Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 14 Agustus 2011
Andi van der Bijl atau lebih dikenal dengan Brother Andrew, lahir pada Mei 1928, dengan keadaan ayahnya yang tuli dan ibunya yang cacat. Bersama orang tua dan kelima saudaranya, mereka hidup di rumah kecil di desa White, Belanda. Pada usia 18 tahun Brother Andrew masuk menjadi anggota militer. Setelah 2 tahun bertugas di ketentaraan, pergelangan kakinya tertembak dalam suatu pertempuran. Cedera serius di kakinya menyebabkan ia harus dirawat di rumah sakit. Selama di rumah sakit, ia kerap dikunjungi oleh para pemberita Injil, yang mengabarkan tentang cinta kasih Kristus. Di rumah sakit inilah Brother Andrew kemudian mengenal Firman Tuhan. Setelah diizinkan pulang, ia keluar rumah sakit sebagai orang yang cacat, Brother Andrew merasa hidupnya hampa. Beberapa waktu kemudian ia menyadari yang dibutuhkannya Selama ini adalah Kristus. Kesadaran ini kemudian membawanya untuk menghadiri ibadah demi ibadah dan ia mulai tekun membaca Firman Tuhan. Suatu malam ia berdoa: "Tuhan jika Engkau menunjukkan jalanMu, aku akan mengikutMu. Amin"
Suatu hari Brother Andrew mengikuti sebuah KKR yang diadakan oleh Arne Donker, dari Belanda. Ternyata dalam KKR ini, Andrrew mendapat panggilan yang sangat mulia dari Tuhan. Yaitu menjadi misionaris bagi gereja dan orang-orang yang teraniaya. Pada tahun 1955, Brother Anderw mengawali pelayanannya yang diberi nama Open Doors Mission. Brother Andrew memulai pelayanannya dengan membawa 1 koper berisi Alkitab yang diselundupkan ke Eropa Timur, yaitu ke negara komunis Yugoslavia. Ketika sampai di perbatasan , ia berdoa, "Tuhan butakan mata mereka yang memeriksa" Tuhan memang benar-benar menutup mata penjaga perbatasan sehingga semua Alkitab dan traktat lewat begitu saja tanpa ditahan. Dengan pertolongan dan hikmat Tuhan Brother Andrew berhasil melakukan pelayanan misi pertamanya. Sejak itulah Brother Andrew tak pernah berhenti mengunjungi Negara-negara "tirai besi" untuk mebagikan Alkitab, menebar kasih Kristus dan membesarkan hati orang-orang percaya yang teraniaya. Hingga saat ini Open Doors Mission telah menjadi suatu pelayanan misi yang sangat besar dengan menjangkau 60 negara di dunia ini.
Matius 15:21-28, mengisahkan penyingkiran Yesus keluar dari tanah Palestina oleh karena kebencian terhadap Yesus dan juga popularitasNya yang memuncak. Sehingga semua hiruk pikuk itu membuat Yesus pergi, bukan untuk melarikan diri melainkan mencari keheningan untuk mempersiapkan diri dan murid-muridNya menghadapi puncak karya penyelamatanNya bagi dunia ini. Walau pun berada di negeri asing, ternyata Tuhan Yesus sama sekali tidak bebas dari permintaan pelayanan. Dan persoalan lain lagi, karena permintaan ini justru datang dari seorang wanita asing yaitu bangsa Kanaan yang merupakan musuh bebuyutan bangsa Yahudi. Tentu saja Tuhan Yesus tidak terjebak ke dalam masalah permusuhan apalagi kebencian ini, sebab hatiNya senantiasa dipenuhi oleh belas kasihan. Jika Yesus seolah-olah menolak, semata-mata untuk membangkitkan iman yang benar dari wanita asing ini. Yesus menghendaki agar wanita asing ini paham bahwa, ia bukan sedang meminta suatu permohonan kepada seorang manusia yang hebat. Tetapi permintaan wanita ini harus diubah menjadi sebuah doa kepada Allah yang hidup. Dan memang benar iman wanita ini bertumbuh, sebab ia memulai dengan menyapa Yesus dengan sebutan dan penekanan kepada Anak Daud (kemuliaan duniawi). Tetapi kemudian ia menyebut Yesus itu, Tuhan! (ay 25, 27). Bahkan ia datang berlutut menyembah kepada Tuhan Yesus. Akhirnya Yesus memberkati dan memuji iman wanita asing ini, sebab dia adalah wanita yang tangguh, pantang menyerah, ia memiliki iman dan pengharapan yang tak terghoyahkan kepada Kristus.
Makna yang paling agung dari peristiwa ini adalah bahwa perikop ini merupakan bayang-bayang dari pengabaran Injil kepada seluruh dunia, di mana dinding-dinding pemisah itu telah dirobohkan, sehingga berkat Allah dapat menjangkau segala bangsa. Kini Tuhan pun memanggil kita seperti Brother Andrew untuk menjadi saluran berkat bagi segala bangsa. Tentu saja di awali dari dalam Gereja sendiri, yaitu mengatasi dan menghargai setiap perbedaan, saling menguatkan dan melengkapi dalam kelebihan dan kelemahan kita, saling membangun dan memperkaya dalam kepelbagaian. Dan akhirnya kita pun dimampukan untuk menjadi saluran berkat bagi segala bangsa. Amin - RR -