wheaton, ia dikenal sebagai seorang yang sangat cerdas. Ia adalah seorang penulis, pengajar dan pengkhotbah yang berbakat. Sehingga banyak orang yang mengharapkan dengan semua karunia rohani yang ia miliki, seharusnya Jim melayani dan membangun Gereja di USA. Namun Jim adalah orang yang sangat peka dengan kehendak Allah, melalui doa-doa pribadinya Jim mendengarkan panggilan Allah untuk melayani suku-suku Indian di Amerika Selatan. Jim berkata: "Mengapa harus mendengar panggilan dua kali? sementara banyak orang yang belum pernah mendengar satu kali pun."
Pada tanggal 8 Oktober 1953, di Qiuto Ekuador, Jim menikah dengan Elisabeth Howard kekasihnya semenjak kuliah, yang juga mendapat panggilan yang sama. Jim menemukan sasaran pelayanan yang baru yaitu suku Indian Aucas yang belum pernah mendengarkan Injil. Namun suku ini dikenal sangat ganas, bahkan sesama suku Indian sangat takut dengan suku ini. sudah banyak karyawan dari Shell Oil yang menjadi korban keganasan suku Aucas. Setelah pernikahannya, Jim melayani suku Indian Quichua sambil menyusun rencana menjangkau suku Aucas.
Pada musim gugur 1955, Nate Saint, pilot dari lembaga misi menemukan sebuah perkampungan dari suku Aucas. Pada bulan-bulan berikutnya, Jim dan keempat rekannya segera melakukan pendekatan dengan cara melemparkan hadiah-hadiah dari atas pesawat untuk menarik perhatian suku yang ganas ini. Suatu ketika suku ini tampak mulai tersenyum dan melambaikan tangan sebagai tanda persahabatan. Itulah yang memberanikan Elliot dan rekan-rekannya mendarat dan melakukan beberapa kali pertemuan dan persahabatan dengan suku tersebut. Setelah merasa cukup aman, mereka pun mulai membangun gubuk tempat tinggal bersama dengan keluarga mereka.
Pada suatu hari Jim dan keempat rekannya pergi menginjili suku Aucas, namun setelah larut malam mereka tidak kunjung kembali. Elisabeth berusaha mengontak lewat radio namun tidak ada jawaban. Akhirnya mereka mengontak ke kantor pusat untuk meminta bantuan. Pada tanggal 8 januari 1956, Jim Elliot bersama rekan-rekannya ditemukan tewas ditombak dan ditetak oleh pejuang-pejuang suku Aucas. Segera Elisabeth dan para istri misionari yang lain dievakuasi kembali ke Amerika. Majalah Life memuat sepuluh halaman mengisahkan perjalanan para misionari dan kematian mereka. Majalah ini menyebut "mereka adalah para misionari yang nekat". Namun yang benar mereka bukanlah orang-orang yang nekat tetapi orang yang sedang taat kepada kehendak Allah. Dan kematian mereka bukanlah sia-sia, tetapi bagaikan kematian sebiji benih yang kemudian menghasilkan banyak buah bagi pekabaran Injil.
Sesuatu yang sulit dimengerti dan dijelaskan sebab, beberapa waktu lamanya kemudian Elisabet Elliot justru kembali lagi kepada suku Aucas yang telah membunuh suaminya dengan kejam itu. Dan melalui pelayanannya banyak anggota dari suku Indian Aucas yang kemudian percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya secara pribadi.
Hidup di dalam Tuhan memang bagaikan kehidupan yang mengarungi badai. Banyak sekali saat-saat yang menegangkan yang mewarnai perjalanan kita. Bahkan tidak jarang kita juga terhempas tidak berdaya, penuh luka dan air mata, namun yang menghibur kita, Tuhan ternyata tidak pernah meninggalkan kita. Elisabeth berduka, Elia depresi (1 Raj 19:4) dan Petrus nyaris tenggelam (Mat 14:30), tetapi tanganNya selalu tersedia (Mat 14:31), kehadiranNya dalam segala situasi (1Raj 19:12-13) menjadi jaminan bahwa kita selalu dijagai dan diangkat oleh Tuhan untuk siap mengarungi badai sampai tiba di garis akhir yaitu pelabuhan abadi.
Tuhan memang mengizinkan kita berada di tengah badai untuk mendemonstrasikan bahwa Dia ada, Dia maha kasih dan berkuasa serta berkarya di dalam segala situasi kehidupan kita. Sehingga selalu ada kekuatan bahkan kemenangan di dalam ketidakberdayaan kita. Yang menjadi persoalan apakah kita tetap percaya penuh kepadaNya? (Mat 14:31b). Apakah pandangan kita tetap fokus kepada Tuhan? (1 Raj 19:9-14; Mat 14:30) Dan pertanyaan yang tidak kalah penting: Apakah kita adalah utusan Kristus yang benar-benar taat mengerjakan apa yang Dia mau? Jika Ya, tidak masalah dengan semua badai yang melanda kita, sebab Dia Ada dan Dia sanggup mengatasi semua badai kehidupan kita, supaya banyak lutut yang bertelut dan lidah yang mengaku: " …Sesungguhnya Yesus adalah Anak Allah." (Mat 14:33).Amin - RR -